[AUTHOR]
Richella atau yang sering di panggil El sekarang sedang mengerjakan tugas yang tadi diberikan guru olimpiade. El memasang earphonenya agar tidak terganggu oleh suara apapun itu. Baru menyelesaikan empat soal tapi dia sudah tidak bisa berkonsertrasi pada soalnya karena suara bising di lantai bawah sangat nyaring.
El berpikir, apakah ayahnya sudah pulang malam ini? Jika benar, mengapa malah ada keributan di bawah?
El sangat penasaran, tetapi di urungkan karena tak ingin pipinya kembali menjadi sasaran ibunya. Lebih baik meneruskan tugasnya. Dikencangkanya volume musik yang didengarkanya.
Prangg
Dilepaskan earphone yang di kenakanya, dan segera keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi. Pertengkaran orang tuanya memang sering terjadi, tetapi baru kali ini dia mendengarkan suara pecahan tadi. Sepertinya masalah kali ini lebih rumit dari pada yang sebelumnya terjadi.
Dengan tergesa dia menuruni tangga dan pada tangga terakhir bertapa kertejutnya ia. Keadaan ruang tamu benar-benar berantakan. Di lihatnya kakaknya sedang menenangkan ibunya yang menangis tersedu-sedu dan ayahnya yang melihatnya dengan iba. Apa yang sebenarnya terjadi, batinya.
Hendak El berbalik untuk menaiki tangga menuju kamarnya, tidak mau mencampuri urusan kedua orang tuanya. Namun suara mamanya membuat ia penasaran dan kembali terdiam di tempat.
"Kembalikan anakku Abby, dia harusnya masih hidup. El yang mestinya mati, bukan Abby. Karna menyelamatkan El anakku Abby jadi meninggal, anakmu itu memang anak sialan." Ucap mamanya dengan penuh amarah, dan itu membuat El merasakan sesak didadanya. Entah mengapa ia merasakan hatinya begitu terasa sakit. Ia tidak menyangka bahwa kak Abby yang sangat disayanginya mengorbankan dirinya untuk El.
Seingatnya kenangan bersama Kak Abby memang tidak begitu banyak. Karena ia sendiri waktu itu masih kecil dan Kak Abby sudah sekolah menengah atas. Perbedaan umurnya begitu jauh, tetapi ia masih ingat bagaimana wajahnya. Dia dan kedua kakaknya selalu bermain bersama di halaman belakang rumahnya. Bahkan Kak Abby meminta ayahnya untuk membuat rumah pohon untuk mereka. Yang sampai sekarang selalu menjadi tempat ternyaman bagi El untuk meyendiri.
"Kembalikan saja anak pembawa sial itu ke ibu kandungnya"
Deg
Jantungnya terasa berhenti berdetak saat mendengarkan kalimat mamanya. Apakah El salah dengar atau sedang bermimpi?. Tapi ia tidak tuli dan ketika mencubit lenganya terasa sakit. Berarti ini bukan mimpi.
Sebenarnya aku anak siapa? Batinnya.
El akhirnya melangkah menghampiri kedua orang tuanya. Dengan langkah pasti ia mengumpulkan sisa-sisa ketegaranya hari ini. Lalu ia merapalkan kebiasanya.
Uno, dos, tres. Apa yang aku dengar itu bukan berarti kebenaran.
"Bawa dia ke wanita jalang yang kau temui hari ini, Bram!" Teriakan mama tak menyulutkan aku mendekat.
"Sudah cukup, jangan katakan apapun lagi" jawab Bram dengan menatap tajam pada istrinya. "Kenapa? Yang aku bilang benarkan, kamu selingkuh dengan wanita jalang itu dan kalian menghasilkan anak haram yang sekaramg menjadi penerus jalang ibunya" desis Armita pada suaminya dengan penuh nada kebencian.
"Tutup mulutmu, Armita" perintah Bram dengan suara meninggi. Armita hendak membalas perkataan suaminya, tetapi diurugkan karena mendengar El bertanya.
"Kenapa? Lanjutkan saja, aku ingin dengar semua yang tidak aku ketahui" tanya El dengan suara yang tenang.
"El--- se...sejak kapan kamu disini?" Tanya Bram dengan gugup karena panik melihat El sudah berada di hadapanya.
"Sejak aku mendengar, aku penyebab kak Abby meninggal dan aku adalah anak dari jalang, apa itu benar ayah?" Tanya El dengan sorotan matanya menatap tajam ayahnya."Itu bukan-" "Itu benar, kamu anak pembawa sial dan anak haram El" belum sempat Bram menyelesaikan jawabanya Artima memotongnya dengan penuh penekan terhadap El.
"Aku hanya ingin mendengar ayah yang menjelaskan, apa benar?" Entah keberanian dari mana dia peroleh hingga bisa berbicara dengan suara tegas dan penuh ketenangan. Berbalik dengan hatinya yang berteriak memberontak, hatinya yang ingin sekali menyeruakan sesak didalamnya. Terdapat luka namun tak berdarah.
*****
----------------------------------------------------------------------------------------------
Gimana guys chapter keduanya?! Aku tunggu Vote&comment guys😊
Salam hangat💞
LangitSunyi
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky for Sun
ActionRichella Athayasa Pradana. Harapan tak ada lagi, begitu pun dengan pilihan Tak ada tersisa selain menyerah pada kenyataan Yang dulu punya segalanya kini tak tersisa satupun. Perlahan orang terkasih pergi karna hanya memandang tahta yang dulu singga...