NO NO NO

82 9 4
                                        

Tampak seorang gadis tengah sendiri dari kejauhan, di malam yang sunyi, di tengah taman, duduk dengan lampu temaram

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tampak seorang gadis tengah sendiri dari kejauhan, di malam yang sunyi, di tengah taman, duduk dengan lampu temaram. Bahunya bergetar ringan, dengan rambut panjangnya tergerai ke depan menutupi sebagian wajahnya yang muram. Terlihat kedua tangannya mengepal, entah menahan amarah ataupun rasa kesal.

"Yak!"
Sapa sebuah suara meneriakinya.

Namun Hayi; nama gadis yang diteriaki, tak ingin untuk sekedar menjawab. Sebab dari itu, Bobby tepat duduk di sebelahnya sekarang.

"Ck,"
Bobby berdecak.

"Heh bodoh, jangan menangis hanya karena kau gagal. Aku, kau dan juga yang lainnya masih bisa berusaha untuk penilaian bulan depan. Sajang-nim pasti akan mendebutkan kita"

Ucap Bobby mencoba menyemangati, tapi Hayi masih tak menanggapi. Kini bahunya kian bergetar, diiringi isakan yang terdegar kecil sebab terhalau oleh hembusan angin.

"Heh mata bodoh,"
Bobby memegang bahu Hayi dan membawanya menghadap, kemudian ia mengangkat wajah Hayi, yang lalu disuguhi ekspresi sendu dari gadis itu.

Kemudian Bobby, pria besar tadi, membawa tangannya menangkup kedua pipi Hayi, mengusapnya lembut,
Dan,

CUP

Ciuman yang menenangkan, air mata Hayi tumpah mengiringi itu. Rasanya, ia semakin emosional, tangisnya seolah bercerita pada Bobby bahwa dirinya sangatlah sedih. Dan kemudian dengan pekanya, pelukan hangat nan erat Hayi dapatkan sebagai balasan,

"Sudah, menangisnya cukup sampai disini"
Kemudian Hayi mengangguk, pertanda ia setuju dengan kata-kata Bobby.

"Tapi, apa kau tidak sedih?"
Tanya Hayi pada pria di depannya.

"Omong kosong jika aku bilang tidak"

"Lalu kenapa kau tidak menangis?"

"Tentu saja terkadang aku melakukannya, itu hanya jika tidak ada siapapun disisiku"

"Lain kali, tunggu saja sampai semua cahaya padam. Menangislah, dan aku akan ada di sana bersamamu sebagai satu satunya cahaya"
Ucap Hayi dengan senyuman lembut, membuat Bobby tak tahan untuk menitikan setitik air matanya, terharu.

"Terima kasih"

"Jangan sedih, kamu tidak sendiri, ada aku di sini"
Ucap Hayi menenangkan, kemudian tangannya menggapai tangan dingin Bobby, membuatnya merasa hangat dan semangat.

"Kamu akan selalu menjadi cahayaku, pegang saja tanganku, dan bersandarlah"

Seolah sihir, Bobby langsung melakukannya. Kepalanya tertunduk layu, dan kemudian berlabuh di dada Hayi.

Entah mengapa, melihat Bobby seperti ini membuat Hayi tersenyum. Setidaknya ia merasa bahagia karena bisa saling berbagi,

"Terima kasih, kau selalu menjadi kekuatanku, Bobby Kim"

Dengan sedikit bergumam, Bobby menjawab,

"Tidak. Kau jugalah yang menjadi kekuatanku, Lee Hayi"

Kemudian Bobby menatap, mata mereka beradu pandang.

"Terima kasih karena kau selalu percaya padaku, bahkan saat orang lain berkata dan menyuruhmu untuk berhenti"

Mendengar itu, Hayi tak langsung menjawab. Alih alih mendapat balasan, Bobby malah mendapat senyuman. Manis, khas seorang Lee Hayi.

"Tentu saja. Aku kan cinta terakhir yang akan selalu kamu lihat"
Jawab Hayi, dengan wajah jahil yang lucu.

"Aish, aku akan mati bosan kalau begitu"
Ucap Bobby dengan helaan nafas.

"Yak! Berani sekali kau!"
Sungut Hayi merasa terhina.

"Hahaha syukurlah kau sudah kembali"
Mengerti akan arti ucapan itu, Hayi kemudian terdiam. Malu, begitulah perasaannya sekarang.

"Hey, kenapa diam?"

"Ah dasar bodoh, berhentilah mengoceh"

"Rupanya Lee Hayi telah menemukan taringnya kembali"
Ucap Bobby dengan wajah datar.

"Yak! Jangan kau tunjukkan wajah itu padaku. Ingin menantang? Sini, kucolok mata minimalismu!"

"Kasar sekali. Bukankah tadi kita sangat romantis?"

BOOM

Seketika itu Hayi memerah, ingat pada ciumannya yang tadi ia lakukan bersama Bobby.

"Haha. Kau tersipu, nyonya"

"Berheti meledekku, Bobby"
Ucap Hayi yang kemudian menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

"Tidak, sampai kau memanggilku dengan sebutan 'Oppa'"

"Wanna die, huh?"
Jawab Hayi dengan wajah seram.

TAK!

Pendaratan mulus di kepala Bobby, Hayi sepertinya menjitak sekuat tenaga. Sementara Bobby tampak menahan amarah dan memejamkan matanya disertai helaan nafas.

"Hey, sipit"
Panggil Hayi, namun tak dijawab Bobby.

"Yak! Kau tidak bersungguh sungguh marah pada ku kan?"
Masih tak ada jawaban.

"Bobby"
Dan ketiga kalinya, Hayi menyerah. Ia menundukkan kepalanya, sedih. Dan air matanya menggenang di pelupuk mata. Sementara itu, Bobby sebenarnya khawatir karena tidak mendengar lagi suara Hayi.
Tapi kemudian,

"Oppa .. Hayi minta maaf"
Dan Bobby pun membuka kedua matanya, kemudian terlihatlah Hayi yang masih menunduk.

"Kenapa kau minta maaf?"

"Karena aku sudah berkata dan berbuat kasar padamu"

"Bukankah kau selalu seperti itu?"

"Aku tahu. Maka dari itu, maafkan aku"

"Bisakah kau menatapku jika kita sedang berbicara?"
Hayi mengangguk,
Kemudian mengangkat kepalanya dan menatap Bobby.

"Oppa, Ah, haruskah kupanggil dengan sebutan Bobby Oppa?"

"Hm? Kedengarannya bagus"

"Baiklah. Bobby Oppa, Hayi ingin minta maaf karena sudah berlaku kasar"

"Ok. Karena kau begitu manis, Bobby Oppa akan memaafkanmu"
Kemudian mereka berdua tersenyum, dan Bobby mengusak lembut puncak kepala Hayi.

"Boleh minta kecupan?"

"Tentu!"
Dan kemudian tepat di pipi kiri, Bobby mendapatkan permintaannya.

"Love it"
Bobby memeluk Hayi, berbagi kehangatan di udara yang semakin mendingin.

"Bukankah sebaiknya kita kembali?"
Tanya Hayi.

"Benar. Sebelum paparazzi mendapatkan foto-foto kita"
Gurau Bobby.

"Haha, lagipula siapa yang mau menyebarkannya? Bahkan aku pun ragu, apa ada seorang reporter yang mengenali kita, calon idol yang bahkan masih belum debut setelah 5 tahun?"

"Who knows?"
Jawab Bobby.

Mereka kemudian bangkit dari tempat duduknya, dan jalan bergandengan. Melangkah bersama, menuju sebuah kesuksesan.




---
---
---
CKREK.

WE ARE [ BOBBY X HAYI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang