Ketemuan di Ribs and Chips abis pulang kuliah. Ajak Delilah juga, tapi jangan kasih tahu Ella ya!
AKU memandangi pesan BBM dari Bea dengan bingung. Aku tahu, Senin ini hari ulang tahunnya. Dan seperti biasa, seharusnya kami merayakannya berlima. Okelah, dia tidak menyinggung-nyinggung Paulin lantaran hari Minggu kemarin temanku itu mendadak harus pulang kampung karena neneknya sakit. Tapi kenapa tiba-tiba dia tidak ingin mengajak Ella? Apa mereka tiba-tiba bertengkar tanpa sepengetahuanku?
Aku berusaha mengingat-ingat, apa yang terjadi akhir minggu kemarin. Tentu saja selain kematian Merly yang anehnya tidak disinggung sama sekali oleh siapa pun juga hari ini. Aku dan Delilah sempat saling berpandangan setiap kali semua orang mengobrol soal cuaca, lalu-lintas, film, dan hal remeh lainnya. Hidup berjalan seperti biasa, seolah kematian Merly tidak memengaruhi mereka.
Kembali ke topik semula, sepertinya akhir minggu kemarin tidak ada insiden apa pun yang melibatkan Bea dan Ella...
Eh, tunggu dulu. Bea sempat batal mengantarkan Ella. Apa itu sumber masalahnya? Apa mereka berdua bertengkar karena Bea batal mengantar Ella? Atau justru sebaliknya, karena mereka bertengkar, mereka jadi batal pulang bareng?
"Kata Bea, nanti kita mau diajak makan ya?" bisikku pada Delilah.
"Iya," sahut Delilah dengan nada suara normal. "Hari ini kan dia ulang tahun."
"Dia bilang nggak sama lo kalo dia nggak ajak Ella?"
"Ah, masa?" Kali ini mata Delilah yang sudah belok makin membesar. "Kok bisa? Emang ada apa?"
"Gue juga nggak tahu." Aku mengedikkan bahu. "Bea nggak bilang alasannya di BBM, gue juga nggak tanya. Gue pikir enakan tanya langsung orangnya."
"Hm... bener juga sih... Tapi kok bisa? Kalo Ella sampe nggak diajak, artinya lagi ada masalah besar. Mereka berdua kan deket, lebih deket daripada sama kita!"
"Gue juga nggak terpikir ada masalah apa. Tapi kemarin Jumat, waktu lo udah pulang, gue masih ketemu sama Bea lho. Katanya dia nggak jadi pulang sama Ella. Malahan dia main sama Rena dan temen-temennya."
"Masa? Seharusnya dia anterin Ella pulang!" Delilah mengernyit. "Aneh nih! Tapi omong-omong, gimana tuh soal Daryl kemarin? Gila, akhirnya, Sel! Lo kan udah naksir dia selama tiga tahun! Mana sangka dia pedekatein lo sekarang?"
Yah, sebenarnya aku sudah tidak sabar ingin bercerita pada Delilah, tapi aku tidak enak menceritakannya lewat BBM di akhir minggu. Aku tahu Delilah selalu sibuk di luar jadwal kuliah kami, entah dengan kerja sampingannya ataupun membantu ibunya di rumah. Mana mungkin aku tega menyita waktunya untuk bergosip tentang masalah yang tidak ada hubungannya dengan dirinya?
"Bukan pedekate juga," sahutku waswas. "Dia memang baik kok. Kayaknya dia benar-benar peduli sama Merly, nggak kayak orang-orang lain yang beneran kenal Merly. Dia nemenin gue sampe ketemu orangtua Merly, terus nemenin mereka ngurus urusan dengan pihak kepolisian, juga pengembalian barang-barang Merly. Terus... ehm..." Aku menimbang-nimbang sejenak, lalu memutuskan bahwa di dunia ini, hanya ada satu cewek yang kupercaya dan cewek itu kini ada di depanku. "Delilah, ini rahasia ya, cuma di antara kita aja? Jangan kasih tahu siapa-siapa, termasuk Bea, Ella, dan Paulin. Oke?"
Delilah menatapku dengan tampang heran. "Oke."
"Daryl juga mengadakan penyelidikan," bisikku. "Dan dia ngajak gue ikutan. Lo harus tahu, Merly nggak bunuh diri!"
"Astaga!" teriak Delilah tertahan. "Terus kenapa dia bisa loncat begitu?"
"Kayaknya ada yang dorong dia."
Mulut Delilah langsung ternganga. "Hah?"
"Ada pembunuh yang berkeliaran di kampus ini."
"Ya Tuhan!" Delilah mencengkeram lenganku. "Ya, ampun, Giselle! Serius?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA TERGELAP - Lexie Xu
Teen FictionDark Series #1: Rahasia Tergelap telah terbit tahun 2016. Nukilan Rahasia Tergelap akan ditampilkan di Wattpad mulai Juli 2017 menyambut terbitnya buku kedua seri ini, Perburuan dalam Kegelapan. *** Giselle tidak pernah menyangka Merly akan mengakhi...