~Pregnancy and Little Ones~
Aldi POV
Aku dan Salsha akan menjadi orang tua. Salsha sedang mengandung, tepatnya kepastian kabar itu kami terima sekitar beberapa minggu yang lalu. Sekarang usia kehamilan Salsha sedang menginjak usia tujuh minggu lebih, kalau aku tidak salah. Dan semenjak istriku tercinta itu tahu kalau dia hamil, sifatnya berubah. Dia jadi lebih manja denganku. Memang sebelumnya dia juga selalu manja, tapi manjanya sekarang semakin bertambah. Tapi aku tidak masalah, karena aku juga menikmati saat-saat ini.
Karena usia kandungannya yang masih sangat muda, aku menganjurkan Salsha untuk tidak bekerja. Aku takut dia akan kelelahan dan berpengaruh kepada anak kami. Apalagi kalau mengingat bertapa mudahnya Salsha kelelahan. Tapi namanya Salsha keras kepala, ia tetap bersikeras untuk bekerja. Setiap aku khawatir dengan keadaannya, Salsha pasti selalu meyakinkanku kalau ia dan anak kami akan baik-baik saja. Sebagai suami, aku hanya bisa menuruti kemauannya walaupun aku selalu dihantui rasa takut. Salsha beranggapan mungkin karena ini adalah pengalaman pertamaku menjadi calon orang tua, menyebabkanku jadi selalu cemas berlebihan. Entahlah, aku juga tidak yakin. Alasanku selalu cemas adalah karena aku tidak ingin sesuatu terjadi dengan istri dan anakku.
Namun saat ini kami sedikit merasa cemas, yaitu tepat saat usia kehamilan Salsha menginjak minggu ke lima. Saat itu kami memeriksakan kandungan Salsha, ketika di USG, janin dalam rahim Salsha belum terlihat. Aku dan Salsha sempat panik dan khawatir. Namun dokter tetap meyakinkan kami kalau ini adalah hal yang normal dan Salsha akan baik- baik saja. Jadi dokter hanya memberikan suntikan penguat janin kepada Salsha.
***
Pukul dua siang, aku sedang berada di ruang kerjaku untuk memeriksa beberapa laporan. Tidak tahu kenapa, pikiranku selalu saja tidak bisa fokus. Aku terus teringat Salsha dan anak kami, dan ada perasaan tidak enak yang sangat mengangguku. Padahal baru sekitar sepuluh menit yang lalu aku meneleponnya dan menanyakan kabarnya, tapi tiba-tiba aku merasa tidak enak. Dan ketika sedang bingung dengan perasaan aneh yang kurasakan, ponselku berbunyi. Saat aku melihat layarnya, tulisan "My Love muncul. Dengan cepat aku menjawab teleponnya.
"Kamu kenapa??" Tanyaku.
"Ald..." Suara Salsha terdengar lemah, aku pun menjadi semakin panik. "A-aku lagi perjalanan ke dokter. Aku nge-flek."
Deg!
Seketika itu juga, jantungku serasa berhenti berdetak.
"Ka-kamu tenang ya! Tunggu aku!"
"Aldi.... Aku takut..." Suaranya terdengar bergetar, dan kemudian terdengar suara isakan tangis.
"Salsha sayang... Sssshhh... Tenang ya... Tunggu aku di sana. Oke?"
"Iya... Cepetan ya." Kata Salsha di sela isakan tangisnya.
Setelah sambungan telepon terputus, aku langsung bergegas pergi dari perusahaan. Kupacu mobilku dengan kecepatan tinggi. Tidak peduli sudah beberapa kali aku hampir menabrak kendaraan orang lain, yang kupikirkan saat ini hanya kondisi Salsha dan anak kami.
Sesampainya di tempat praktek dokter kandungan, aku menemukan
Salsha sedang duduk di kursi tunggu
ditemani dengan supir
perusahaannya.
"Aldi." Salsha menengadahkan kelapanya saat mengetahui kehadiranku dengan kedua matanya tampak berkaca-kaca.
Aku langsung duduk di sampingnya dan merangkulnya dengan erat. Isakan tanginya pun menjadi semakin keras.
"Ssshhh... Jangan nangis sayang." Kataku sambil mengusap-usap lengan kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love My Enemies
RandomNamaku Salshabilla adriani Umurku 22 Tahun saya mempunyai perusahaan sepeninggalan Alm kakek saya dan mempunyai tunangan CEO dari Perusahaan AMS corp tetapi Kami Sedang Masa LDR karna Saya sedang ada disingapore untuk ada kerja sama dengan perusahaa...