Chapter 1

47 11 2
                                    


Mendung terlihat sepanjang mata memandang. Langit kelam. Gerimis pun perlahan turun. Seperti biasa, aku duduk disamping jendela kamarku yang menghadap ke selatan. Kamarku menyampingi letak matahari terbit maupun tenggelam, sehingga tak pernah terlihat silauan cahaya matahari menusuk jika berada didalamnya.

Gerimis terus saja turun. Samar-samar aku mendengar deru motor yang ku duga adalah suara motor ninja. Motor yang menjadi trendi dikalangan pria-pria. Aku tahu siapa yang datang. Langsung aku berdiri dan berlari menuju ruang tamu, dan membukakan pintu untuk lelaki yang memakai motor ninja tadi.

"Kamu ngapain ke rumah aku hujan-hujan begini?."

"Tak apa, aku hanya bosan saja dirumah. Tidak kau persilahkan kah aku masuk?."

"Oh masuklah."

Aku mempersilahkan lelaki tersebut untuk duduk dan segera mengambilkan handuk untuk mengeringkan rambutnya yang terkena hujan.

"Kamu ini naik motor pakai helm atau tidak sih?." Aku menatapnya heran.

"Ini handuk, keringkan dulu rambutmu itu. Akan ku buatkan teh hangat sebentar." Aku memperhatikannya dari ujung kaki hingga ujung kepalanya. Seperti biasa, ia memakai Celana Levis warna navy yang menjadi celana kesukaannya. Jaket kulit berwarna hitam mengkilap, dengan dalaman t-shirt putih membungkus badannya yang kotak.

"Cie segitunya ngeliatin aku." Dengan cengiran khasnya membuat aku memutar bola mata malas.

Ia pun langsung mengambil handuk yang aku berikan dan mengeringkan rambutnya, sementara aku juga pergi ke dapur untuk membawakannya teh hangat.

"Teh untuk siapa Dil?" mama tiba-tiba datang mengejutkanku.

"Itu ma, ada Yudha datang."

"Oh ya sudah. Mama pergi arisan keluarga dulu sama papa ya. Kamu dirumah hati-hati. Jangan kemana-mana, dan jangan main listrik." Aku mengangguk pelan mendengar ucapan mama. Mama mencium pipiku dan beranjak menuju garasi. Karena hujan, papa membawa mama menaiki mobilnya.

Teh hangat yang ku buat, ku cicipi dahulu sebelum memberikannya pada Yudha.

"Oke, rasanya pas." Aku membawa teh hangat ini ke ruang tamu.

"Wah, wanginya enak. Pasti enak teh nya." Tanpa ba-bi-bu ia langsung menyambar teh yang ada di tanganku dan meminumnya.

"Eh, Yud! Itukan masih panas!." Entah karena panas atau karena kaget dengan teriakanku, Yudha langsung terbatuk-batuk.

Ia pun menjulurkan lidahnya dan mengipas-ngipasnya.

"Katanya mau buat teh hangat. Kok malah teh panas." Omelnya sambil lidah menjulur sehingga omongannya tidak terdengar jelas.

"Bagaimana ceritanya. Hangat ya pasti panas dulu dong. Semuanya butuh proses, Yud." Aku merobohkan pantatku ke sofa sambil memutar mataku karena heran dengan kelakuan sahabatku ini. Aku menyalakan televisi dan kebetulan ada film kesukaanku.

"Memangnya kamu darimana Yud?."

"Biasalah, dari nongkrong sama teman-teman. Karena malas pulang ya aku mampir disini. Sekalian mau menginap juga." Ucapnya santai. Ia mendekatiku, dan langsung merampas remote tv dan memindah channel tv yang ku nonton tadi.

Aku langsung melotot setelah mendengarnya ingin menginap dirumahku sekaligus menjitak kepalanya karena memindah film kesukaanku dengan pertandingan sepakbola.

"Hahaha, santai saja kali. Bercanda doang atuh."

"Tidak lucu!." Aku memutuskan bermain hp di sampingnya. Karena aku tidak menyukai sepakbola.

Hening beberapa saat.

"Fadillah Azzahra. Aku datang kerumah kamu bukan untuk dicuekin!." Yudha mencubit pipiku sekeras-kerasnya.

"Sakit gila!." Aku melemparkan bantal sofa ke mukanya dan mengelus-elus pipiku yang dicubitnya.

"Habis aku dicuekin."

"Ya siapa suruh kamu datang kerumahku tanpa alasan yang jelas. Pake mindah-mindah film yang ku tonton segala. Nyusahin aja" Cecarku.

"Memangnya semua itu harus ada alasannya ya?."

Aku hanya diam dan cuek asyik melanjutkan stalkinganku terhadap artis Thailand yang ganteng.

"Ya sudah, aku pulang." Yudha beranjak dari sofa dan menuju keluar. Aku membuntutinya dari belakang. Aku memang ingin segera dia pergi karena hari ini, aku lagi ingin berdiam diri saja akibat hujan. Aku menyukai hujan. Jika hujan turun, aku tak akan memerdulikan apapun dan asyik berdiam diri ditemani hujan. Tabiatku dari kecil.

"Padahal tadi aku ingin cerita sesuatu." Ucapnya pelan.

"Aku lagi malas. Lagi hujan. Kamu tahu kan kalau hujan aku tidak peduli apapun?."

Yudha pun menganggukkan kepala.

"Hati-hati pulangnya Yud." Ucapku dan aku segera menutup pintu. Belum tertutup sempurna pintu rumahku tiba-tiba Yudha berteriak,

"Dil salamkan aku sama Aisyah ya!."

Dasar Yudha, sempat-sempatnya memikirkan perempuan saat dijalan dan hujan seperti itu.

Aku kembali ke kamarku dan kembali menatap hujan. Tetapi sayangnya, hujan tidak lama lagi reda. Sehingga aku memutuskan untuk merebahkan badan di tempat tidur hello kitty kesayanganku.

Aku teringat Aisyah. Perempuan hitam manis, yang cantik dengan rambut panjangnya yang hitam legam. Hidung dan bibirnya kecil menghiasi wajahnya yang imut. Matanya sipit. Entah keturunan apa sebenarnya Aisyah ini. Tetapi, Aisyah pernah berkata padaku bahwa ia sebenarnya adalah orang Aceh. Perempuan ini, sangat tertutup. Ia sangat lihai menutupi masalahnya. Aisyah sekarang berada satu kelas denganku. Berbeda dengan Yudha, yang kelasnya berada di lantai 3. Kelasku dan Aisyah berada di lantai 1. Perempuan inilah yang tadi Yudha meminta untuk disalamkan.

Line

Aisyah: Dil, besok sore aku ke rumah kamu ya. Sekalian kita membuat pie susu. Nanti bahannya aku yang membawanya.

Me: Oke. Jam berapa?

Aisyah: Sore jam 4. Ba'da Ashar ya.

Me: Oke, ditunggu ya.

Aisyah besok datang. Sekalian saja aku sampaikan salam Yudha padanya.

***

Hehe absurd ya bahasanya?

Maklum masih abal-abal.

vote&comment yak! ^^

AnganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang