Reuni Sederhana

31 6 3
                                    

Cinta, tak sesimple ejaannya dan tak seindah kedengarannya.

Karna Cinta, punya rasanya masing-masing.







Diluar sana matahari baru saja menampakkan rona jingganya, menatap malu-malu dari sisi paling atas pegunungan.

Namun di sebuah rumah bernuansa dominan biru di ujung komplek, keributan bahkan telah terjadi diwaktu sepagi ini.

"Awan!! Bukain pintunya, udah pagi nih."

"Awan!! Kalau sampai hitungan kelima lo gak bukain juga, jangan salahkan gue kalau lo gue laporin ke tante Aya." Arella atau yang akrab disapa Arel--sepupu jauh Awan, sekarang tengah berdebat bersama pintu utama rumah keluarga Awan. Penyebab utamanya hanya karna tante Aya--Mama Awan, memberikan amanat kepada Arel yang tinggal dua rumah dari rumah Awan, agar mau membangunkan anak itu dari mimpi indahnya, karna kedua orangtua Awan yang harus menetap sementara dirumah nenek mereka yang sedang sakit.

Klik~

Akhirnya setelah diberi sedikit ancaman, sang pemilik rumah baru mau membukakan pintu bercat putih bersih itu.

"Apaan sih? Ribut banget, masih pagi juga." Awan muncul dari balik pintu bersama penampilan khas orang baru bangun tidur; rambut sarang burung, muka lepek, dan tentunya dengan mata yang belum sepenuhnya terjaga.

"Bangun woy," Arel menoyor pelan jidat Awan, karena cowok itu sudah kembali bersiap-siap untuk tidur dalam posisi berdiri, "sudah pagi itu artinya manusia harus udah pada bangun, ntar rejeki lo dipatok ayam loh."

"Sumpah lo ganggu banget. Lo gak tau gue tidur jam berapa semalam, gue ti-"

"Gue gak mau tau, jadi stop curhatnya," Arel segera masuk kedalam rumah tanpa memperdulikan Awan yang masih berdiri mematung didepan pintu, "Mendingan sekarang lo mandi, nanti gue siapin sarapan, mumpung gue lagi baik nih," Arel terus melanjutkan langkahnya hingga menuju dapur.

"Untung cantik lo Rel," jawab Awan, setelah Arel telah menghilang dibalik tembok pembatas antara dapur dan ruang tamu.

-
-
-

"Masakan lo lumayan juga." Kini Awan dan Arel tengah berada diruang makan dengan meja yang telah dipenuhi beberapa sajian sederhana buatan Arel.

"Oh udah pasti, Arel gitu loh," balas Arel berbangga hati dengan pujian dari Awan.

"Sekalian nanti lo bersihin juga dapur, ruang tamu, oh jangan lupa juga bersihin kamar gue, soalnya berantakan banget gara-gara tadi malam."

"Oh tenang aja, pasti.... Eh tunggu, enak banget yah lo main nyuruh-nyuruh, lo kira gue pembantu lo." maka merugilah Awan pada pagi hari ini, karena telah membuat seorang Arella mengeluarkan segala keluh kesahnya, "Kalau mau, bersihiin aja sendiri, punya tangan punya kaki itu gunain jangan cuma dijadiin pajangan."

"Arel?" bukannya mendengarkan ceramah Arel dengan baik, Awan malah menatap gadis yang tengah marah-marah itu dengan senyum yang lebar.

"Kenapa?! Ngapain senyum-senyum kayak orang gila gitu?" 

"Lo marah-marah gini aja udah cantik, coba kalau lo senyum, mungkin lo bakal jadi yang paling cantik di negeri ini."

"Apaan sih lo, gombal banget," dan sepertinya gombalan Awan cukup berdampak pada kesehatan jantung Arel yang kini semakin berdetak cepat dan dibarengi dengan rona merah dibagian wajah cantiknya.

"Udah, jangan kebanyakan bacot. Cepet habisin, terus kita langsung kerumah nenek." Arel berusaha mengalihkan arah pembicaran mereka yang mulai melenceng ini.

"Oh iya, tadi Mama nelpon, katanya gue disuruh belanja bahan makanan dulu, mungkin buat persediaan di rumah nenek."

"Udah tau gitu bukannya dicepetin malah kuker gombalin orang."

"Tapi lo suka kan?" Awan menaik turunkan alisnya, bermaksud menggoda sepupu cantik itu.

"Suka, tapi lebih suka lagi kalau lo diem aja." namun untuk kali ini, Arel sudah membentengi hatinya agar tidak tergoda kembali.

-
-
-

Dan disinilah Arel dan Awan sekarang, berbelanja disebuah Supermarket yang mereka temukan di perjalanan tadi.

"Rel, mau beli apa?" Awan bertanya dari belakang Arel dengan troli belanja yang tengah ia dorong.

"Lo ambil tomat disana," tunjuk Arel ke stand tempat tomat-tomat berada, "habis itu samperin gue lagi disini, oke?"

"Oke deh." setelah itu, barulah Awan pergi ketempat yang di tunjukan oleh Arel. Namun, ditengah-tengah acaranya memilih tomat, matanya malah terpaku pada seorang gadis familiar yang kini tengah berjalan juga kearahnya.

"Permisi, boleh nanya," sapa Awan saat gadis familiar itu, turut berhenti di stand tomat yang sama.

"Maaf, kalau mau nanya mana tomat yang bagus gue bukan ahlinya," jawab gadis itu tanpa mengalihkan pandanganya kepada Awan.

"Bukan, bukan itu. Gini, Maksud gue, lo kenal gue gak?"

Dan barulah sang gadis mulai menatap awan dari atas sampai bawah, "oh iya kayaknya kenal."

"Nah kan, gue juga kayak kenal ta-"

"Lo supir taksi rese yang kemarin kan. Atau kalau gak lo anaknya deh, soalnya sifat sok famousnya mirip banget," sambung sang gadis dengan kata-kata yang menyinggung sikap sksd Awan.

"Gue serius!"

"Sama, gue juga serius." setelah mengatakan hal itu, sang gadis langsung membalikkan badannya, dan berjalan menjauhi Awan.

"Alin?" panggil Awan dengan suara lantang, saat gadis itu telah berjalan beberapa langkah dari tempatnya.

Dan gadis yang merasa namanya terpanggil itu segera berbalik kembali menghadap Awan, "Lo siapa?" tanya gadis itu serius.

"Lo gak kenal gue?"

"Gue tanya, lo siapa?"

Bukannya menjawab pertanyaan dari gadis dihadapannya, Awan malah tersenyum kecil dan mulai berjalan menghampiri gadis itu lalu kemudin berbisik pelan di telinga sang gadis.

"Malika gue udah jadi susu yah sekarang," Awan tersenyum lebar setelah mengatakan kalimatnya.

"Lo?!" otak Alin secara otomatis memutar kenangan menuju satu-satunya manusia yang memanggil namanya dengan sebutan Malika, "Awan?"

"Gue gak ingkar janji kan, gue balik."

"Kelamaan bego, gue udah terlalu kangen," gadis itu melampiaskan perasaannya dengan tersenyum terlampau lebar yang disambut dengan senyum yang sama dari Awan.

TBC




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blue Rose And DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang