chapter 1

1K 46 2
                                    

"Jin-ah...kau sudah membangunkan Yerin? Dia harus sekolah sayang". Teriak Hyejin dari arah dapur sembari menyiapkan sarapan di atas meja untuk dirinya dan dua orang yang sangat dicintainya, siapa lagi kalau bukan suaminya Seokjin dan putri kecil mereka Yerin.
"Lihatlah..putri cantik kita ini tidak mau bangun". Jawab Seokjin yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Pria itu kini tengah berdiri di samping meja makan sambil menggendong Yerin yang masih tertidur.

Hyejin menghentikan aktivitasnya dan berjalan kearah mereka. Wanita itu menghela napas melihat tingkah anaknya tersebut. Putri kesayangannya itu memang sulit sekali di banguni, butuh tenaga dan kesabaran ekstra. Pasalnya Seokjin maupun Hyejin harus menimang-nimang gadis itu terlebih dahulu hanya untuk membuatnya membuka mata, menemaninya mandi sampai selesai, karena jika tidak gadis kecil itu bisa saja tertidur kembali disana. Kemudian mereka juga harus memakaikan baju dan menyiapkan segala keperluannya karena bocah itu sangat malas menggerakkan tangan dan tubuhnya. Benar-benar membuat mereka pusing. Tak sampai di situ, mereka juga harus sering-sering mengingatkan Yerin untuk segera menghabiskan makanannya karena ia juga bisa tertidur sambil makan. Tidak selalu memang, hanya di pagi hari saja.

"Yerin-ah...bangun sayang, Yerin harus sekolah". Bujuk Hyejin sambil mengusap lembut kepala Yerin yang masih setia bertengger di bahu Seokjin.
"Eomma...Yerin masih mengantuk..". Jawabnya dengan mata yang masih terpejam.
"Yerin tidak mau bertemu dengan teman-teman? Katanya Yerin punya banyak teman disana. Kalau Yerin tidak sekolah, nanti teman-temannya tidak mau lagi berteman dengan Yerin karena Yerin malas".

Mendengar perkataan ibunya, bocah berusia 4 tahun tersebut langsung membuka mata dan mengangkat kepalanya, menatap Hyejin dengan tatapan sendu karena takut di tinggalkan teman-temannya.
"Eomma..apa itu benar? Mereka tidak mau berteman dengan Yerin lagi kalau Yerin malas?".
"Yerin tidak mau kan itu terjadi? Sekarang ayo kita mandi dan bersiap-siap, ne?".
Gadis itu mengangguk menuruti perintah ibunya.
"Bersiap-siaplah, appa akan mengantarmu hari ini". Kali ini Seokjin yang angkat bicara.
"Benarkah?". Yerin mendadak kegirangan begitu Seokjin menawarkan diri untuk mengantarnya ke sekolah. Sementara sang ayah hanya menganggukan kepalanya.
"Jin-ah, bukankah hari ini kau harus segera berangkat ke kantor?". Tanya Hyejin mengingat suaminya itu mengatakan padanya malam tadi kalau hari ini ia harus berangkat pagi-pagi sekali karena ada meeting dengan seorang klien.
"Tak apa, meetingnya di undur, aku masih sempat mengantarnya".

Memang, selama ini Yerin selalu di antar jeput oleh ibunya, Seokjin bukannya tidak mau, tapi pekerjaan dan tanggung jawabnya sebagai direktur di perusahan ternama milik keluarganya membuat pria berusia 23 tahun itu tidak bisa selalu menemani istri dan anaknya. Tapi jika ada waktu, Seokjin pasti akan mengantar atau menjemput Yerin di sekolah atapun menemani Hyejin berbelanja untuk kebutuhan mereka sehari-hari.
Hal itu pula yang membuat Hyejin sangat bersyukur sebab Tuhan telah mengirimkan seorang pria yang nyaris sempurna di mata Hyejin. Tampan, penyayang, bertanggung jawab pada pekerjaan dan keluarganya, bahkan pria berumur 23 tahun itu juga bisa memasak walau masakannya tidak seenak Hyejin.

Kalian pasti bertanya-tanya mengapa seorang pria berumur 23 tahun sudah mempunyai seorang anak yang usianya 4 tahun. Itu karena Seokjin dan Hyerin menikah tak lama setelah mereka lulus SMA. Seokjin yang mengetahui tentang kehamilan Hyejin langsung memutuskan untuk menikahi gadis itu meski sempat di tentang oleh orang tuanya. Tapi Seokjin bertekad tidak ingin meninggalkan gadis itu dalam kondisi nya yang sedang mengandung dan terus meminta persetujuan kedua orang tuanya hingga akhirnya mereka luluh. Tapi tentu saja pernikahan mereka di lakukan secara tertutup dan hanya dihadiri oleh kerabat dekat. Hal tersebut di lakukan agar tidak adanya pemberitaan media dan gosip-gosip murahan yang akan memperburuk citra keluarga dan perusahaan mereka kelak.

Tidak mudah membina keluarga apalagi mengurus anak di usia mereka yang terbilang sangat muda dan gampang labil. Apalagi saat menghadapi Yerin yang terkadang suka rewel dan tiba-tiba jatuh sakit. Tapi semuanya bisa mereka lewati sampai sejauh ini, tentu karena adanya rasa saling percaya dan melengkapi antar kedua belah pihak. Ditambah lagi dengan ketenangan yang dimiliki Seokjin yang selalu bisa menyaingi sikap Hyejin yang mudah panik bahkan karena hal-hal kecil sekalipun. Tidakkah kalian melihat betapa serasinya mereka?


She Is Mine [ Seokjin X You X Suga ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang