chapter 5

729 52 9
                                    

Prilly dan teman-temannya tersenyum senang melihat pemandangan di depannya, gelak tawa anak-anak penghuni panti asuhan Kasih Bunda adalah obat lelah mereka. Mereka tidak pernah bosan menghabiskan waktunya berjam-jam di sini.

"Makasih ya nak, sesibuk apapun kalian selalu menyempatkan diri datang ke panti"

Ibu Dena, pemilik panti tersenyum tulus pada Prilly Cs

"Ya ampun bu Dena pake bilang makasih segala,  ini kan uda kewajiban kita buat saling bantu, iya kan guys?" Prilly merangkul bahu Andien dan Gea yang langsung mengangguk mantap.

"Lagian kita seneng kok bu bisa berbagi sama anak-anak di sini. Kita berasa kaya punya keluarga baru" Andien menambahkan jawaban Prilly membuat bu Dena menatap kagum ketiga gadis remaja ini. Di saat yang lain terjerumus pada pergaulan bebas tapi tidak dengan mereka, setidaknya fikiran positif itulah yang ada dalam kepala ibu Dena.

"Yda bu, kita pamit ya uda sore banget ini, takut keburu ujan" Setelah mencium punggung tangan ibu Dena, Gea dan Andien segera berlalu ke arah mobil.

"Hati-hati ya nak, sering-sering ke sini anak-anak sering banget nanyain kalian, terutama kamu Prill" ibu Dena mengelus rambut Prilly sayang, saat gadis itu mencium punggung tangannya.

"Pasti bu, aku bakalan sering dateng ke sini"

"Mama kamu pasti bangga punya anak kaya kamu nak, uda cantik baik lagi"

Senyum di bibir Prilly hilang seketika, jangankan bangga padanya justru ibunya tega meninggalkannya dan Ricky yang waktu itu masih anak-anak demi lelaki lain yang lebih kaya dari ayahnya. Apalagi saat itu perusahaan yang di kelola ayah Prilly mengalami kebangkrutan. Dan ibunya tak tahan hidup serba kekurangan.

*********

Gea dan Andien menyadari perubahan pada diri Prilly, sejak pulang dari panti tempo hari gadis itu tak lagi ceria seperti biasanya. Prilly lebih banyak diam. Bahkan saat mereka ada di tempat nongkrong favorit yaitu di rooftop kampus seperti saat ini. Biasanya Prilly adalah yang paling antusias bercerita tentang segala hal, tapi kali ini Prilly memilih jadi pendengar yang baik. Dan yang lebih parah lagi Prilly kadang melewatkan jadwal kencan yang sudah Andien dan Gea buat untuknya.

"Cabut yuk, uda sore nih" Andien menggandeng lengan Prilly dan Gea, namun langkahnya terhenti saat Prilly tidak bergerak dari tempatnya berdiri.

"Guys, kalian pulang duluan aja gue masih pengen di sini"

Andien menghembuskan nafasnya kasar, kali ini ia tak tahan dengan perubahan sahabatnya itu.

"Prill, sebenernya lo kenapa sih?, lo lagi sakit?, lagi ada masalah?, atau lagi berantem sama bang Ricky?" Andin menatap lurus ke manik Prilly, mencari kejujuran di sana.

"Loh emangnya gue kenapa?, gue ngga kenapa-napa dan gue baik-baik aja kok"

"Sejak pulang dari panti lo berubah Prill, lo jadi pendiem dan sering ngelamun" kali ini Gea angkat suara

"Ngga ah gue ngga berubah, gue masih Prilly yang kalian kenal kok"

"Gue tau klo lo itu dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, tapi gue ngga akan maksa lo buat cerita sekarang. Lo tau mesti nyari kita kemana klo lo uda siap buat cerita" Andin meremas bahu Prilly pelan dan segera berlalu di ikuti Gea.

"Oia Prill, jangan lama-lama di sini, makin lama anginnya makin kenceng lo bisa sakit" sebelum benar-benar pergi Gea terdengar memberi peringatan pada Prilly membuat senyum tersungging di bibir tipisnya. Ia merasa sangat beruntung masih ada orang-orang yang tulus menyayanginya selain Ricky. Jika tidak ada mereka, mungkin Prilly sudah tak lagi semangat pergi ke kampus.

Mencintai MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang