1st

25 4 5
                                    

Hai,kenalin nama gue Jovan! Lengkapnya Andreas Jovandi. Entah apa artinya aku tak pernah bertanya pada orangtuaku.

Sekarang aku bersekolah di SMPN 7 kelas IXE,kelas paling akhir. Harusnya kelas yang terakhir itu F,tapi karena jumlah murid tahun ajaran baru yang masuk sangat banyak,terpaksa kelas 9 dikurangi menjadi 5 kelas,sedangkan kelas 7 nya menjadi 8 kelas.

Pagi ini aku sedang siap-siap mau kesekolah. Aku sudah siap diatas motorku.

"Ma,aku berangkat dulu ya.",pamitku pada Mama dari atas motor.

"Ya,belajar yang benar. Jangan main cewek disekolah!",pesan Mamaku.

Aku hanya nyengir dan tancap gas meninggalkan rumah menuju sekolah.

Kalau ditanya soal sifat,aku bukanlah orang dengan kepribadian baik. Teman-temanku sering mengataiku 'playboy' karena aku memiliki banyak mantan pacar.
Tapi sekarang aku tak mau pacaran dulu. Pasti ujung-ujungnya putus, trus aku diejek-ejek teman-temanku disekolah. Aku kapok!

Aku memberhentikan motorku. Bukan didepan sekolah, melainkan disebuah rumah. Didepan rumah itu sudah berdiri teman laki-lakiku, ia terlihat tidak sabaran.

"Kenapa lama sekali sih?",tanya temanku. Ia memeluk dirinya sendiri,nampak kedinginan,padahal ia sudah menggunakan jaket.

"Tadi agak lama cari kaus kaki...",alasan ku," Sudah,ayo naik,nanti telat lagi."

Saat naik diboncenganku,ia masih menggigil kedinginan. Aku geli melihatnya seperti itu.

"Kalau kedinginan,peluk gue aja,ntar pasti hangat!",godaku.

Ia terlihat sedikit kesal lalu memukul bahuku,"Ogah,najis! Lu kira gue homo?!"

Aku makin tertawa mendengarnya,sekarang rasanya aku tak sanggup bawa motor.
"Aduh! Lo ini lucu sekali! Awas sama omongan,ntar karma lho!".

BUK!

Dengan keras ia meninju punggungku.

"Udah cepet jalan!!!"

Aku dengan cepat tancap gas sesuai perintahnya tadi. Aku tak mau dipukul lagi olehnya. Sakit sekali rasanya!

Ryan Anugerah Langit,itu nama lengkap temanku. Lucu bukan? Biasanya dipanggil Ian. Dia merupakan temanku dari kelas 7 smp. Untung sekali kami tak pernah pisah kelas.

Ian itu orangnya pendiam,tidak terlalu banyak omong,tapi aku senang berteman dengannya. Karena sifatnya yang tertutup itu,orang lain gak tahu kalau Ian itu orangnya rame.

Aku sangat senang punya teman... ah,bukan...sahabat seperti Ian. Pokoknya Ian cuma milikku! Titik!.

Sesampainya disekolah,setelah memarkirkan motor diparkiran samping sekolah,kami berjalan masuk. Kebetulan kami bertemu dengan salah satu teman ku saat kelas 8.

"Hai,Teres!",sapaku. Cewe kuncir kuda itu menoleh kearahku saat kusebut namanya." Hai juga,Van! Eh,ada Ian!",balasnya.

Ian cuma senyum menanggapi sapaan Teres itu. Teres kemudian berlalu mendahului kami.

Sudah menjadi sifat Teres untuk cuek. Kalau orang yang menyapanya tidak terlalu dekatnya dengannya,ia tidak akan mau menghabiskan  waktu untuk mengobrol dengan orang itu. Karena itulah kadang ia dikira sombong.

Aku juga tidak terlalu dekat dengannya,terkadang ia mau banyak bicara dengan kami berdua saat ngumpul-ngumpul dengan teman-teman yang lain.

Dan setahuku ia cuma punya satu teman akrab sama sepertiku. Hanya saja sekarang tak terlalu sering bertemu lagi karena beda kelas. Teres di IX-D sedangkan teman akrabnya itu sekelas denganku. Makanya saat ia datang kekelasku untuk mendatangi temannya,yang kudengar dari mulutnya hanya omelan tentang mengapa ia pisah kelas dengan temannya.

SadarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang