3. Crush

610 63 28
                                    


Di dalam mobilnya, Tetsuya duduk risih sembari menatap jendela. Pikirannya berkelana ke sana-sini. Entah kenapa firasatnya untuk masalah ini lumayan tak mengenakkan. Tanpa sadar, pria muda beriris biru muda itu menggigit jempol tangan kanan-kebiasaan sedari kecil apabila tengah gundah seperti sekarang.

Lewat spion depan, Tanaka menatap sosok bocchan-nya yang jelas-jelas dalam keadaan gelisah. Tak sampai hati sebenarnya, tapi, perintah dari yang jadi atasan tak bisa ditolak. Kelinci biru muda tukang gigit jempol-mau itu punyanya sendiri ataupun milik orang lain-teresebut harus dibawa pulang secepat mungkin. Diberi ceramah singkat. Diberikan training khusus sebelum akhirnya besok disodorkan pada calon tunangan. Kejam memang, tapi tak ada hal lain lagi yang bisa dilakukan. Mau air mata Tetsuya bergulir sekalipun, perjodohan esok hari tak akan dibatalkan.

"Tanaka-san, kalau besok aku mati, tolong sirami makamku dengan seribu gelas vanilla milkshake ukurang deluxe dari Majiba."

-oOo-

Kening bertirai biru muda tertutupi lilitan perban putih. Terlihat samar-samar noda merah yang merembes dari sana. Beberapa orang yang berpapasan dengan Tetsuya menatap penasaran-perban di kening meningkatkan hawa keberadaan Tetsuya hingga 20 kali lipat. Namun, tak ada satu pun dari mereka yang berani bertanya. Agak segan karena aura-aura kelam mengeliling sekujur tubuh si pinguin kecil.

Sehabis dijemput oleh Tanaka, Tetsuya benar-benar diberikan training tidak singkat dari kedua orang tuanya. Tapi, semua rangkaian acara yang sudah disusun matang-matang oleh dua senior keluarga Kuroko itu harus hancur berantakan saat sifat kepala batu milik Tetsuya keluar begitu saja.

Memohon sekuat tenaga-Tetsuya bukan pria menye-menye-hasilnya nihil bahkan minus kalau boleh dibilang. Dan saat kita mendengar kata sekuat tenaga yang disandingkan dengan memohon, maka itu memang benar-benar terjadi. Tetsuya semalaman sibuk bersujud di lantai dingin hingga ribuan kali. Mengangkat kepalanya saat suara salah-satu orang tuanya terdengar, setelah itu, ia kembali bersujud-menghantamkan kepala kuat-kuat-pada lantai.

Jiwa Tetsuya tak mudah dihancurkan, meski ancaman pertunangan menanti di depan mata, setidaknya Tetsuya tak ingin semua jati dirinya dihilangkan.

Ke-manly-annya dipertanyakan. Status kejantanannya diragukan. Orientasi seksualnya terpaksa dibelokkan. Setidaknya, jiwa kesatria milik Kuroko Tetsuya jangan sampai menghilang.

"Okaa-sama, aku tidak ingin menikah dengan pria yang juga berbatang sepertiku." Dengan keyakinan penuh, Tetsuya menyuarakan isi hati. "Kalau calon tunanganku itu hendak mencabut batangnya, mungkin aku bersedia melanjutkan pertunangan ini."

Malam itu, kedua Kuroko senior tersedak kopi hitam yang disajikan untuk mereka. Nyonya Kuroko melotot horor, sementara tuan besar Kuroko memucat. Permintaan atau mungkin petisi yang diajukan oleh si biru muda terlalu bahaya.

"Tetsuya, lebih baik kau tidur sekarang, Nak." Dengan mata hampa, sang ibu menggiring Tetsuya yang langsung menurut-Tetsuya tak akan bisa menolak apa pun yang dilakukan wanita cantik itu. "Lupakan saja masalah tunanganmu untuk malam ini saja"-besok kembali diingat lagi.

Menggeleng, "Bukan tunangan. Hanya calon tunangan."

Sore ini, dengan tumpukan diktat laknat yang mengisi kedua tangan ringkih, Kuroko Tetsuya berjalan mantap menuju ruangan dosen bermata merah yang tak kalah laknat dari diktat di tangan. Bukan untuk menyerahkan tugasnya yang baru beres separuh, Tetsuya hanya ingin bilang bahwa ia tak ingin lagi diperbudak. Ingat, Tetsuya pantang menyerah. Jiwanya bahkan lebih keras daripada jiwa milik Kiyoshi Teppei si Iron Heart.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang