Tri

3.6K 232 47
                                    

Taehyung tidak bisa berhenti menghela napas gugup semenjak ia memasuki ruang operasi bersama anggota tim dan berdiri di sisi tubuh Jungkook yang sudah tertidur dengan anestesi di atas meja operasi. Ia memendarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Semua orang berekspresi serius karena ini memang operasi besar. Dan Taehyung tidak boleh lengah sama sekali, otaknya memainkan rekaman ekspresi orang tua Jungkook yang berharap besar padanya. Meski ia bukan pemimpin operasi, tapi seorang asisten utama dalam sebuah operasi juga peran yang penting.

Taehyung semakin tegang ketika pintu operasi terbuka untuk terakhir kali dan Sejin masuk dengan tampang serius khas seorang dokter.

Sang dokter itu mengambil posisi di seberang Taehyung, ia memandang asisten utamanya sebentar. Matanya menyiratkan permohonan agar Taehyung fokus dan tidak melibatkan emosi di sini.

Taehyung mengangguk.

Operasi dimulai.

"Scalpel."

Sejin mulai membelah dada Jungkook.

Sialan.

Fokus.

Taehyung tidak henti-hentinya meneriaki diri agar fokus dan membantu Sejin. Berusaha agar melupakan bahwa pasien yang terbaring di atas meja operasi bukan sahabat terbaiknya, bukan sosok yang seperti seorang adik baginya, bukan sosok yang disayanginya.

Sugesti itu sangat membantu. Sampai air mata tolol Taehyung turun ke pipi dan sedikit memburamkan pandangannya. Otaknya kosong dan Sejin menyadarkannya.

"Kim Taehyung!"

Taehyung tersentak. Ia mendongak dan menatao Sejin dengan pandangan bersalah.

Sejin menghela napas. "Bisa fokus? Ini sahabatmu. Keberhasilan operasi juga ada di tanganmu."

Taehyung mengangguk. Ia menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan harapan lebih tenang.

"Seseorang tolong hapus air matanya." ucap Sejin, sebelum akhirnya kembali pada operasi.

"Irigation."

Ini bukan pertama kalinya Taehyung terlibat dalam operasi besar seperti ini. Sebagai dokter spesialis jantung tentunya ia sudah banyak berpengalaman dalam sebuah operasi. Baik itu menjadi asisten utama maupun menjadi asisten kesekian. Tapi ini pertama kali bagi Taehyung untuk ikut operasi dengan emosi mendalam yang bercokol di dalam dirinya.

Jungkook bukan teman pertamanya. Taehyung sudah memiliki beberapa teman di sekolah, tapi Jungkook adalah satu-satunya teman yang ia lindungi semenjak awal mereka bertemu. Jungkook adalah sosok yang membuatnya betah di rumah sakit untuk mempelajari sedikit tentang ilmu kedokteran semenjak kecil. Jungkook adalah motivasinya untuk menjadi seorang dokter.

Bertahun-tahun dan nyaris 24 jam sehari bersama, membuat Taehyung hapal dengan semua ekspresi dari sahabatnya. Ekspresi bahagia, ekspresi sedih, ekspresi konyol, ekspresi ketakutan, ekspresi khawatir, dan ekspresi kesakitan. Yang terakhir benar-benar membuat Taehyung ikut merasa kesakitan.

"Tet, semalem ada tayangan film horror di tv. Trus aku tonton." Cerita Jungkook di pagi harinya ketika Taehyung menjenguknya lagi.

"Trus?"

"Hehehe. Menurut kamu apa?"

"Kamu takut?"

"Kagetlah! Udah takut, tegang, kaget. Wakakak. Bego ya?"

Taehyung mencibir. "Kalau ada kata yang mendeskripsikan lebih dari bego, itu kamu."

"Ih, jahat."

SUNRAIN ; vkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang