DRUNK

100 10 4
                                        

Malam menjemput dan angin kian berhembus kencang. Seorang pria agaknya memilih sendiri di musim dingin ini. Meja bar menjadi tempat dimana ia berlabuh, entahlah ia frustasi atau sekedar gundah. Namun wine menjadi minuman pilihannya untuk melepas kata yang tak bisa tersampaikan.

Bobby boleh saja tampak garang dari luar, tapi hati agaknya tak ingin untuk sejalan.
Lee Hayi,
Nama gadis yang menjadi alasan Bobby menjadi seperti ini. Ia begitu mencintainya, namun Hayi hanya ingin mendengar langsung kata itu terucap dari bibir Bobby. Katakanlah Bobby payah dalam urusan cinta dan segala pengakuan yang ragu untuk ia ungkapkan, dan memang begitulah adanya.

Disisi lain, gadis bernama Hayi menerima sebuah panggilan dari nomor ponsel Bobby, kekasihnya. Namun bukan ia yang berbicara, melainkan si pria bartender yang menyatakan bahwa pria berahang tegas pemilik ponsel itu tengah mabuk dan bar akan segera tutup. Hayi kemudian bergegas memakai mantel dan syalnya menuju kesana, tentu saja dengan menggunakan mobil sedan miliknya.

DRAP

DRAP

DRAP

"permisi, aku datang atas panggilan dari seorang bartender bernama Harry"

"Oh, itu aku"
Jawab seorang pria jangkung dengan rompi hitam.

"Pria yang kau cari ada di sebelah sana, tepat di meja bar sedang meracau"

"Terimakasih, Harry"

"Baiklah, aku permisi. Di sana masih ada seorang bartender, temanku yang masih berjaga"
Hayi kemudian mengangguk, dan Harry melambaikan tangannya dengan disertai sebuah senyuman.

"Oh, apakah kau si Nona itu?"
Hayi mengerutkan keningnya, bingung.

"Maksudku, apa kau si Nona yang kenal dengan pria ini?"
Tanya bartender itu selagi menunjuk tubuh Bobby yang terbaring membungkuk.

"Ah, iya itu aku!"
Jawab Hayi yang lalu segera duduk di sebuah kursi, tepat di samping Bobby.

Wajah Bobby tampak kacau, dan rambutnya turun menutupi mata sipitnya. Hayi kemudian mengusak helaian rambut itu dan memerhatikan raut si pujaan hati. Helaan nafas begitu terdengar dari Hayi yang mengkhawatirkan kondisi sang kekasih, hal ini pasti terjadi akibat perseteruannya dengan Bobby tadi sore.

Hayi kemudian memeluk tubuh Bobby, dan membisikkan sesuatu di telinganya
"I'm so .. sorry .."
Kalimat itu terdengar sangat lirih dan tulus terucap dari mulut Hayi.

"Hmm .. Maaf mengganggu Nona, tapi aku harus menutup bar. Mungkin sebaiknya kau cepat pulang dan menghangatkan diri, ini semakin dingin"

"Ah, Kau benar"
Hayi lalu melerai syal merah itu dari lehernya. Mengangkat sedikit kepala Bobby, kemudian ganti mengaitkannya ke leher jenjang si pemilik suara baritone.

"Butuh bantuan untuk membawanya keluar, Nona?"

"Tidak terima kasih, aku minta maaf sudah merepotkanmu dan juga Harry"

"Kami tidak merasa terbebani akan hal itu, kau tidak perlu khawatir"
Jawab bartender itu sambil tersenyum.

"Baiklah, aku permisi"
Hayi kemudian mengalungkan sebelah tangan Bobby ke bahunya. Jangan kira enteng, tubuh Bobby begitu berat, tapi hanya ini satu satunya cara yang Hayi bisa untuk membawa Bobby ke Mobil dengan tanpa merepotkan orang lain lagi.

Hayi membaringkan tubuh Bobby di jok Mobil bagian belakang, namun setelah ia menutup pintu dan hendak mengemudi, ia teringat sesuatu dan bergegas pergi keluar.

"Permisi!"
Teriak Hayi pada bartender yang hendak meninggalkan area bar.

"Ya, Nona?"

"Itu, aku lupa bertanya. Berapa biayanya?"

WE ARE [ BOBBY X HAYI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang