chapter 4

596 41 1
                                    

Prilly berulang kali melihat jam yang melingkar di tangannya, membuat Ricky yang sedang sarapan menatapnya heran.

"Lo nunggu siapa sih de?, uda lo bareng aja sama gue, biar gue anter lo sampe kampus"

"Bukan siapa-siapa, lo duluan aja deh bang. Uda siang juga nih" Prilly tersenyum paksa pada Ricky. Ia malas dan mungkin bingung bagaimana harus menjelaskan pada lelaki di hadapannya, kalau dia sudah mempercayai orang yang baru saja di kenalnya untuk membawa mobilnya.

"Lagian tumben banget Gea sampe minjem mobil lo segala?"

"Mobil Gea masuk bengkel" jawab Prilly singkat.

"Yakin lo ga mu bareng gue aja?"

Prilly menggeleng pasti

"Ya udah gue berangkat duluan, jangan aneh-aneh di kampus. Belajar yang bener biar cepet pinter"

Ricky mengecup pelipis adiknya sayang dan segera berlalu.

Prilly menghela nafas, teringat kejadian saat Ali mengantarnya pulang. Lelaki berwajah tampan itu mengatakan akan mengantarkan mobilnya minggu pagi, namun dengan angkuhnya Prilly menjawab untuk tidak mengganggu hari minggunya dengan alasan apapun.

Sumpah demi alam semesta, Prilly menyesal sudah mengatakan itu pada Ali. Bagaimana jika lelaki itu tak pernah mengembalikan mobilnya??, ahh ini tidak boleh terjadi. Mobil itu adalah hadiah dari Ricky saat ia berulang tahun yang ke 17, dan yang lebih penting abangnya itu harus mengumpulkan gajinya bertahun-tahun untuk membelinya, karena Ricky masih menjadi staff biasa kala itu.

Saat berbagai fikiran buruk menggelayuti kepalanya, Prilly tersentak mendengar bunyi klakson motor dan membuatnya kontan berlari ke depan rumahnya.

"Ohh my God, akhirnya lo dateng juga, kenapa lo baru anterin mobilnya sekarang?, pagi ini gue ada kelas dan gara-gara lo gue pasti terlambat" Bukannya berterimakasih, Prilly malah memaki Ali tanpa ampun saat melihatnya berdiri kokoh dengan senyum manisnya.

"Sesuai perintah, gue anter mobilnya tanpa ganggu hari minggu lo" Ali menjawab santai

Prilly memutar bola matanya malas, mendengar jawaban Ali.

Harry, teman Ali yang tadi mengendarai mobil Prilly berjengit heran melihat tingkah arogant gadis yang menurut pengakuan Ali adalah salah satu teman di kampusnya.

Cwo jangkung ini tak habis fikir, kenapa di dunia ini ada orang yang sudah di tolong tapi malah memaki si penolong, dan parahnya lagi Ali malah tersenyum dan tetap bersikap ramah. Ckkk

"Bro, gue cabut duluan ya masih banyak gawean nih di bengkel" Harry menepuk pundak Ali ringan

"Ohh oke, thanks ya bang"

"Yoi bro"

"Eehh tunggu, gue belom bayar lo"

Suara jutek Prilly membuat langkah Harry terhenti.

"Ali uda bayar semuanya termasuk ongkos taxi gue balik dari sini" setelah mengatakan itu Harry melenggang pergi membuat Prilly terdiam sampai suara Ali membuyarkan kebisuannya.

"Yda gue balik dulu, lo hati-hati pergi ke kampusnya" Ali segera memakai helmnya dan bersiap pergi.

"Eh lo mau kemana?, enak aja lo main pergi gitu aja" Prilly melipat tangannya di dada

"Loh urusan kita uda selesai kan? Gue uda balikin mobil lo tanpa ada satu pun barang yang ilang"

"No....no...no... lo ga bisa pergi gitu aja, gara-gara lo gue hampir terlambat ke kampus " Prilly menatap Ali tajam, membuat lelaki berbulu mata lentik ini mengernyitkan dahi.

"Terus gue mesti ngapain?"

"Lo harus tanggung jawab, gue ga mau tau lo harus anterin gue ke kampus dalam waktu 10 menit"

"Ya ampun bilang dong Prill klo kamu tuh minta anterin, aku pasti anter ko, jangankan ke kampus keliling dunia aja aku anter"

Ali tersenyum kecil, mendengar suara hatinya.

"Ishhh, ngapain lo senyum-senyum?, ayo cepetan anterin gue"

"Ya udah buruan naik"

"Pegangan gue mau ngebut"

Ali berpesan saat Prilly sudah naik ke atas boncenganny, membuat sang gadis melingkarkan tangannya dengan sempurna di pinggang Ali.

Sekali lagi Ali mengantarkan dara jelita, penggenggam cinta.

********

"Thanks"

Hanya kata singkat itu yang meluncur dari bibir Prilly saat motor Ali berhenti di depan gerbang kampus.

Ali mengangguk sebagai jawaban, lelaki itu terpaku melihat Prilly yang sedang membenahi tatanan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Prill"

Dengan ragu Ali memberanikan diri memanggil Prilly yang sudah hampir melangkah meninggalkannya, membuat sang gadis menatapnya jengah.

"Pulangnya nanti biar gue...."

"Lo ga usah mimpi bisa boncengin gue lagi pake motor butut lo itu"

Prilly yang mengerti arah pembicaraan Ali segera memotong ucapannya, sekaligus memupuskan harapan Ali untuk bisa lebih jauh mengenal gadis di depannya.

Prilly segera melangkah meninggalkan Ali, namun mendadak gadis itu berhenti saat mendengar suara seseorang yang sangat familiar di telinganya.

"Ali....."

Carrollin berlari dengan mata berbinar ke arah Ali, membuat lelaki yang masih duduk di atas motornya itu tak mampu menghindar saat Carrol bergelayut manja di pundaknya.

Prilly yang melihat kejadian tersebut, tiba-tiba tersenyum penuh arti. Dengan gaya centilnya yang khas dia berbalik menghampiri Ali.

"Kenapa Prill?" Ali menatap Prilly tak mengerti, karena gadis itu berdiri tepat di sebelah Carrol.

"Cupp"

Ali membulatkan matanya tak percaya, tanpa di duga Prilly mendaratkan kecupan singkat di pipi kirinya.

"Makasih uda nganterin, jangan lupa nanti sore jemput gue jam 3"

"Ga bisa, Ali uda ada janji mau nganter gue sore ini" suara Carrol membuat Ali sadar dari keterpakuannya.

"Loh kapan aku janji mau pergi sama kamu?" Ali menatap Carrol meminta jawaban, membuat gadis itu malu bukan main apalagi Prilly langsung tertawa mengejeknya.

"Emmmm.... ini...itu Li....."

"Lo mau kan Li jemput gue?" Giliran Prilly yang segera memotong omongan tak jelas Carrol.

Ali mengangguk sebagai jawaban, membuat Prilly tersenyum penuh kemenangan melihat wajah kesal Carrol.

"Sampai ketemu nanti sore"

Prilly mengedipkan matanya genit dan segera berlalu dari Ali dan Carrol yang sedang mengepalkan tangannya emosi.

"Lo harus bayar mahal buat kejadian hari ini Prilly Kareena"

Sekedar info, Prilly dan Carrollin adalah musuh bebuyutan, mereka selalu bersaing dalam hal apapun.
Sudah menjadi rahasia umum jika Carrol selalu menggunakan kekuasaan orang tuanya untuk mewujudkan semua keinginannya.

Mencintai MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang