Semakin Jauh

15 3 0
                                    

Jarak, yang teramat jauh.
Hingga aku tak dapat, walau untuk sekadar melihatmu.
-----

Kamu. Masih ingatkah dulu waktu aku dan kamu sering bernyanyi bersama dengan iringan gitarmu. Apakah kamu masih mengingatnya?
Kamu. Masih ingatkah dulu saat kamu mengajariku bagaimana cara membuat sketsa?
Kamu. Masih ingatkah dulu waktu kamu memberiku sebuah Pin Ekskul?
Kamu. Masih ingatkah dulu waktu aku dan kamu saling menertawakan kekonyolan yang kamu buat?
Kamu. Masih ingatkah ketika kamu memujiku? Hingga tanpa sadar pipiku terasa panas.
Kamu. Masih ingatkah ketika aku memaksamu untuk bernyanyi?

Kamu. Masih ingatkah? Ketika kamu terjatuh, semua orang memang tidak tahu tapi aku cukup jelas melihat dan mengingat kejadian itu. Apakah kamu masih mengingatnya?
Kamu. Masih ingatkah waktu aku dan kamu duduk dibawah rindangnya pohon, merasakan terpaan sang angin, menikmati setiap rintik hujan yang turun?
Kamu. Masihkah mengingat semua itu?

Jikalau kamu lupa, aku mengerti sekarang. Karena aku dan kamu semakin jauh. Karena ada jarak yang terlibat. Karena masih ada karena yang lain. Aku mengerti jika kamu lupa semuanya. Mungkin hanya aku yang merasakan kenangan itu, aku sendiri, tidak dengan kamu. Apa benar begitu? Aku tidak memaksamu untuk mengingat semuanya, aku hanya ingin kamu mengingat satu dari banyak kenangan itu. Apa aku terlalu muluk-muluk memintanya kepadamu?

Aku tidak tahu diri memang. Dan aku memang begitu. Aku selalu memaksa keinginanku hingga aku lupa bahwa aku bukanlah prioritasmu. Aku hanya sekilas kenangan lalu yang terjadi. Ah.. kamu benar! Aku hanyalah seorang yang dengan mudahnya percaya menganggap kamu satu untuk selamanya. Lucu memang, aku terkadang menertawakan kebodohanku. Aku terlalu percaya pada jutaan bahkan ribuan rindu tentang kamu.
Terimakasih.

Karena sekarang aku mengerti, karena sekarang aku dan kamu semakin jauh, dan aku berharap esok lusa aku dan kamu akan bertemu.

Aku seharusnya tidak khawatir mengenai apa yang terjadi sekarang. Aku seharusnya faham dengan siapa dan pada siapa rindu itu pulang. Jika tidak dengan akupun tidak masalah. Apakah aku terlalu berharap? Sepertinya tidak juga. Aku tidak mengharapkanmu, karena aku tahu kamu tidak akan pernah bahkan tidak pernah mengerti aku.


Terimakasih..
Tolong tinggalkan jejak, vote serta kritik dan sarannya.. :)

Maaf kalau ada penulisan yang belum sempurna :)

Mengungkap RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang