Chapter 1

722 37 4
                                    




Mi Young tidak bodoh ataupun idiot. Dulu, saat ia berusia 10 tahun, Mi Young pernah melihat sebuah kejadian yang tidak akan pernah dilupakannya. Sahabatnya, In Jung, tewas tertembak oleh seorang narapidana yang kabur dari penjara. Narapidana yang berlari di depan sekolah Mi Young saat dikejar oleh polisi itu tidak sengaja melepaskan tembakan dan mengenai In Jung yang berdiri tepat di samping Mi Young.

Sejak kejadian itu, Mi Young berubah drastis menjadi anak yang pemurung, pendiam serta mudah terkejut dengan suara-suara keras. Tuan dan Nyonya Hwang sudah mengantarnya ke psikolog dan psikiater, mereka mengatakan kalau jiwa Mi Young terganggu dan mengalami traumatic mendalam yang menyebabkan anak itu bertingkah seperti anak keterbelakangan mental. Entah sampai kapan. Kedua orantua Mi Young pun menyerah. Dan bukannya memberikan kasih sayang yang lebih, kedua orangtuanya malah memberikan hal itu kepada Yoona dan Soojung, kedua adik Mi Young.

Tapi Yoona dan Soojung sangat mencintai kakak sulung mereka, bagaimanapun keadaannya. Walaupun Mi Young tidak bertingkah seperti gadis dewasa lain, hatinya begitu lembut dan tulus. Mi Young tidak pernah meledak-ledak seperti Yoona ataupun manja seperti Soojung. Jauh dalam lubuk hatinya ia mengerti kalau kedua orangtuanya membenci dirinya yang sekarang.

Bab 1

"Bibi Kim, dimana Kakakku?"

"Nona Yoona, Nona Miyoung masih mengunci diri dalam kamarnya. Ia tidak mau makan sebelum Nona pulang."

Yoona, gadis cantik bertubuh sedikit kurus dan tinggi. Wajah cantiknya menunjukkan kekhawatiran yang besar. Ia sangat menyayangi Kakaknya, MiYoung. Walaupun MiYoung tidak senormal gadis lainnya, Yoona tetap mancintai kakaknya itu. Ia tidak peduli terkadang kedua orangtuanya membandingkan Yoona dan Soojung dengan si sulung.

"Eonnie, buka pintunya! Aku sudah pulang!" panggil Yoona dari depan pintu kamar MiYoung. Ia mengetuk pintu tersebut beberapa kali.

"Apa Eonnie juga tidak ingin bertemu denganku? Apa Eonnie tidak merindukanku? Aku sangat merindukanmu. Bukalah pintunya!" bujuk Yoona.

Yoona tahu kalau MiYoung masih merasa sedih dan tersinggung oleh karena ucapan kedua orangtua mereka sebelum berangkat ke Singapur tadi pagi. Mungkin MiYoung berusaha terlihat tegar di depan adik-adiknya, namun ia yakin kalau sebenarnya hati MiYoung sudah sangat tercabik-cabik bagaikan potongan kertas. Tidak hanya MiYoung yang sering menangisi dirinya sendiri, tapi Yoona dan Soojung juga sering menangis untuknya.

Tapi sebagai adik, mereka berusaha untuk menghibur MiYoung, bukan menangis di hadapan si sulung itu. Sebab MiYoung saja dapat menghibur adik-adiknya, kenapa mereka tidak?

Flashback

"Yoona-yah, Soojung-ah!"

"Nde, Eomma?" jawab Yoona dan Soojung serentak. Mereka sekeluarga sedang menyantap sarapan bersama-sama di meja makan, termasuk MiYoung dan boneka Woody yang tak pernah lepas darinya. Tapi seperti biasa, sang Ibu hanya memanggil dua putri lainnya untuk mengobrol.

"Appa dan Eomma akan ke Singapur pagi ini. Mungkin hanya untuk 3 hari. Eomma dan Appa harap kau bisa mengurus perusahaan sebelum kami pulang, Yoona-yah. Jangan lupa kontrol adikmu. Karena akhir-akhir ini Eomma perhatikan dia sering pulang terlambat. Arraseo?" ujar Eomma.

"Aku pulang terlambat karena latihan dance, Eomma!" Soojung membela diri.

"Ya ya ya, Appa dan Eomma mengerti. Kami hanya khawatir kalau nanti anak-anak dance jalanan itu akan mempengaruhimu, Sayang!" tukas Appa.

Ebook sifanyWhere stories live. Discover now