Chapter 3

19 9 4
                                    


06.30 WIB

"Ma, Dila pergi sekolah dulu ya!" Aku berlari ke arah teras sembari menenteng sepatu. Aku yang menjadi manusia pertama, yang membuka pintu rumah dipagi hari ini.

Langit agak mendung, namun kata banyak orang tak selamanya mendung itu akan hujan. Tapi pada kenyataannya, selama 17 tahun aku hidup jika langit mendung pasti akan turun hujan. Pasti.

"Tumben, ada sesuatu disekolah?" tanya mama yang menghampiriku dan menyuapkanku sepotong roti gandum. "Nggak ada kok. Hanya saja diluar sudah mau hujan ma." aku memasang cepat sepatuku dan mencium tangan serta pipi mama.

"Hati-hati ya sayang." teriak mama sesaat setelah aku sudah berada di gerbang rumahku.

"Oke mamacuu." akupun melayangnya kissbye dan mengerlingkan sebelah mataku ke mama. mungkin mama hanya geleng-geleng kepala saja.

Aku menuju halte bus untuk menunggu bis yang menuju ke sekolahku. "Semoga ada yang sepagi ini." harapku.

Tidak biasanya aku pergi sekolah sepagi ini. Alasan yang kuberikan pada mama, hanyalah alasan mati. Karena alasan sesungguhnya bukanlah itu. Aku mengutakatik hp-ku untuk menghilangkan kebosanan menunggu bis. Aku membuka aplikasi instagram dan ingin melihat snapgram dari orang-orang yang aku follow. Mataku tertuju pada akun yang bernama Aisyahhh_20 dan langsung meng-klik bulatan snapgram nya yang berada di urutan pertama. Lumayan banyak yang ia posting. Karena merasa tidak penting, jadi aku skip beberapa snapgram nya. Dan akhirnya jempolku berhenti di salah satu, butiran snapgram yang ia buat. Videonya belum terputar, hanya ada stiker jam dan status "thx for today :)". Aku mengernyitkan dahi, beruntungnya video tersebut tidak bisa terputar. Mungkin karena jaringan sedang jelek.

Pas sekali saat aku menutup instagram, bis pun datang. Aku bergegas menaikinya dan menenteng jaket peach kesayanganku. Namun saat aku sudah mencapai tangga kedua bis tersebut, ada yang menarik tasku dan akupun memundurkan badanku mengikuti arah tarikan itu agar aku tidak jatuh.

"Oh gitu, main tinggal. Nggak mau sama-sama lagi berangkat sekolahnya." orang itu mengomel deluan setelah aku mengatakan pada supir bahwa aku tak jadi naik bis. Bis itupun pergi.

Aku membalikkan badanku menghadap ke arah orang itu. Dari suaranya sudah terdengar familiar di kupingku. Siapa lagi kalau bukan Yudha. Padahal, aku berangkat pagi alasannya supaya aku tak berjumpa dengannya. Karena aku cukup muak dengan Yudha dan Aisyah akibat kejadian semalam. Ya itu alasanku. Memang aku seperti anak kecil, hanya karena makanan aku marah ke Yudha. Sebenarnya bukan karena makanan, tapi aku iri. Perhatian Yudha sudah teralihkan ke Aisyah.

"Mau hujan ya. Terserah aku dong. Kan supaya aku nggak kena hujan." Akupun pergi menyeberang ke gazebo depan halte, menunggu taksi yang akan lewat. Yudha pun bergegas menaiki motornya dan pergi ke tempatku. Dari tempatku, aku hanya memutar bola mata malas. Ia datang menghampiriku dan memakaikanku helm.

"Apaan sih hih!" teriakku didepannya. Ia hanya melototiku. Apa Yudha tidak peka kalau aku marah padanya?

"Cepat naik! Kalau nggak naik aku laporin mama kamu nih!" ancamnya. Ya aku memang tadi izin pergi sekolah pukul 6.30 pagi. Tapi ternyata sekarang sudah jam 7.05. Entah apa yang aku lakukan sampai-sampai aku tidak sadar kalau waktu berlalu begitu cepat. Tanpa malu dan dalam hitungan detik ku hilangkan rasa marahku padanya, lalu dengan terburu-buru aku langsung menaiki motor ninja miliknya.

"Eh cepat wey! Sekolah bukan punya nenekmu. Nggak lama masukan nih!" Aku meneriakinya dari atas motor, yang ready to go ke sekolah.

Yudha menatapku jijik dan geleng-geleng kepala. Mungkin dia heran dengan mood ku yang cepat berubah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AnganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang