Part 1

4.1K 119 1
                                    


Aldi POV

"Cepat pulang... Aku kangen..." Kataku.

"Sabar ya sayang, besok aku pulang." Kata Salsha.

"Jam berapa kamu pulang??"

"Mungkin sekitar jam lima sore aku sampai di apartemen." Jawabnya.

"Perlu aku jemput?"

"Ga usah, aku minta jemput supirku aja. Lagian kamu juga lagi banyak kerjaan, kan?"

"Iya. Maaf ya.. Maklumlah, calon suamimu ini lagi giat kerja buat ngumpulin uang nikah." Kataku sambil tertawa kecil. Ku dengar Salshapun juga tertawa.

"Pokoknya, setelah kamu pulang, kita langsung ngerencanain pernikahan kita." Kataku.

"Iya Aldi... Ga sabaran banget..." Kata Salsha sambil tertawa kecil. "Udah dulu ya, sebentar lagi aku ada meeting." Sambungnya.

"Oke. Semangat ya sayang. Semoga meeting-nya lancar." Kataku.

"Makasih ya sayang... Love you."

"Love you too."

Ku sandarkan tubuhku ke kursi kerjaku sambil menutup kedua mataku. Aku sangat merindukan Salsha, bahkan sepertinya sudah rindu setengah mati... Tapi aku harus bersabar sedikit lagi, karena besok Salsha akan pulang. Dan setelah itu kami akan langsung merencanakan segala hal tentang pernikahan kami.

Baik keluargaku dan keluarga Salsha sendiri sudah kami beritahukan tentang rencana pernikahan kami, dan mereka sangat senang. Terutama Mama dan Papa. Mereka sampai menyebutkan kalau mereka tidak sabar ingin menimang cucu. Aku jadi heran sendiri mendengarnya. Menikah saja belum, mereka sudah minta cucu...

***

Setelah pekerjaanku selesai, akupun langsung menuju rumah Mama dan Papa untuk makan malam bersama. Dan sudah bisa ditebak, Mama, Papa, Steffi, dan juga Babas terus-terusan membicarakan tentang rencana pernikahanku dengan Salsha. Mama dan Papa, mereka merekomendasikan WO yang mereka gunakan jasanya saat pernikahan mereka dulu. Kalau Steffi, ia sangat bersemangat untuk menjadi pengiringnya Salsha, dan dia juga sudah menentukan warna apa yang cocok untuk kebaya atau gaun yang akan dia kenakan nanti.

Sedangkan Babas, adik bungsuku ini tidak banyak bicara, tapi dia terus menggodaku. Dia bilang kalau dia juga tidak sabar untuk menikah, aku hanya bisa menggelengkan kepala mendengarnya berbicara seperti itu. Sekolah saja dia belum lulus, sudah memikirkan menikah... Ada-ada saja tingkah adik bungsuku itu...

Sekitar pukul sembilan malam, aku kembali ke apartemen. Sampai di lobi, aku masuk ke dalam lift dan menekan tombol lantai lima belas, lantai tempat dimana apartemenku berada. Namun saat sampai lantai tiga belas, lift berhenti dan pintunya terbuka. Ternyata ada seseorang yang masuk, dan rupanya dia Bella. Ia tampak sangat terkejut saat melihatku. Aku sendiri juga jadi merasa canggung harus berdua di dalam lift dengannya. Karena setelah kejadian itu, ini kali pertama aku dan Bella bertemu kembali.

"Hai, kak." Sapa Bella kepadaku.

"Hai, Bel." Jawabku.

"Baru pulang ngantor ya?" Tanya Bella.

"Ga, tadi dari rumah." Jawabku.

"Oh..."

Kemudian suasana hening kembali. Dan saat lift berhenti di lantai apartemenku, dengan langkah cepat aku langsung keluar. Berusaha mendahului Bella.

"Kak, pacar kakak kemana?? Kok ga keliatan hampir seminggu ini??"

Tanya Bella yang tiba-tiba saja sudah berjalan di sampingku. Rupanya dia menyusulku.

My Love My Enemies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang