36

29.5K 1.4K 127
                                    

Tanpa menghiraukan adiknya Fariz terus melangkah membawa Nakyta memasuki mobil. Lalu membawanya untuk pergi ke rumah sakit

Ia bahkan tidak sadar sudah meninggalkan adiknya. Fariz kalut, ia benar-benar terkejut ketika saat masuk kedalam kamar ia sudah menemukan Nakyta tergelegak di lantai dengan hidung yang mengeluarkan darah. Nakyta masih sempat mengerang kesakitan memegang perutnya lalu tidak sadarkan diri saat dibopong oleh Fariz.

Fariz melajukan mobilnya dengan cepat, memukul kemudi stir ketika jalan di depan macet karena sekarang waktunya jam pulang kantor. Ia menengok kebelakang melihat kondisi Nakyta yang tergeletak di kursi belakang.

Tanpa berpikir panjang Fariz menepikan mobil di pinggir jalan lalu keluar dari mobil itu, membuka pintu belakang mobil, digendongnya kembali tubuh Nakyta dipunggungnya. Fariz berlari di pinggir jalan setelah menutup pintu serta mengunci pintu tersebut dengan aman. Fariz berlari tidak menghiraukan orang-orang yang melihatnya. Dalam pikirannya hanya harus cepat sampai di rumah sakit secepat mungkin agar Nakyta cepat mendapatkan pertolongan.

Fariz berteriak saat masuk kedalam rumah sakit meminta pertolongan dan dengan cepat para suster datang dengan membawa sebuah ranjang. Fariz membaringkan tubuh Nakyta dan mendorong ranjang tersebut. Matanya tak henti-hentinya menatap Nakyta yang tidak berdaya. Dalam hatinya Fariz selalu bergumam bahwa Nakyta akan baik-baik saja

Fariz berhenti ketika berada di depan pintu UGD. Tubuh Fariz merosot disamping pintu yang tertutup itu. Tangan Fariz mengusap wajahnya dengan gusar, tubuhnya gemetar. Ia takut terjadi apa-apa dengan gadis itu. Tidak memperdulikan wajahnya yang penuh keringat karena cukup jauh berlari menggendong Nakyta menuju kemari

Setelah berselang lama datang Nabilla bersama Rifan menghampiri Fariz yang berjongkok di samping pintu UGD

Rasanya Nabilla ingin menghajar Fariz karena ternyata selama ini Fariz menyembunyikan sahabatnya. Tapi melihat ekspresi wajah Fariz yang kalut dan kacau ia jadi mengurungkan niatnya

"Bang gimana Kyky?" tanya Nabilla akhirnya

Fariz menggeleng lalu kembali menunduk. Rifan menepuk pundak Nabilla untuk mengikutinya. Nabilla duduk dikursi sambil sesekali menatap pintu yang masih setia tertutup itu. Nabilla mulai khawatir kali ini, karena dokter yang didalam belum juga keluar. Nabilla berdiri berjalan mondar-mandir lalu kembali duduk dan berdiri lalu berjalan mondar-mandir dengan mata yang terus menatap pintu tersebut dan kembali duduk, terus berulang melakukan hal seperti itu agar rasa panik dan khawatirnya berkurang namun bukannya berkurang ia malah merasa bertambah khawatir dan cemas

"Bill gimana?" tanya Bambang membuat Nabilla menoleh menatap kedua orangtuanya serta orangtua Nakyta yang sudah berada di sekitar UGD.

"Kamu ketemu Kyky dimana Bil?" tanya Lia menepuk bahu anaknya

"Mm itu .. Itu" ucap Nabilla gelalapan, matanya menatap Fariz dan kedua orangtuanya bergantian

Bagaimana ia menjelaskannya?

"Sekarang kondisi Kyky gimana? Ko harus masuk rumah sakit? Kyky nggak kenapa-napa kan Nab. Putri Ibu baik-baik aja kan" kali ini Adina yang bertanya dengan air mata yang menetes. Rasa lega, senang dan khawatir tercampur aduk dalam hatinya

"Kamu ketemu Kyky dimana?" tanya Rizky menatap Nabilla penuh selidik membuat Nabilla semakin gelagapan

"Hmm itu di ng ..."

"Fariz! Kamu kenapa? Ko bisa disini?"

Suara Viona membuat semua orang mengalihkan perhatiannya pada Fariz yang masih diam di posisinya. Wajah panik serta kacau terlihat jelas

"Loh Riz ... Ko bisa disini bukannya bilang ke Jakarta?" tanya Bambang

"Sebenernya Yah ... Bang Fariz yang bawa Kyky kesini ... Hmm dia juga .. Dia juga yang ngurung Kyky selama ini" ucap Nabilla pelan

POSSESIVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang