Telur

188 9 3
                                    


Halohaii...!Ketemu lagi!

Sou, siapa yang tertarik silahkan dinikmati. :D


Tapi satu yang saya pinta, tolong kasih masukan ya, onegai desuu...


Seperti biasa mengandung little bit of IFK! DLDR, YA!


Sebelumnya, thax to teman-teman yang sudah feedback baik itu, fav, fol, dan yang mereview fict ini; Habibah794, anna, Aiko hara, dan Akira Hikari406.


Sou, langsung saja, enjoy it...


.............................................


Keterpaduan dalam artian saling melengkapi merupakan komponen penyelaras yang sangat dibutuhkan dalam suatu ikatan yang memberikan hubungan tanpa pamrih dalam berbagi kasih dan sayang. Namun, bukan berarti pembatas itu tidak ada, keterbatasan dalam hidup itu merupakan privasi egois yang tak bisa dihindari, terlebih perbedaan. Yang penting, hanya jangan jadikan hal itu momok yang menimbulkan problemik penguras hati dalam memeras fikiran.

Setujukah kamu, perbedaan memberikan kesempurnaan yang didamba setiap hamba? sedang pembatasan itu kebebasan yang memberikan kelegaan dalam ikatan?


Dalam indahnya sebuah kenikmatan panekuk apel tak lepas dari si "Telur." Indah dalam keterpaduan yang memperlihatkan batasan, perbedaan bukan berarti memberikan kekurangan, melainkan kekuatan dan daya tarik sendiri. Dalam kenyalnya siputih telur memberikan daya perekat yang melindungi si kuning telur yang rapuh dalam kemat yang penuh pesona.

JULIOT ROBBERHEART PRESENT

-Book 2 of Panekuk Apel-


Chapter 2: Telur


Naruto and all character


as always belong to Masashi Kishimoto


little bit of IFK


sligh another


WARN: Standart Warning Applied,


DLDR!


...JULIOT ROBBERHEART PRESENT...

Langkah tegap yang dibawa Itachi dari rumah Kyuubi, mengarah pasti menuju rumah bergaya tradisional yang memiliki taman yang dihiasi bebagai macam tanaman yang menjadikan rumah itu tampak teduh dan asri dalam bersamaan.

Tak mempedulikan sekelilingnya, senyum terpeta di wajah penuh damba, Itachi. Tidak sedikit orang yang melihatnya, balas tersenyum walau tahu senyum itu tidak untuknya, seraya berjengit dalam hati bahwa senyum Itachi, senyumnya, oh shit~ menular sekali!

Mengucap salam, Itachi melenggang pasti memasuki kediaman yang selama ini dia sebut rumah, tempat pulang yang memberikan rasa aman dan nyaman dalam bersamaan.

Book 2 of Panapel: The IngredientsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang