#1 - sahabat

49 19 16
                                    

Tidak ada persahabatan antara perempuan dan laki-laki. Mungkin itu memang benar. Biarkanlah aku memendam perasaan ini karena aku takut kau menjauh.

Hari ini tumben sekali bagi seorang Bian, cowok pemalas dan tukang mager itu bisa sampai di sekolah jam 06.15 pagi. Sekolah pun masih sepi dan bisa di hitung hanya beberapa siswa saja yang baru datang. Termasuk cowok itu.

Entah setan apa yang merasuki dirinya sehingga bisa pergi ke sekolah pagi-pagi. Padahal setiap hari Bian terbiasa telat sampai sekolah.

Lalu Bian memarkirkan motor ninjanya yang berwarna putih itu di parkiran sekolah. Setelahnya, ia berjalan di koridor sekolah menuju kelasnya yang ada di gedung B lantai 2.

Bian sedari tadi merapikan rambutnya yang berantakan akibat memakai helm. Harus rapi, itu yang ia jaga selalu di sekolah. Sebenarnya Bian tipikal cowok yang termasuk bad boy, karena ia satu genk dengan teman-temannya yang semuanya bad boy. Tetapi ia tidak mau kalau penampilannya harus berantakan. Ia bukan tipikal cowok amburadul.

Sampai di kelas, Bian langsung melempar tasnya ke tempat duduknya dan dengan sekali lemparan langsung mendarat dengan mulus di atas meja. Lalu Bian duduk di kursi guru dan mengeluarkan earphone-nya. Bian memutarkan lagu kesukaannya, lagu dari cold play.

Look at the stars,
Look how they shine for you,
And everything you do,
Yeah they were all yellow,

I came along,
I wrote a song for you,
And all the things you do,
And it was called yellow..

So then I took my turn,
Oh all the things I've done,
And it was all yellow..

Your skin,
Oh yeah your skin and bones,
Turn into something beautiful,
Did you know you know I love you so,
You know I love you so..

Bibir Bian mengikuti lirik lagu tersebut. Di ikutinya dengan nada pelan, seperti berbisik. Ia mengikuti alunan lagu itu dengan mata tertutup dan menyenderkan tubuhnya ke kursi.

Duaaaarrrrrrrrrrr

Suara itu mengagetkan Bian. Suara bantingan pintu dari luar.

"Loh Bi? Kok lo tumben berangkat subuh buta gini?" Tanya Pandu, teman sebangku Bian dan sekaligus teman satu genk-nya.

"Lagi pengen ganti suasana gue." Jawab Bian mantap.

"Yaelah, biasa juga lo telat Bi."

"Bodo."

"Lo lagi sakit apa gimana? Biasanya kan kalo lo berubah jadi lebih baik pasti lagi sakit kalo ngga lagi kalah maen Get Rich." Ledek Pandu.

"Berisik sih, gue berubah salah gue ga berubah apa lagi."

"Hahahaha iye dah slow."

"Lo bisa ngga Ndu kalo buka pintu nggak usah ganas kayak tadi? Bikin jantung orang copot." Ketus Bian karena tak terima ia di kagetkan oleh gebrakan pintu tadi.

"Demi apa Bi? Jantung lo copot? Mana kok nggak keluar?" Ucap Pandu sambil meraba-raba tubuh Bian.

Seketika itu Bian langsung mendorong tubuh Pandu agar jauh-jauh darinya.

"Apa sih Ndu ngga usah grepe-grepe gue."

"Grepe dikit gapapa kalik Bi hahahahaha"

"Najis." Ucap Bian di ikuti dengan gelakan tawa Pandu terbahak-bahak mendengar respon Bian.

****

Seiring berjalan waktu, SMA Pelita Bangsa Jakarta itu mulai ramai dengan kedatangan para siswa-siswi dan guru-guru. Begitu pula dengan kelasnya Bian, XI MIA 1 itu telah ramai dengan siswa kelas itu. Sadar karena teman-teman kelasnya sudah pada masuk ke kelas, Bian bangkit dari tempat duduk guru dan berjalan menuju bangkunya. Disana sudah ada Pandu yang sedang menyalin PR milik Bian.

All Is WellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang