Prolog

59.8K 4.1K 79
                                    

Hamifh Side

Nggak ada yang salah dari hidup gue. Gue nggak pernah kekurangan uang apalagi kekurangan stok wanita.
Sampai akhirnya seorang perempuan mengatakan hal yang membuat hidup gue berubah seketika.

"Krispy Kreme buat siapa?" suara seorang cewek yang-gue-nggak peduli siapa terdengar di ujung ruangan yang letaknya nggak jauh dari ruangan Lenan. Rambutnya keriting pendek, berkacamata. Not my type, jadi gue bermaksud berlalu begitu aja. Sampai gue mendengar suara seorang wanita yang gue kenal.

"You know who laah." kata Perempuan yang gue tahu namanya Raline, personal assistant Lenan yang gue puja (buat hiburan gue aja sih, kalo gue lagi main di kantor Lenan)

"Duo ganteng?" tanya si rambut keriting. Gue yang tanpa gue sadari udah kaya tokek nempel di dinding. Menyetel mode: spy di otak, mata dan telinga gue.

"Duo racun kali ah." suara pujaan gue kedengar senewen. Gue berharap mereka lagi nggak ngomongin gue dan Jimmy. Wajah gue nggak se-dangdut itu lah buat punya nama panggung duo racun. Ya kan?

"Ih, mereka bertiga itu udah kaya kumpulan the drop dead gorgeous men yang muncul dari majalah Vogue tau. Gue mau lah jadi simpanan mereka. Seenggaknya gue nggak perlu lagi menjamah komputer tiap hari dari jam 8 sampe jam 5 hanya untuk sesuap nasi. Mending juga gue menjamah salah satu dari mereka." denger kalimat itu tiba-tiba gue merinding.

"Haiyah Nes, Nes. Wake up lah. Lo mau jadi simpenan mereka? Gue jadi istri sahnya aja ogah. Listen, apa menariknya laki-laki yang cuma bisa ngandelin harta buyut mereka? Cuma bisa buang-buang uang, loncat dari club sana sini, main perempuan. Emang hidup sebercanda itu?? Muak kali lah gue sama orang kaya gitu."

What the fvck?! Apa yang barusan gue denger?

"Weit-weit. No offense. Hamifh kerja lagi dia, kalo Jimmy gue nggak tahu."

"Kerja apa? Kayanya hampir tiap minggu wara wiri kantor Bos dengan baju urakan. Dateng-dateng pakai jins sobek-sobek, kaos belel. Kaya baru bangun tidur tau nggak. Mereka pikir kantor ini apa? Kamar mandi?"

Gue rasa jantung gue udah nggak lagi berdetak.
Gue lihat dia memakai blazernya, bahkan disaat jantung gue berhenti dan otak gue disfungsi, gue masih bisa merasakan hasrat laki-laki gue ketika melihat adegan itu. Cara Raline memakai blazer dan kibasan rambutnya benar-benar menyiksa mata gue.
Umpatan buruk Ralin tentang gue mendadak terdengar seksi di telinga gue.

"Mereka berpenampilan gitu aja masih keren, gimana mereka rapi coba." gue melihat Raline memutar bola mata mendengar pendapat si rambut keriting.

"Bos gue sepuluh juta lebih baik dari pada mereka berdua. Udah ya, gue mau anter ini dulu."

Gue panik kayak bocah hampir terciduk nyolong permen ketika Raline mulai berjalan ke arah dimana gue menguping mereka.
Dan sebelum gue berhasil kabur, Raline dengan wajah kagetnya melihat gue sedang menempel di dinding.

The KaidekaphoblrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang