Part 21

73 9 3
                                    

Sara P.O.V

"Katakan, apa aku akan mati di sini?" Tanyaku pada Alfonso.

"Yang Mikaela butuhkan hanya kasih sayang." Ucap Alfonso.

"Lalu aku harus apa?" Tanyaku lagi.

"Keluarkan Mikaela dari tubuh temanmu, lalu bicaralah padanya."

"Aku tidak bisa. Aku takut dia akan membunuhku."

"Jika kau tulus dan berniatan untuk menenangkan roh Mikaela, kau pasti bisa. Pergilah. Hari semakin terang. Jika mentari terbit, Mikaela akan pergi untuk sementara. Dan kau tidak bisa mengakhiri ini." Jelas Alfonso.

"Baiklah. Aku akan melakukan itu."

"Jangan melakukan hanya karna terpaksa. Mikaela membutuhkan kasih sayang dari hati yang tulus." Jelas Alfonso sebelum menghilang dari hadapanku.

Sekarang pukul 3.15 AM. Aku harus melakukan ini sebelum matahari terbit atau aku yang akan mati di sini, bersama teman-temanku. Aku berjalan dengan cepat menuju gubuk. Sebenarnya kondisi tubuhku kini telah sekarat. Perutku kosong, kepalaku sakit, kakikku penuh dengan besatan karna terlalu banyak jatuh. Tapi aku harus menahan ini semua.

Mikaela, gue tau betapa sengsaranya kehidupan lo. Gue pengen lo bahagia. Gue tau lo ga salah atas ini semua.

Sampailah aku di depan gubuk itu, dengan jantung yang terus berdebar, aku melangkah membuka pintu gubuk. Ada Kevin, bukan, dia Mikaela. Dia duduk sambil memegangi kepalanya.

"Kev?" Panggilku, dia pun menoleh.

"Lo kemana?" Ucapnya.

"Lampiasin kesedihan karna temen-temen gue pergi. Maksud gue, kecuali lo. Tinggal kita, Kev."

"Lo bener. Gue ga nyangka bakal kayak gini."

"Kev, lo tau? Gue itu sayang sama anak kecil. Gue paling ga bisa ngeliat anak kecil diperlakukan semena-mena."

"Maksud lo?"

Tanpa menjawab apa maksudku, aku memeluk tubuh Kevin. Aku memeluknya dengan sangat erat. Gue tau ini bukan lo, Kev. Tapi rasanya lo masih ada, masih bisa meluk gue. Tangan Kevin membalas pelukanku dengan sangat erat juga.

"Kenapa lo cepet banget ninggalin gue?"

Mendengar ucapan itu, Kevin segera melepaskan pelukanku dengan kasar.

"Apa maksud lo?"

"Mikaela, kumohon, keluarlah dari tubuh Kevin. Aku ingin berbicara padamu."

Paaak

Tangan Kevin menamparku dengan sangat keras sampai aku terjatuh. Sakit sekali.

"Lo pikir gue Mikaela? Lo udah ga waras, Sar!" Bentak Kevin.

"Mikaela, kau tidak bisa sembunyi di dalam tubuh temanku. Kau tidak bisa selamanya melakukan ini."

Kevin menjambak rambutku lalu menyeretku ke luar gubuk. Dia membuatku benar-benar sekarat.

"Sekali lagi lo berani bilang kalo gue Mikaela, gue bunuh lo!" Ucap Kevin.

"Seorang Kevin tidak akan berkata seperti itu padaku! Aku mengenalnya dengan sangat baik. Dia bukan orang yang kejam sepertimu!"

Tiba-tiba, Kevin masuk ke dalam gubuk lalu keluar dengan sebuah pisau di tangannya. Dengan sekuat tenaga aku berdiri untuk menjauhinya. Tapi tangan Kevin mencengkam tanganku, dia mengarahkan pisau itu tepat di leherku. Aku menelan salivaku. Hanya Tuhan yang dapat memberikan kehidupan dan kematian. Aku pasrahkan semua pada-Nya.

 Aku pasrahkan semua pada-Nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Pulau Boneka [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang