01.

38K 3.6K 51
                                    

Ralineda Side.

Hujan hari ini drama. Sedrama film korea-Raline, unlucky woman-self proclaimed

"Ebuset, nape lo basah kuyup begitu? " Sambar Agnes ketika melihat aku datang ke kantor dengan baju basah dan telat pula!

"Gak liat jendela lo ujannya begitu?" Jawabku ketus sambil buru-buru mencopot sandal ku dan menggantinya dengan heels. Agnes kembali menghilangkan wujudnya bersembunyi di dalam kubikel. Lagi ngunyah bubur pasti.

"Tau g... " Kataku dengan nada setengah menggantung. Mencoba membangun suasana.

"Gak." Jawab Agnes yang hanya terdengar suara dan kunyahan kerupuknya.

"Itu bukan pertanyaan sis. Mukodimah aja mukodimaahh." Ujarku sambil menancapkan kabel hair dryer. "Gue mau resign." Kataku yang membuat Agnes tersedak sledri bubur-atau-kuahnya aku tidak tau pasti, karena hanya ubun-ubunnya yang nampak dari luar kubikel.

"Demi apa lo? " Agnes muncul dari persembunyiaannya plus bubur yang muncrat sedikit dari mulutnya yang penuh.

"Udah cukup empat tahun hidup gue mengabdi sama Bos super absurd macem Lenan Jahja. Udah cukup sabar gue. Gue mau hidup tenang."
Sekarang Agnes sudah menghampiri mejaku. Menatap ku dengan tatapan tidak percaya, tangannya bersedekap.

"Gue udah cukup sabar nyiapin bunga aneh aneh tiap tanggal 18 bertaun-taun. Tobat gue tobat!" Kataku dramatis.

"Kan doi udah putus sama si Nyonya-Yang-tinggal-di-Luar-Negeri dan gak balik-balik itu."

"Tapi gedek nya belum ilang-ilang! Mana minggu kemarin dia nanya gue kenapa pake baju merah. Pertanyaan macem apa deh itu."

"Dia naksir lo kali." Saut Agnes ngawur.

"In your dream." Kataku sambil mencabut kabel hair dryer. Lenan Jahja bukan tipe bos yang akan suka sama bawahannya.

"Lagian ya.. " Imbuhku. "Pas doi tanya. Doi sama sekali gak liat wajah gue. Beda lah roman roman orang naksir sama gak."

"Lo udah dapet kantor baru emang?" Pertanyaan Agnes membuatku diam. Menjadi seorang sekertaris bukan cita-citaku memang. Awal-awal taun kerja sebagai sekertaris banyak sekali pertanyaan untuk diriku sendiri yang gak bisa aku jawab. Seperti, apa ini memang pekerjaan yang aku mau? Sampai kapan aku harus bekerja jadi seorang sekertaris? Apa gaji dan karirku cukup baik? Yah.. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Apalagi kalau Lenan Jahja memberikan instruksi yang hayal-hayal dan menguras kesabaran. Sudahlah, ingin loncat dari atap gedung rasa-rasanya. Semakin bertambahnya usia, aku hanya ingin mendapatkan pekerjaan yang nyaman,tenang dan Bos yang cukup waras. Tapi kalau aku resign sebelum mendapat pekerjaan yang baru. Bagaimana aku bayar apartemen?

"Dari muka lo kayanya belum dapet." Kata Agnes membuatku sadar dari lamunan.

"Gue cuma pengen hidup tenang Nes. Thats all."
Empat tahun aku rasa cukup. Aku memutuskan untuk kembali mengembara di pasar bebas. Mencari pekerjaan baru yang sesuai untukku. Pekerjaan yang ada ketenangan dan kenyamanan di dalamnya. Well Lenan Jahja gak seburuk itu sih. Ganteng, macho, kaya dan pekerja keras. Sangat berbeda dengan kedua temannya.
Tapi, nggak tahu kenapa kebanyakan konglomerat punya kepribadian yang sangat sulit dipahami rakyat jelata.

Doaku hari ini.

Dear God... Please send me a nice Boss. I really need that. Give me a great job to work for tho. And.... A nice boyfriend too. I really need that.

The KaidekaphoblrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang