Chapter 7

346 27 4
                                    

Seokjin memarkirkan mobil mewahnya di bawah jembatan sungai Han, diam sembari menempelkan dahinya diatas kedua punggung tangannya yang masih bertengger pada stiur mobil, mencoba menetralkan emosi yang berkecamuk dalam dirinya.

Ia benar-benar tidak menyangka Hyejin akan berucap seperti itu, mengeluarkan kata-kata yang begitu sensitif dan menyinggung perasaannya.

Membuat dada sebelah kirinya terasa nyeri ketika kalimat itu kembali terngiang dalam memorinya.

Ya, Yerin memang bukan anak kandungnya, bukan darah dagingnya. Lantas, bagaimana mungkin Seokjin hanya mencintai Hyejin sementara ia turut andil dalam merawat Yerin sejak anak itu lahir?.

Bagaimana bisa Seokjin tidak menyayangi seorang anak yang hidup bersamanya selama 4 tahun?.

Seokjin melihat bagaimana anak itu lahir, bahkan ikut menyaksikan perkembangannya sejak anak itu masih berada di rahim ibunya.

Mendengar tangisannya untuk yang pertama kali, bahkan Seokjin sempat meneteskan air mata saat sang dokter memberikan bayi yang masih merah itu ke dalam gendongannya.

Seokjin masih ingat, bagaimana kaki-kaki kecilnya mulai melangkah dan menghampirinya secara perlahan, ia bahkan tak berhenti tersenyum saat pertama kali bibir mungil itu memanggilnya dengan sebutan appa untuk pertama kalinya.

Lantas, bagian mana yang membuat Hyejin berpikir jika Seokjin tidak menyayangi putrinya? atau... adakah alasan bagi Seokjin untuk tidak menyayangi anak dari wanita yang sangat di cintainya itu?.

Hanya ada satu jawaban yang kini terbesit di benak Seokjin meskipun ia benci untuk mengakuinya. Namun, kenyataan baru saja berteriak seakan ingin memberitahunya jika jawaban itu benar, Hyejin hanya menganggapnya sebagai bayangan karena orang itu masih bersinar terang dihatinya.

Drrrt...drrt...drrt..

Seokjin menegakkan punggungnya ketika ponsel yang ia taruh di saku celananya tiba-tiba saja bergetar. Ia mengeluarkan benda itu dan langsung menjawab panggilan tersebut tanpa melihat nama si pemanggil terlebih dahulu, paling juga Hoseok yang menelfon, pikirnya.

"yeobeseo..". Kata suara itu.

Tidak, ini bukan suara Hoseok, tapi Seokjin jelas mengenali suara itu.

"Jin, apa kau mendengarku?". Lelaki di sebrang sana kembali bersuara saat tak menerima respon dari Seokjin

"Ne, Hyung..aku mendengarmu".

"Datanglah ke rumah sakit tempatku bekerja, sekarang. Putrimu ada bersamaku".

"h-hyung, apa yang terjadi? kenapa Yerin bisa ada bersamamu?". Tanyanya cemas, ia mulai berpikir yang tidak-tidak. Kenapa pula putrinya ada di rumah sakit bersama kakak iparnya?.

"Yerin mengalami kecelakaan, dia-".

Mata Seokjin membelalak sempurna mendengar penjelasan yang baru saja di sampaikan oleh seseorang di sebrang sana. Bahkan ponsel yang berada di genggamannya terlepas menyebabkan sambungan telephone mereka terputus begitu saja sebelum orang itu melanjutkan perkataannya.

Tanpa pikir panjang lagi, Seokjin segera menyalakan mesin mobilnya dan meninggalkan tempat itu. Mengemudikan mobilnya seperti orang kesetanan bahkan mengabaikan rambu-rambu traffic light yang mengundang suara klakson mobil dari para pengemudi lainnya.

Ia tak peduli, lelaki itu seakan tuli dan kehilangan akal sehatnya jika sudah menyangkut tentang Hyejin ataupun Yerin.

Bukankah ibu dan anak itu luar biasa hebatnya? membuat seorang Kim Seokjin yang tenang dan selalu berhati-hati dalam setiap tindakannya itu kini terlihat berantakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

She Is Mine [ Seokjin X You X Suga ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang