Part 4

235 23 4
                                    

*PAST

(Panti Asuhan Hope - Ilsan)

"HEY, ANAK CENGENG! LEMPAR BOLA ITU KEMARI!" teriak salah seorang anak di tengah lapangan bola sambil sesekali tertawa bersama teman temannya.

Di sisi lapangan, seorang anak lelaki berambut hitam menunduk menatap bola yang baru saja mengenai kepalanya saat dia lewat tadi. Dia Seungcheol. Anak cengeng yang dimaksud oleh mereka.

"KAU TULI, HAH? CEPAT LEMPAR!" ucap anak di lapangan tidak sabar.

Seungcheol tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya. Yang dia tau, matanya kini memanas basah menahan air mata agar tidak keluar. Tidak. Dia tidak cengang. Dia hanya merasa rindu. Rindu orangtuanya yang baru saja pergi ke surga 1 bulan lalu sejak kejadian kecelakaan yang dia dan orangtuanya alami.

Orangtuanya meninggal, hanya Seungcheol yang selamat dengan luka lebam di wajahnya saja. Ajaib memang. Kau pernah mendengar kalau malaikat menjaga anak kecil dengan sangat baik? Mungkin Seungcheol salah satu anak yang dijaga itu.

Sejak saat itu, Seungcheol terabaikan oleh keluarganya sendiri. Keluarga ibu dan ayahnya tidak ada yang mau mengadopsi atau mengurus Seungcheol. Neneknya yang sudah renta, dengan berat hati menitipkan Seungcheol ke panti asuhan. Dan disini lah Seungcheol berada di panti sudah sejak 1 minggu lalu. Setiap hari, hanya dia habiskan dengan diam di kamar, atau sesekali duduk di taman. Mengingat dan kembali mengingat orangtuanya hingga menangis. Rasanya dia ingin marah ke orangtuanya yang tega meninggalkannya di umur 7 taun seperti ini.
Berat badannya menurun drastis karena jadwal makan yang terlalu sering dia abaikan.
Anak anak lain di panti jelas seringkali melihat Seungcheol hanya menangis dan berdiam diri. Hingga akhirnya dia dijuluki anak cengeng oleh beberapa anak panti yang nakal.

Termangu menatap bola di kakinya, Seungcheol tidak sadar jika anak anak di lapangan sudah berjalan marah mendekatinya karena bola itu tidak kunjung dia lemparkan. Hingga akhirnya bahu Seungcheol didorong keras hingga dirinya tersungkur jatuh ke tanah.

"HEI ANAK CENGENG! Kalau kau hanya ingin menangis, menangislah di kamar mandi. Menangis lah hingga meraung layaknya anak perempuan. Hahahaha" anak anak itu menertawakan Seungcheol.

"A aku ti-tidak cengeng!! AKU TIDAK CENGENG!" susah payah Seungcheol mencoba menjawab ejekan anak anak itu sambil menangis.

"Hahahahahaha anak cengeng~ anak cengeng ~" anak anak itu kini malah mengejek Seungcheol tepat dihadapan wajah Seungcheol.

Seungcheol hanya memejamkan matanya sambil menutup telinga mendengar ocehan anak anak itu. Dia benci. Benci disebut cengeng. Ibu dan ayahnya selalu bilang bahwa dia adalah anak yang kuat dan bisa orangtuanya banggakan.
Semakin suara ejekan itu terdengar, semakin marah Seungcheol rasakan.
"Euugrrh!"
Hingga akhirnya dia meraih bola yang ada di sampingnya dan dia melemparnya dengan keras ke muka anak yang tadi meneriakinya.

BUGH!

Bola itu tepat mengenai jidat anak tersebut. Anak itu hanya berdiri, mengusap jidatnya yang terkena debu dari bola tadi sambil menatap marah ke arah Seungcheol.

"BERANINYA KAU HAH?!" anak itu dengan cepat mengambil beberapa batu di tanah dan mengambil posisi untuk melempar batu itu ke arah Seungcheol.
Seungcheol tidak ada waktu untuk lari. Dia tersungkur saat ini dan hanya bisa menutup wajah dan kepalanya dengan tangan.

"RASAKAN INI ANAK CENGENG!" anak itu pun melempar batu batu berukuran kelereng besar ke arah Seungcheol.

"Aaaww aakhh sakit!! Ampun!! Ampuun!!" teriak Seungcheol merasakan batu batu itu menghantam tubuhnya. Tapi rasa sakit itu tidak lagi terasa saat tubuhnya dipeluk oleh seseorang. Sesosok anak kecil lain kini dengan tiba-tiba memeluknya dan memberikan tubuh bagian belakangnya sebagai tameng untuk menahan batu batu itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 02, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Who Are You?Where stories live. Discover now