2

18.6K 2.4K 202
                                    

Bukan nyonya Sovia yang bermimpi, tapi Anja lah yang bermimpi takkan menginjakkan kakinya dikantor ini Lagi.

Nyatanya Anja kembali menginjakkan kakinya ke ruangan ini Lagi, berdiri dihadapan nyonya Sovia yang menatapnya tanpa ekspresi.

Anja pasrah, mau dibilang tak ada harga diri juga tak apa-apa, mau bagaiamana lagi. Uang dan kekuasaan memang diatas segala-galanya.

Penolakan Anja waktu itu memang tak mendapat bujukan dari nyonya sovia agar Anja berubah pikiran. Namun nyonya Sovia menggunakan cara Lain untuk membuat Anja berubah pikiran.

Seminggu yang lalu perwakilan nyonya Sovia datang kepanti dan mengarahkan mereka pindah, karena panti akan segera di buldozer.

Ibuk Fatma tetap bertahan, dan bilang kalau dia takkan mau pindah dan mengancam akan berbaring dijalan yang akan dilalui buldozer.

Apaan berbaring?
semalam saat melihat bulldozer sampai saja dan mulai menghancurkan pagar, buk Fatma langsung pingsan.

Anja yang sedang bekerja dan ditelepon oleh para penghuni panti, langsung Izin pulang dan berangkat kepuskesmas melihat perempuan yang dianggap seperti orangtuanya sendiri.

Melihat buk Fatmaa yang tergolek lemah membuat dada Anja sakit, bagaimanapun bagi Anja, buk fatma sudah seperti ibu kandungnya sendiri.

Begitu melihat Anja, Buk fatma langsung meledak dalam tangis. Dia meminta Anja melakukan apapun agar panti tak dibongkar dan anak-anak bisa tetap tinggal disana. Anja menyanggupi tapi sebenarnya apa yang bisa Anja Lakukan?

Lalu semuanya terlintas dikepala Anja. Kalau sudah seperti ini, haruskah Anja menerima usul yang disarankan nyonya Sovia.

Pada akhirnya Keputusan Anja sudah bulat. Dia akan menerima usulan tersebut karena faktor utama yang disebabkan oleh dokter mengatakan jantung buk Rahma bermasalah dan dia tidak boleh stres.

Cuman yang Anja ragukan, apa nyonya Sovia masih mau menerimanya setelah dia menghina dan menolak nyonya Sovia.

Ah.. Perduli apa, yang penting Anja sekarang datang kesana dan melihat bagaimana tanggapan nyonya Sovia.

Anja datang, meski sudah sore dan sebentar lagi jam pulang kantor tapi kali ini sang sekretaris langsung memberi tahu kedatangan Anja pada nyonya Sovia. Seolah sang Nyonya langsung yang mengintruksikan sang sekretaris, kalau Anja datang segera memberi tahunya.

Anja Masuk dan langsung berhadapan dengan mata Tajam nyonya sovia, jadi disinilah dia sekarang. Lalu
Nyonya Sovia, memberi instruksi agar Anja duduk didepannya.

"Kau datang kemari karena mau menerima usulanku, bukan?" tanya si Nyonya saat Anja baru menghempaskan bokongnya ke kursi empuk tersebut.

Anja tak menjawab tapi kepalanya mengangguk.
Wajah nyonya sovia terlihat puas dan penuh kemenangan.

"Seperti yang kukatakan dalam enam Bulan kau sudah harus hamil, tapi melihat reaksi Altan padamu aku berharap kehamilanmu bisa datang lebih cepat" ungakap si Nyonya.

"Tapi bagaimana kalau ternyata Altan nya mandul. Akibatnya, Berapa kalipun kami melakukannya semua akan sia-sia saja" jawab spontan Anja.

Nyonya Sovia terperangah untuk sesaat sebelum akhirnya terbahak. Anja menunggu tanpa senyum dibibirnya dan dengan kening yang berkerut.

Puas tertawa, Nyonya Sovia menatap Anja, geli.
"Kau terlihat begitu yakin bisa menaklukan Altan dan aku memang percaya itu, tapi yang membuatku tertawa kau menyalahkan semuanya pada Altan, jika kau tak bisa Hamil. Apa tak pernah terpikir olehmu, bagaimana jika ternyata kau yang Mandul?" ucapan nyonya Sovia membuat Anja kaget, hal ini tak pernah terpikir olehnya.

SEGALANYA UNTUKMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang