Di

3.6K 245 37
                                    

Taehyung langsung melesat begitu keluar dari ruangannya dan bertemu dengan Alisa yang mengabari bahwa Jungkook collapse. Lagi.

Demi apa pun, Taehyung bersumpah ini adalah kabar yang paling ia benci seumur hidupnya.

Telinga dan hatinya sudah terlatih bertahun-tahun untuk bertahan ketika mendengar kabar-kabar buruk seperti ini, tapi rasanya tidak berubah. Tetap menyakitkan.

"Om Dokter!" Panggil Alisa sambil berlari-lari kecil ke titik Taehyung berdiri. Membuat Taehyung berjongkok untuk menyejajarkan tingginya dengan anak itu, menebak-nebak apa yang terjadi sampai suara anak itu terdengar begitu panik.

"Kenapa? Jangan lari-lari nanti kamu jatuh."

Alisa mengatur napasnya dengan boneka di dekapannya. Matanya sayu menyiratkan kesedihan, "Tadi aku liat Kak Kuki dibawa Om Hoseok ke UGD. Kak Kuki pingsan lagi!" Bibir Alisa mencebik kecewa, ia bergumam dan itu masih bisa didengar Taehyung. "Kak Kuki kok sekarang jadi pembohong..."

Taehyung memaksakan senyum. Ia mengusak rambut anak perempuan di depannya. "Dokter yakin Kak Kuki gak apa-apa kok." Katanya, lebih menenangkan pada dirinya sendiri. Taehyung berdiri dari jongkoknya, mengusak rambut Alisa sekali lagi sebelum melesat setelah mengucapkan, "Makasih ya, Lis."

Taehyung menarik bangku di sisi brankar Jungkook untuk ia duduki. Matanya tidak lepas dari wajah pucat Jungkook. Tangan Taehyung mengelus jemari Jungkook yang dingin. Ia berucap pelan, "Kok bisa gini sih, Kook? Kamu ngapain?"

Jungkook hanya memandang Taehyung dengan senyum di bibirnya. Jemarinya yang lemah berusaha membalas elusan lembut Taehyung yang menenangkan.
"Aku gak ngapa-ngapain, Tet." Sahut Jungkook pelan, lemah sekali suaranya. Membuat goresan tambahan di hati Taehyung ketika mendengarnya. Ia benci ketika sahabatnya tidak berdaya seperti ini. "Rasa sakitnya dateng gitu aja."

"Katanya kamu mau pulang?"

Jungkook mengangguk.

"Aku gak suka liat kamu di sini, Kook. Aku rasanya pengen ngusir kamu tau. Bosen liatnya."

Jungkook tertawa kecil. "Aku juga."

Taehyung memandang ke luar jendela. Langit di luar mendung dan rintik hujan mulai turun membasahi tanah. Lantas matanya kembali pada Jungkook. "Hujan, Kook. Kalau nanti sore udah berhenti, aku mau main." Dokter itu menaik-turunkan alisnya. "Mau ikut gak?"

"Asal jangan jorok ya."

"Sebersih apa pun tetep aja kamu bilang jorok kan?"

Lantas keduanya terkekeh.

"Istirahat ya, Kook. Biar nanti sore bisa nemenin aku."
***
Lengan yang terbalut jaket tebal itu menopang dagu di lengan kursi roda yang didudukinya. "Kamu gak bosen apa, Tet?"

Taehyung menggelengkan kepalanya tanpa menoleh pada Jungkook. "Enggak. Awannya berubah terus kok."

Jungkook memutar bola matanya malas. Pandangannya beralih pada sepasang suami istri dan satu anaknya yang digendong. Ketiganya jelas melihat Taehyung yang berjongkok di sana.

"Sore, Dokter..." Istrinya memberi salam dan suaminya tersenyum.

Sontak Taehyung mendongak dan berdiri, sedikit menundukkan kepalanya membalas salam. "Sore..."

Jungkook masih bisa mendengar suara anaknya ketika keluarga itu telah melewati mereka berdua. "Emang dia dokter, Ma?"

"Iya, sayang. Kan yang tadi pagi dateng ke ruangan kamu. Yang bilang kamu boleh pulang hari ini."

"Kok jorok, Ma?"

Mendengarnya, Jungkook tergelak puas. "Pffffttt... Kamu denger, Tet? Kamu denger?" Matanya membentuk bulan sabit saat ia tertawa.

SUNRAIN ; vkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang