Hari itu lebih membosankan dari biasanya. Dan Johanna Reyes memintaku menulis laporan panjang mengenai data diri penghuni Chicago baru yang berasal dari kota pinggiran dan sekitarnya. Kebosananku tetap menggelayut ketika aku kembali ke apartement baruku. Aku pindah ke apartement ini beberapa minggu lalu. Aku pindah karena apartement ini memiliki pemandangan ke arah rawa dan sungai yang bisa ku lihat dari balkon kapan saja. Para ilmuwan dari biro bekerja keras memperbaiki rawa dan sungai itu selama dua tahun ini. Kini rawa dan sungai sudah kembali di penuhi air. Sesungguhnya aku tidak begitu mengerti bagaimana mereka melakukannya. Christina pernah menyebutkan sesuatu tentang hujan dan waduk buatan, namun aku tidak begitu peduli jadi informasi itu hanya selewat saja di telingaku.
Aku meraih sebuket mawar putih yang tadi kubeli sepulang kerja dan mulai memutus kelopak – kelopaknya. Aku mengumpulkannya di dalam wadah plastik berbentuk oval berwarna hitam. Entah apa fungsi wadah ini sebenarnya, namun ketika aku menemukannya di Merciless Mart, aku langsung tertarik membelinya. Selama ini hanya kugunakan untuk menyimpan kelopak – kelopak bunga yang akan kutaburkan. Semua kelopak mawar putih sudah kuputuskan dari tangkainya, aku pun beranjak menuju balkon. Apartementku berada di lantai 6, dan walau ketinggian masih salah satu dari empat rasa takutku, aku sangat menyukai tempat ini. Aku pikir Tris juga akan menyukainya.
“ Tris.. “ Desahku. Bisa kudengar getar yang kukenal dalam suaraku. Angin malam menampar – nampar wajahku dengan begitu dinginnya namun aku hampir tidak merasakannya. Ada kehangatan saat aku mengingatnya. Kuraih kelopak – kelopak mawar dalam wadah hitam itu segenggam demi segenggam dan melemparnya ke luar balkon. Kelopak – kelopak mawar putih itu berterbangan tak tentu arah. Warnanya yang putih menari – nari di kegelapan malam. Aku mengambil kelopak – kelopak mawar lainnya dan menyebarkannya lagi. Begitu seterusnya sampai tidak ada satu kelopak pun yang tersisa di dalam wadah.
“ Selamat ulang tahun Tris.. “ Ucapku lirih. Mataku mulai panas dan air mata perlahan menuruni pipi. Bisa kurasakan sakit di hatiku kembali memuncak tak tertahankan. Aku tahu aku masih belum bisa melupakan Tris. Aku bahkan masih bisa merasakan kehadirannya dan mencium aroma tubuhnya yang selalu membuatku tenang. Entah sampai kapan aku akan terus di hantui perasaan cinta yang tak kunjung berkurang bahkan setelah ia telah tiada. Aku tidak tahu. Dan aku tidak ingin tahu. Bagaimanapun Tris lah yang telah menyelamatkan hidupku, dan hidup hampir setiap orang di Chicago baru. Jadi aku tidak mungkin akan bisa melepaskannya dari ingatanku atau hatiku. Bukan hanya kepergian Tris yang begitu menyakitkan bagiku, tapi kenyataan bahwa cintaku saat ini terasa lebih besar daripada saat ia masih ada begitu menggangguku. Tris sudah berada di ruang ketakutanku sejak aku mulai jatuh cinta padanya. Saat kupikir ketakutanku akan kehilangan dirinya membuat ruang ketakutanku bertambah satu, kemudian saat aku mencobanya beberapa waktu setelah Tris tiada ruang ketakutanku masih sama walau bentuknya kini berbeda. Aku masih tidak mengerti mengapa. Mungkin karena aku terlalu mencintai Tris dan tidak pernah merasa dirinya benar – benar tiada. Entahlah. Itu terdengar berlebihan dan mengada – ada. Mungkin Tris akan menamparku jika ia masih ada. Tapi mungkin dia akan memelukku. Entahlah.
Christina pernah beberapa kali mencoba menjodohkanku dengan temannya, dan yang kulakukan hanya menceritakan kepada mereka mengenai Tris. Aku tidak bisa berkomunikasi dengan baik dengan gadis manapun. Yeahhh kecuali mungkin Christina. Tapi aku selalu melihatnya sebagai sahabat Tris, jadi aku tidak mungkin memiliki perasaan lain padanya. Begitu pula dengannya. Christina menjadi salah satu teman wanita terdekatku, karena hanya dengannya lah aku bisa berbagi kenangan tentang Tris.
“ Tris.. “ Aku terisak. Hatiku seperti tercabik – cabik untuk kesekian kalinya. Aku menjatuhkan diri di sisi jeruji – jeruji balkon. Mendekap lutut dan menangis. Ya, aku menangis. Aku sering melakukannya saat aku tidak bisa menahan kerinduanku pada Tris. Dan aku hampir selalu merindukannya. Duka ini tidak akan pernah berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOUR - The Reminiscence (DIVERGENT)
FanfictionNever enough of FOUR. This is what i wanted for FOUR after TRIS died.