Part 01 - Rara

88 7 1
                                    

Namanya Nabilla Naura Putri, tapi cukup panggil saja Rara. Dia bukan anak populer apalagi hits disekolahnya.

Rara hanya seorang siswi kelas sepuluh di SMA Pertiwi. Dia suka sekali dengan yang namanya ice cream. Tidak mudah bergaul dengan orang yang baru ditemuinya. Tidak banyak bicara kecuali dengan Kak Angga, satu - satunya kakak laki - lakinya dan ketiga sahabatnya - Lisa, Kinar dan Dea.

Tidak ada yang special dari kisah cintanya selama ini. Kecuali tentang dia. Ya dia yang selalu bisa membuat gadis itu tersenyum ketika menyebut atau mendengar namanya, apalagi melihatnya, bisa membuat mood gadis itu baik sepanjang hari.

Seperti pagi ini, Rara melihat dia melewati depan kelasnya, untungnya tempat duduk Rara ada di pojok samping agak belakang, dekat dengan jendela, sehingga bisa melihat dengan jelas siapa saja yang lewat di depan kelasnya, yang kebanyakan adalah mereka yang pergi ke kantin.

Saking fokusnya melihat mereka - dia dan teman - temannya lewat, Rara sampai tidak sadar jika Pak Joni sudah berhenti menjelaskan rumus-rumus fisika dan berganti menatapnya dengan tajam.

"kamu yang duduk di belakang, dengarkan jika saya sedang menjelaskan" tegur Pak Joni dengan suara yang menurut Rara mengerikan, "atau keluar dari kelas saja jika tidak mau mendengarkan saja mengajar" lanjut Pak Joni dengan nada yang sangat serius. Semua anak di kelas itu diam seketika dan memandang ke arah tempat duduk Rara.

Tak berani menjawab, Rara hanya bisa menundukkan kepala nya, tau jika dia bersalah.

Rara bukan anak yang suka membuat masalah dengan gurunya, dia bahkan tergolong anak yang rajin mengerjakan tugas, meskipun dia bukan siswi yang pintar - pintar amat.

***

Kelas sepuluh dua - kelas Rara, berada di gedung pojok agak belakang, yang menurut dia sangat strategis, karena selain dekat dengan kantin, kelas sepuluh dua juga dekat dengan toilet, lapangan basket, dan yang paling membuat Rara senang dengan kelas sepuluh dua adalah karena kelasnya itu dekat dengan perpustakaan. Rara sangat suka membaca, apalagi novel dia akan betah berjam-jam untuk membacanya.

Seperti teman - temannya yang lain, Rara juga menyukai jam kosong, seperti saat ini, jam pelajaran Bahasa Indonesia di kelas sepuluh dua kosong, karena Bu Lucia sedang ke luar kota.

"Sa, ke perpus yuk!" ajaknya pada Lisa, teman sebangku Rara, yang juga merupakan sahabatnya sejak SMP, yang kebetulan sekelas lagi waktu mereka masuk SMA.

"gue laper, Ra. Kantin dulu aja yuk" pasti nih anak penyakitnya satu, suka laper.

"oke deh, tapi ntar temenin ke perpus ya?"

"iye, iye, yang penting makan dulu" jawab Lisa sambil mengambil uangnya di dalam tas.

Emang urusan makan nomer wahid bagi Lisa, tapi untungnya badannya tidak gemuk - gemuk, padahal makannya bisa sampai dua kali lipat dibandingkan porsi makan Rara.

"Yuk. Eh Kinar sama Dea kemana sih?" Tanya Rara pada Lisa sambil melihat ke bangku depan, tempat duduk Kinar dan juga Dea, mereka berdua sahabat Rara sama seperti Lisa, hanya saja mereka baru kenal ketika masuk SMA.

"gak tau, ke toilet mungkin" kata Lisa sambil mengangkat bahunya, "duluan aja yuk, mereka nanti juga nyusul, udah kelaperan nih"

***

Entah suatu keberuntungan atau emang takdir, setelah selesai memesan semangkok Bakso dan segelas es teh manis, mata Rara melihat seseorang yang selalu membuat jantungnya berdegup kencang memasuki kantin bersama teman-teman nya.

"Heh, Ra. Lihatin apaan sih, sampe gak kedip - kedip gitu?" Tanya Lisa tiba - tiba membuyarkan lamunan indah Rara dengan pujaan hatinya.

"eh..nggak, nggak lihat apa - apa kok, tadi cuma lihat ada lalat terbang" jawab Rara spontan.

Bukannya Lisa percaya dengan apa yang dikatakan sahabatnya itu, hanya saja dia memilih untuk menyelamatkan perutnya yang keroncongan dan segera memakan pesanan baksonya yang udah datang.

Lisa tau apa yang sedang dipikirkan sahabatnya itu, dia juga tau apa yang membuat sahabatnya itu senyum - senyum sendiri seperti orang gila, meskipun Rara tidak mau menceritakan secara langsung.

Lisa berpikir pasti suatu hari nanti sahabatnya itu pasti akan menceritakan semuanya sendiri kepadanya, tanpa dia harus bertanya. Karena memang seperti itulah Rara, dia tidak akan menceritakan apapun tentang hidupnya meskipun di tanya kalau dia memang belum ingin atau belum siap untuk bercerita, bahkan dengan sahabatnya sendiri.

***

Ruang kelas XI IPS 3 tidak seramai biasanya, meskipun jam kosong karena guru matpel yang mengajar tidak masuk kelas, tapi semua penghuni kelas itu duduk di kursi masing - masing, tidak ramai, tidak ada yang berkonser dengan sapu dan alat -alat lainnya, tidak ada yang berdandan, tidak ada juga yang bergosip. Semua sibuk dengan lembar kertas kerja masing - masing.

Meskipun hari ini Pak Idrus tidak masuk ke kelas untuk mengajar, tapi beliau memberi tugas kepada murid-muridnya, XI IPS 3, mengerjakan soal akuntansi dan harus dikumpulkan setelah jam mata pelajaran akuntansi selesai, dan akan diambil nilai sebagai nilai tugas, hal inilah yang membuat Raka dan teman - temannya duduk manis di tempatnya.

Bel tanda istirahat berbunyi, menandakan bahwa tugas - tugas itu harus sudah dikumpulkan.

"woy, bentar, belum selesai nih, main tarik - tarik aja" protes Mamat ketika lembar kerjanya ditarik oleh Adit.

"makanya cepetan dong, gue juga mau ke kantin tauk, dan gara - gara lo gak selesai-selesai jam istirahat gue jadi berkurang" jawab Adit gak terima. Karena Adit sebagai ketua kelas dia diberi tanggung jawab untuk mengumpulkan tugas teman - teman sekelasnya, dan karena itu, mau tidak mau harus menunggu semua teman- temannya selesai mengerjakan tugas.

Raka yang melihat temannya kebingungan mencari contekan sana sini karena belum selesai mengerjakan, hanya tersenyum sambil memainkan ponselnya.

"gara-gara lo sih, Ka, gak mau ngasih contekan, jadinya lama kan" kata Mamat menyalahkan Raka, dia masih saja mencari kambing hitam atas tidak terselesaikannya tugas akuntansinya.

"daripada ngomong terus, cepetan selesaiin tuh tugas, atau lo kumpulin seadanya itu aja" jawab Raka cuek.

Dia memang sudah selesai mengerjakan tugasnya, dan bukannya tidak mau memberi contekan, hanya saja sahabatnya itu yang terlalu lambat untuk menyalin pekerjaan Raka.

***

#tbc

||/01/2018||

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang