Rindu

54 7 0
                                    

Secarik kertas tentang sebuah pilu.
Secoret tulis berisi rindu.

Bagai kapal yang ingin berlabuh.
Kepadamu tempatku mengadu.
----

Aku. Merindukan seseorang yang sampai saat ini masih belum bisa aku gapai, untuk saat ini atau selamanya jalan yang aku lalui dan kamu lalui tak pernah sama, kamu berjalan ke kanan sedangkan aku sendiri berjalan ke kiri.

Aku tidak pernah paham pada diriku. Yang benar-benar tidak bisa mengerti, tentang siapa serta pada siapa rindu ini aku titipkan.

Aku ingin menyampaikan sedikit untuk kamu, yang mungkin esok atau lusa membaca apa yang aku tuliskan hari ini. Aku, yang senantiasa menunggu. Menunggu kamu yang terus berjalan menjauh, hingga kamu lupa jika disini ada seorang dengan segenggam harapnya menunggumu.

Aku, yang senantiasa menitipkan rindu dengan melangitkan beribu-ribu doa tentang kamu. Aku, yang dengan bodohnya menunggu, menunggu bahwa kamu akan kembali.
Kembali, pada rumah yang seharusnya.

Benci atau rindu? Aku tahu, rasa itu sangat sulit untuk dibedakan. Aku tidak pernah tahu bagaimana cara untuk membedakannya. Rasa yang sekarang aku rasakanpun aku tidak tahu. Rindu ataukah benci? Rasa yang aku alami saat ini.

Sesekali aku ingin bertanya pada kamu tentang rindu dan benci. "Apakah kamu pernah menitipkan rindu kamu padaku?". "Apakah kamu pernah membenciku?". Aku ingin tahu jawaban dari setiap pertanyaan yang aku tujukan kepadamu.

Adakah hal lain yang bisa aku dapatkan selain rindu dan benci? Aku tidak pernah mengerti dengan kedua rasa itu. Sungguh, aku tidak berbohong aku sangat lelah dengan semua rindu yang acapkali datang tanpa ragu dengan benci yang semakin hari semakin menjadi.

Kamu. Apakah kamu merasakan apa yang selama ini aku rasakan? Tidak. Tidak? Sungguh kamu tidak pernah merasakannya? Sedikitpun?. Kamu curang! Kamu yang selama ini aku rindukan tidak pernah merindukanku! Kamu yang selama ini aku berselisih karena rindu dan benci. Kamu tidak pernah merasakannya?!.

Kamu curang, amat curang. Aku yang hampir mati karena rindu dan benci yang setiap hari datang silih berganti. Aku yang hampir mati menahan rindu tanpa henti. Aku yang hampir mati karena tertampar benci. Aku yang hampir mati karena rindu dan benci yang kamu beri.

Rinduku, berhenti sampai disini. Tidak untuk besok atau nanti. Semua berhenti. Tentang rindu dan benci yang datang silih berganti.

Terimakasih..
Tolong tinggalkan jejak, vote serta kritik dan sarannya.. :)

Maaf kalau ada penulisan yang belum sempurna :)

Mengungkap RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang