Y/n POV
Hari ini hujan lagi, ritual pernikahan harus ditunda untuk kedua kalinya. Aku sekarang berada dikamar bersama Seulgi. Bisa dibilang status kami sama tapi tetap saja dia terlihat lebih cantik dibandingkan aku. Ya mana mungkin aku wanita paling biasa mengalahkan kembang desa seperti dia.
" y/n sebaiknya jendela itu ditutup. Anginnya terlalu kencang" usul Seulgi dengan senyumnya yang manis.
Aku tersenyum kecil dan mengangguk. Seperti biasa wajah manisnya selalu berhasil menutupi katakter liciknya. Aku tahu dia licik, selalu melimpahkan kewajibannya membersihkan kuil kepadaku, menyuruhku sesuka hati. Tapi aku malas melawannya, karna aku sadar semua tidak akan berubah. Cara pandang orang-orang tetap sama, tetap Seulgi si gadis desa yang baik hati, lebih baik dari y/n si gadis kuil.
Aku berjalan menuju jendela yang terbuka lebar. Beginilah nasibku sebagai gadis persembahan. Di desa, kami percaya bahwa setiap 50 tahun sekali dewa akan turun dan membawa keberkahan dengan menikahi gadis yang terpilih. Gadis suci yang dipersembahkan kepada dewalah yang akan membawa keberkahan sesungguhnya. Jika salah saja memilih gadis maka kemurkaan dewalah yang terjadi.
Bukan hanya para gadis saja tetapi para priapun sama. Setiap pria lajang yang terpilih akan menjadi tempat sang dewa 'singgah'. Dalam artian, tubuh pria terpilihlah yang akan dirasuki dewa. Dua pria yang terpilih adalah anak dari kepala desa tuan Koo.
Aku disini sebagai salah satu gadis persembahan. Awalnya seluruh gadis di desa ini diseleksi oleh para pendeta. Banyak dilakukan ritual yang disetiap ritual tersebut mereka yang tidak terpilih akan tersisih. Seminggu yang lalu adalah ritual pemilihan terakhir yang berakhir dengan kami berdua, aku dan Seulgi. Berbeda dengan Seulgi yang terpilih dari berbagai ritual dengan mengalahkan banyak gadis desa. Aku terpilih karna dari kecil aku besar di kuil ini. Orangtuaku entah kemana, yang jelas mereka sengaja membuangku ke kuil ini dengan secarik kertas bertuliskan tidak ingin memilikiku dan ingin membuatku menjadi gadis persembahan.
Sedih memang. Dibuang dari keluarga dan jauh dari pergaulan di desa. Aku hanya hidup di dalam kuil dan membersihkan kuil. Tapi setidaknya itu tidak membuatku minder atau penakut. Dari awal, aku bisa saja melawan segala sikap buruk Seulgi. Tapi aku terlalu malas berdebat dengan si licik Seulgi dan warga desa yang selalu menyudutkan. Aku pikir selagi Seulgi tidak melukaiku secara fisik tidak masalah.
Aku menatap ke luar jendela. Badai semakin kencang, tapi cuaca inilah yang paling ku suka. Perlahan bibirku tersenyum kecil. Aku suka hujan dan badai. Suara hujan jatuh dan angin kencang selalu membuatku lebih tenang.
"Yaa !! Y/n kau tidak di dengar apa yang aku suruh!" Bentak seulgi. Aku memutar bola mataku malas dan segera menutup jendela.
Aku segera berbalik menuju kasurku. Bisa aku lihat Seulgi melemparkan tatapan jijiknya padaku. Sepertinya dia benar-benar membenciku. Terserah apa yang ada dipikirannya, aku tidak peduli.
"aku harap besok ritual pernikahan bisa dilakukan. Aku benar-benar tidak mau sekamar dengan wanita kuil seperti mu" ujar Seulgi kesal sambil menarik selimutnya.
"aku juga berharap seperti itu" gumamku dan perlahan terlelap tidur
.
.
.
Normal POVCuaca kali ini begitu cerah. Ritual pernikahan dilangsungkan dari pagi pukul tujuh hingga malam ini. Dimulai dari kuil hingga keliling desa. Acara puncak adalah malam ini dengan tarian gadis persembahan dan diakhiri dengan memasangkan setiap gadis dan pria pesembahan.
Y/n keluar dari kamar ganti dengan wajah gugup. Dia berbelok menuju lorong utama dan tidak sengaja menyenggol bahu seorang pria.
"jhonsohamnida. Saya tidak sengaja tuan" ujar y/n membungkuk.
"Jika hidupmu tidak berguna setidaknya pergunakan matamu dengan benar. Bodoh." Balas pria itu tajam.
Y/n melihat siapa pria itu. "Tidak heran siapa yang mampu bicara sekasar itu. Ternyata anda tuan Koo Junhoe" jawab y/n dengan tenang.
Junhoe hanya tersenyum miring. "Memang benar apa yang ku katakan. Dan jangan bermimpi untuk menjadi gadis beruntung itu y/n"
Y/n masih terus menatap mata junhoe dengan tenang. "Terimakasih atas perhatian tuan. Tapi kita semua disini tidak tahu takdir yang menunggu. Saya hanya melakukan semampu saya" jawab y/n.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sketsa
FanfictionTentang sketsa kehidupan Kim Bobby dan Koo Junhoe. Akankan sketsa cinta mampu menghiasi kanvas kosong di hidup mereka. Mungkinkah sketsa cinta mereka berujung indah atau justru hancur tak menentu. Mari intip sketsa cinta kim bobby dan pasangannya...