Chapter 1

18 8 0
                                    

Richella Pov

Hari ini sungguh tidak bersahabat denganku, selain aku pulang lebih sore karena belajar tambahan unuk persiapan olimpiadeku nanti, aku terjebak di sekolahku karena ulah kakakku tersayang, Rivandra Pradana. Dia sangat pendendam, karena hari ini aku menumpang di mobilnya dan sekarang membalasku dengan mengurungku di sekolah. 17.31 astaga sekolah sudah sepi sekali, tidak ada yang bisa aku minta bantuan. Selain mengunciku di ruang kelas sendirian, sekarang gerbang sekolah sudah di gembok dengan manisnya di depan mataku.

Kulirik kanan dan kiriku, tak lupa belakangku. Sial, ini benar-benar sudah tidak ada orang lagi. Kubuka tas ku untuk mengambil jepitan rambutku yang kupakai untuk membuka pintu kelas tadi. Double sial, aku melupakannya dan mungkin sudah terjatuh entah kemana. Tidak ada cara lain lagi, terpaksa aku harus memilih jalan terakhir.

Uno, dos, tres. Tenang dan lakukan. Aku pasti bisa.

Kurapalkan kebiasaanku menghitung sampai tiga dan berdoa di dalam hati.

Aku gendong tasku, tanganku memegang besi pagar yang lumayan tinggi ini. Perlahan namun pasti aku memanjat pagar sekolahku dan akhirnya

Happ

Kakiku mulus menyentuh tanah lagi, setelah berjuang dengan kemampuanku. Syukurlah. Mungkin bisa saja aku menelpon pihak sekolah atau satpam di sekolahku. Hanya saja itu akan membuatku menunggu dan terjebak di dalam lebih lama lagi. Selagi aku bisa melakukan usaha untuk membebaskan diriku dari dalam sana, aku akan tetap melakukanya.

Oke, lanjutkan perjalanan ke halte bus adalah misi terakhirku untuk pulang. Semoga saja masih ada. Namun sayang lagi-lagi aku hanya bisa mengehela nafas, busnya teakhir yang sudah ku tunggu ternyata sudah penuh. Padahal aku sangat membutuhkanya untuk pulang. Andaikan mobilku tidak sedang di servis, aku tidak akan dikerjain oleh kakakku dan aku bisa pulang tanpa terlambat.

Baru aku mau melangkahlan kakiku membeli minuman di toko samping halte, tiga orang cowok berpenampilan urakan datang menghampiriku.

"Hey" sapa salah satu cowok itu dan aku hanya menatapnya tanpa mau menjawabnya.
"Tenang, Girl. Gue cuma pengen nanya, lo tau alamat ini gak?" Tanyanya sambil memberiku secarik kertas yang berisikan alamat dekat dengan sekolahku.
"Ini ada di belakang sekolah SMA 1 itu" sambil menunjuk ke ke arah sebrangku berdiri. "Ok,makasih ya cantik" ucapnya dengan mengedipkan sebelah matanya dan berjalan meninggalkanku, menjijikan.

Karena aku yakin sudah tidak ada bus lagi, aku memesan ojek online langgananku. Setelah datang, dengan cepat aku memakai helm dan menakinya untuk pulang. Ini akan menjadi hari yang panjang.
                                               
                                                      * * *

18.12.

BAGUS!!!

Jam segini aku baru sampai di rumah. Aku yakin ini akan memicu permasalahan selanjutnya. Masalah dan masalah.

Di depan pintu rumah, kupejamkan mata dan menautkan kedua tanganku.

Uno, dos, tres. Tenanglah dan hadapi. Aku pasti bisa. Semua akan baik-baik saja.

Ceklek

Kubuka pintu rumah- tempat tinggalku sedari kecil.

"Dari mana saja kamu? Jam segini baru pulang, kelakuanmu benar-benar tidak pantas dilakukan seorang perempuan" baru selangkah masuk aku sudak disuguhi pertanyaan dari Mamaku dengan ketusnya. Sosoknya sudah berdiri di depanku sambil bersidekap tangan dan jangan lupakan tatapan tajamnya.

"Ada tambahan belajar untuk olimpiade" jawabku sambil mengambil melangkah untuk pergi ke kamarku. Tapi suara setelah jawabanku membuatku menghentikan langkahku dan menoleh ke samping kiriku.

"Mana ada sampai sesore ini? Ngomong aja keluyuran, gak usah beralibi belajar tambahan. Gue udah tau kelakuan lo di luar sana" sanggah Kakakku tercinta yang telah membuatku terlambat pulang dengan santainya sambil memakan ringgan di kursi kebesaranya.

"Benar apa yang di katakan kakakmu? Kemana kamu, hah?" Tanya Mama dengan menyulutku dengan tatapan yamg tak kalah lebih tajam. "Aku memang belajar tamba..." belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, Kakakku menyelanya.

"Udah deh jujur aja, gak usah ngelak terus-terusan, gue tau kok di rumah aja lo so baik, padahal di luar rumah kelakuan lo kek sampah masyarakat." Selaan Kak Rivan sambil berjalan ke arah kami dengan membawa ponselnya yang tergeletak di meja. "perlu bukti ma? Ini dia yang ngakunya belajar tambahan tapi ternyata nongkrong sama cowok-cowok bandel." Disodorkannya gambarku yang sedang berdiri dengan tiga pria yang baru kukenal hari ini saat mereka menanyakan alamat di sekitar sekolahku ke arah Mama.

Pantas saja wajah dari tiga pria itu terasa familiar olehku, ternyata mereka adalah temannya Kakakku ini. Begitu liciknya Kak Rivan. Padahal aku hanya menumpang mobil sialanya itu dan dia sampai bisa merencenakan ini semua.
Sebegitu benci itukah dia kepadaku?

Plakk

Oh, trippel Sial.

Sebuah tangan baru saja dilayangkan ke pipiku dengan kerasnya.

Panas dan pedih.

Ku tatap Mamaku yang sedang melihatku dengan amarah yang menggebu-gebu. Lalu kutoleh kakakku yang menyeringai ke arahku. Aku memejamkan mata supaya aku bisa menenangkan diriku, tiga detik sudah dan langsung kubuka seraya meneruskan langkahku ke kamarku di lantai dua tanpa memerdulikan teriakan mama di bawah memintaku turun untuk menjelaskan gambar tersebut.

Aku sudah tak peduli.

Ku buka pintu kamarku, tanpa penerangan lampu aku mengampiri kasurku dan sedikit aku bantingkan tubuhku diatas kasurku. Kurentangkan tanganku dan mengambil nafas lalu menghembuskanya.

Hupftt... hari yang benar-benar melelahkan.

                                                   *****

Haiii guyss...!!! gimana nih chapter satunya? Sorry yaa kalau banyak typo atau apalah😂 vote and comment yaa😊

Salam hangat💞

Langit Sunyi

Sky for SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang