Part 3

380 47 8
                                    

Suasana sekolah masih sangat sepi mengingat ini masih pukul 6 pagi. Jeonghan tiba di depan gerbang sekolahnya dan hendak turun dari mobil yang mengantarnya.

"Maaf tuan" panggilan dari supirnya membuat Jeonghan menunda niatnya untuk turun dari mobil.

"Ada apa?" tanya Jeonghan pada supirnya itu.

"Hmm. Saya hanya mengingatkan agar sebaiknya jika kegiatan sekolah sudah selesai, tuan-"

"Iya iya aku paham. Aku akan pulang saat sekolah selesai. " ucap Jeonghan memotong perkataan supirnya. Supirnya kemudian hanya menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat pada tuannya.

"Yasudah aku akan masuk sekarang. Terima Kasih paman Cho" Jeonghan membuka pintu mobil dan mulai memasuki area sekolahnya.

Dengan perasaan yang begitu was-was, Jeonghan memasuki sekolah dan melangkahkan kakinya dengan begitu cepat. Matanya terus mengawasi sekitar untuk menghindari bertemunya dia dengan seseorang yang kemarin baru saja melihat adegan yang paling Jeonghan benci. Kim Mingyu. Jeonghan belum siap jika dirinya harus diserang pertanyaan pertanyaan yang berkaitan dengan kejadian kemarin. Susah payah Jeonghan menjaga image baik tentang kehidupannya sejak lama dan kini, image palsu itu terlihat bahkan oleh teman yang baru saja dikenalnya.

Langkah Jeonghan terhenti tepat di depan pintu kelasnya bersamaan dengan pikirannya yang menerawang dan kembali mengingat kejadian kemarin sore. Malu. Jeonghan sungguh malu pada Mingyu yang tidak seharusnya melihat kejadian itu. Tangan Jeonghan tergerak memegangi pipi kanannya yang kemarin ditampar oleh lelaki yang Jeonghan sebut "Appa". Rasa perih itu masih sangat diingatnya. Sesak hati dan panas di matanya mulai dirasakan Jeonghan. Jeonghan ingin marah tapi dia tidak tau harus marah pada siapa. Setetes air mata jatuh dari matanya tanpa tertahan. Sedetik kemudian sebuah sentuhan di bahu Jeonghan membuatnya tersentak dan beringsut menepi ke arah tembok.

"Jeonghan? Kau baik-baik saja?" Seungcheol yang tadi memegang bahu Jeonghan sedikit khawatir saat melihat reaksi Jeonghan yang tengah ketakutan.

"Kau menangis?" tanya Seungcheol lagi saat dia melihat air mata di pipi Jeonghan.

Dengan sedikir gemetar dan nafas tak beraturan, Jeonghan mengusap kasar air mata di pipinya dan mencoba tersenyum kepada Seungcheol.

"A-aku tidak apa-apa. Hanya kelilipan. Iya kelilipan. A-ayo kita masuk ke dalam kelas." ucap Jeonghan sedikit terbata-bata dan meninggalkan Seungcheol ke dalam kelas.

Part 3 (Buat Aku Merasa Disayangi)

Seungcheol mengikuti Jeonghan memasuki kelasnya. Tidak seperti biasanya, aura ceria dari Jeonghan seakan hilang dan Seungcheol sadar akan hal itu. Jeonghan memilih untuk menulis beberapa catatan di bukunya setelah dia sampai di bangkunya. Dalam diam, Seungcheol mengamati setiap gerak gerik Jeonghan. Ada sesuatu yang terjadi dan Seungcheol yakin itu. Tapi bukan hak Seungcheol untuk mengetahuinya sehingga dia tidak bisa berbuat banyak. Satu per satu teman teman sekelasnya memasuki kelas. Bahkan saat Jihoon datang, Jeonghan tidak menyapanya dan seolah sibuk dengan catatan yang sedari tadi dia tulis.

"Cheol-ah" suara Doyoon mengalihkan perhatian Seungcheol dari Jeonghan.

"Kau memikirkan apa?" pertanyaan yang Doyoon lontarkan tanpa mereka sadari didengar oleh Jeonghan dan membuatnya sejenak menghentikan kegiatan menulisnya.

"Hmm. Tidak ada. Aku tidak memikirkan apa-apa." jawab Seungcheol singkat yang hanya membuat Doyoon mengerutkan dahi tidak percaya.

"Ah, kau sudah sembuh?" tanya Seungcheol mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Ya. Aku sehat sekarang"

"Syukurlah" Doyoon hanya tersenyum menanggapi ucapan Seungcheol dan berlalu menuju bangkunya.

Who Are You?Where stories live. Discover now