#4
Sakha's POV
Gue sampai di tempat Sahara 10 menit kemudian. Baru pertama kali gue mampir ke workshopnya dia, ternyata gak begitu jauh dari kantor Buddy Brand. Gue di sambut oleh seorang karyawan The Sha's, dia menyuruh gue segera masuk ke dalam.
Di sana gue bisa ngelihat wajah frustasi Sahara. Rambutnya diikat asal-asalan ke atas, dan sebuah bekasan merah muda tercetak di pipinya. Gue yakin itu hasil tamparan yang Shara tadi ceritain. Wanita itu lagi sibuk di depan komputer dengan tangan yang gak berhenti ngeklik mouse, sedang tangan lainnya gak berhenti memijat pelipis.
Di sofa bludru yang workshop ini punya, seorang wanita yang sudah cukup berumur dengan badan besar lagi pasang muka super jutek dan memandang Sahara dengan penuh kebencian. Gue bisa lihat ada kilatan-kilatan petir yang keluar dari bola matanya. Customer gini nih yang biasanya rese.
"Ehem," gue berdehem sambil mengambil posisi di sebelah Sahara.
Wanita itu menengok, akhirnya menyadari kehadiran gue. Matanya tampak kuyu seperti anak anjing yang ada di kartun-kartun kalau lagi melas gitu.
"Sorry banget ngerepotin," bisiknya.
Ya ampun Sahara. Dalam keadaan begini sempet-sempetnya ngerasa gak enak.
Gue mengangguk dan menyuruh dia berdiri, biar gue coba cari informasi dulu terkait riwayat pesanan si ibu gempal tersebut. Sambil gue denger penjelasan bisik-bisik yang Sahara coba ceritakan. Gue mulai memahami apa yang sedang terjadi di sini.
Selama mendirikan Buddy Brand, gue udah kerjasama sama banyak perusahaan yang pastinya juga punya permasalahan dengan customer. Malahan pelangggan-pelanggan brand besar jauh lebih sadis nyinyirnya daripada si ibu-ibu ini. Belum lagi kalau customernya ternyata perusahaan besar lain yang gak segan-segan main jalur hukum jika ada kesalahan. Bukan sombong, tapi bagi gue kasus ibu-ibu ini mah gak ada apa-apanya dibanding kerjaan yang gue hadapin.
Dan gue rasa ibu ini cuma salah satu dari orang rese yang mau cari keuntungan aja. Bukan benar-benar dirugikan atas kesalahan yang dilakukan The Sha's.
Dari cerita Sahara, dia bilang kalau salah satu mantan pegawainya kerja gak bener dan menyebabkan kecacatan pendataan. Itu salah satu hal yang fatal banget. Kemudian setelah gue coba telusuri ternyata emang ada yang janggal dengan si Rani Rani ini. Alamatnya sama dengan si ibu nyinyir yang lagi mandang gue dan Sahara dengan tatapan mautnya.
Gottcha!
Ketangkep lo bu!
Kalau mau main-main sama yang amatiran aja.
"Bu Venna, apa Ibu yakin dengan tuntuan yang ibu ajukan pada The Sha's Mask? Sudah cross check siapa yang sebenarnya salah?" pertanyaan gue langsung bikin dia kicep dan cuma kedip-kedip gak jelas. Paling bentar lagi dia ngompol di celana dan lari terbirit-birit.
"Ibu jangan coba-coba melakukan penipuan ya, tuntutannya bisa dihukum 4 tahun penjara lho," ujar gue datar namun tegas.
Dia mulai gelagapan dan mengalihkan pandangannya dari mata gue. Gue tahu dia lagi coba cari celah buat ngeles. Beberapa bulir keringat mulai berjatuhan di dahinya.
"Mas jangan kurang ajar ya ngatain saya penipu! Saya gak pernah kenal sama Rani dan nyuruh dia melakukan penipuan order!"
"Nah!"
Si ibu langsung menutup mulutnya yang keceplosan membicarakan dosanya sendiri. Gue ketawa senang dalam hati.
"Gimana Bu? Masih gak mau ngaku juga? Kalau mau nipu pinteran dikit dong. Ibu mau The Sha's bangkrut sehingga ngurangin saingan bisnis yang baru ibu buka?" ujar gue ala detektif conan yang berhasil menyelesaikan satu kasus pembunuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
It Starts With Broken Heart
ChickLit[PENDING] How to heal a broken heart? Kata siapa patah hati akhir dari segalanya? Buktinya Sahara memulai kisah barunya bersama seorang pria yang baru sehari dikenalnya, saat hatinya benar-benar patah, di Venesia. Sebuah kota cinta yang bisa membuat...