Prolog
Seminggu telah berlalu sejak kematian ibunya. Elin tetap menjalani aktivitasnya seperti biasa. Walau seringkali perasaan rindu dan terpuruk singgah dalam hatinya. Elin tetap berusaha tegar.
Selama ini Elin hanya tinggal dengan ibunya. Menurut cerita sang ibu, ayahnya meninggal saat Elin masih bayi karena kecelakaan. Ibu yang selalu Elin sayangi dan bangga-banggakan menghembuskan napas terakhirya di rumah sakit seminggu yang lalu. Beliau terkena kanker getah bening.
Elin tidak mempunyai sanak saudara lain di Pyeongchang. Jadi terpaksa dia bersekolah dan bekerja sambilan untuk mencukupi kebutuhannya. Beruntungnya Elin adalah murid yang sangat pandai sehingga dia mendapat beasiswa sampai lulus SMA nanti.
Dia tinggal di flat yang kecil dan sempit. Dulu dia tempati dengan ibunya. Kini dia tinggal sendirian dengan kondisi seadanya. Terkadang pengurus flat memarahi Elin karena telat membayar uang sewa.
Itulah yang sedang Elin pikirkan saat ini. Sambil mengelap kaca kafe tempatnya bekerja sambilan, dia bermenolong, berapa besar gaji yang dapat dia sisihkan untuk membeli daging. Elin sangat ingin makan daging, itu kesukaannya. Sudah lama sekali dia tidak memakannya.
Tiba-tiba Siyeon, rekan kerja Elin berteriak memanggil.
"ELIN!!!"
Tak ingin Siyeon lama menunggu, Elin meletakan lapnya pada sudut jendela lalu bergegas ke arah Siyeon. Gadis itu sedang berdiri di sebelah meja bernomor enam yang diduduki oleh dua orang pria mengenakan jas.
"Kenapa?" Tanya Elin.
"Ini, dua om ini nyariin lo."
"Ooo oke."
"Gue tinggal ya?"
"Iya."
Elin membungkuk terlebih dahulu. Menepikan poni yang menghalangi pengelihatannya lalu bertanya pada dua pria yang di maksud Siyeon. Elin merasa asing dengan dua pria ini.
"Bapak nyari saya? Ada apa ya, Pak?" Elin bertanya sesopan mungkin.
Kedua pria itu tersenyum menyapa Elin. Menyuruh agar Elin duduk berhadapan dengan mereka. Elin menurut.
"Kamu Lai Gwenlin anak dari almarhuma Kim Jisoo, benar?" kata salah satu pria yang lebih pendek dan berkacamata.
Mata Elin membulat kaget. "Bapak tau nama saya dan ibu saya darimana ya?" Tanya Elin.
"Ah... Begini, kami tau kamu masih belum mengerti. Coba kamu buka map ini."
Elin meraih map yang diberikan pria itu, lalu melihat isinya. Ada dua. Buku surat pernikahan dan akte kelahiran.
Akte kelahiran Elin. Sementara buku itu, adalah buku pernikahan ibunya.
Mulut Elin sampai menganga. Dia kembali melihat ke arah dua pria di depannya. Salah satu dari mereka mirip dengan foto mempelai pria dalam buku pernikahan.
"Memang tiba-tiba. Tapi Elin, saya adalah ayah kandung kamu."
"Perkenalkan, nama saya Ha Sungwoon, sekertaris dari Pak Jinyoung."
"Ta-Tapi, kata ibu, ayah saya sudah meninggal." Elin tetap berusaha tersenyum ramah. Padahal kepalanya sudah mumet memikirkan semua ini.
Akte kelahiran, buku pernikahan ibunya, lalu ada seorang pria berpenampilan berkelas mengaku sebagai ayahnya.
"Hal yang gak kamu tau adalah, semua itu hanya karangan Jisoo. Yang benar, kami bercerai sebulan setelah kamu lahir. Dan mungkin sangking bencinya dia pada saya, dia mengatakan bahwa saya sudah meninggal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Different - Lai Guanlin [COMPLETE]
Fanfic[Memang saudara kembar itu harus mirip?] Berpisah selama 17 tahun dan tiba-tiba tinggal dalam satu atap. Elin paham Guanlin masih asing padanya. Lebih suka tinggal di apartement sendirian. Dan sulit menerima kehadirannya. Tapi hubungan mereka tidak...