Matahari terbit diufuk timur menyilaukan shapire biru milik kapten Namikaze Naruto. Semalaman ia berjalan dengan tangan terikat serta ditodong sebuah kunai dibalik punggungnya.
Naruto melihat ada perkampungan kecil di kejauhan dengan adanya asap yang membumbung dari sebuah rumah menandakan perkampungan itu berpenghuni. Ia mengambil nafas panjang, menghirup segarnya udara pagi ditanah lapang kosong yang sangat luas setelah ia melewati hutan yang lebat.
Brugh!!!
Naruto jatuh tersungkur setelah pria yang menodong dirinya menendang punggungnya dengan keras. Ia telah sampai dimana para Hyuga mengungsi.
"Hiashi-sama....aku membawa sandera....dia kapten tentara Inggris!"
Naruto menatap sekeliling. Ia melihat banyak pria membawa katana, ada juga anak-anak dan para wanita yang menatapnya benci seakan ingin membunuhnya sekarang juga. Ia melihat Hiashi Hyuga, orang yang setidaknya bertanggungjawab dengan kematian para wanita dan anak-anak yang Naruto lihat tadi malam. Seketika itu emosinya naik, bayangan mayat tak berdosa bergelimpangan terlintas kembali. Ia berusaha sekuat tenaga melepaskan ikatan tanpa sepengetahuan orang-orang.
Bugh!
Naruto menghantam wajah Hiashi dengan sekali pukulan dan membuatnya tersungkur.
"Apa yang kau perjuangkan brengsek!!" Maki Naruto.
"Anak-anak itu...!" Dada Naruto kembang kempis saking emosinya.
"Harus kehilangan masa depan...!"
"Kau....!" Teriak Neji Hyuga yang bersiap menebas Naruto, begitupun para samurai yang lain.
"Hentikan...!"
Interupsi Hiashi menghentikan gerakan semua orang. Ia cukup terkejut dengan pukulan Naruto. Ia tak mengira pemuda itu hanya berpura-pura tampak lemah.
"Kau kapten yang bersama Sasuke waktu itu kan??" Ucap Hiashi menatap mata shapire yang berkilat emosi.
"Berapa banyak nyawa yang telah kau renggut dengan tangan itu kapten??"
Deg!
Pertanyaan Hiashi menohok hati Naruto.
"Katakan padaku...!"tanya Hiashi lagi.
"Aku...aku bahkan tak bisa menghitungnya!"jawab Naruto sendu.
"Lalu apa yang kau perjuangkan kapten??"
Naruto mengangkat wajahnya menatap pria kharismatik itu.
"Untuk negara kah??untuk mendapatkan gaji atau membela kebenaran??apa yang kau lakukan itu apakah juga benar dimata musuhmu??'
Naruto terdiam. Ia tak mampu menjawab. Apa yang ia lakukan selama ini juga tak bisa ia katakan benar.
"Apa yang kami perjuangkan disini adalah harga diri kami, identitas negara kami...!"jelas Hiashi.
"Dengan mengorbankan banyak nyawa...hanya demi sebuah harga diri?"maki Naruto. Ia tak habis pikir dengan pikiran orang didepanya ini.
"Lebih sakit mana orang meludahi wajahmu atau memukul wajahmu kapten?"
Naruto mengernyit heran. Ia tak habis pikir dengan pertanyaan itu. Kalau dipikir-pikir tentu saja diludahi lebih sakit hati meski dipukul itu lebih sakit secara fisik.
"Apa maksudnya?"
Semua orang disitu sweatdrop menatap kapten asal Inggris itu. Wajah bodoh yang ia tampilkan menjadikan suasana anti klimaks. Apa jabatan kapten yang ia sandang tak mampu mengartikan arti kalimat eksplisit dari Hiashi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Samurai
Fanfiction1877, Era Meiji. Era kekaisaran Jepang yang ingin kekuatan militernya bertranformasi menjadi modern. Menyewa Kapten Namikaze Naruto dari Britania Raya untuk melatih dan menghancurkan pemberontakan klan Hyuga. Namun pandangannya berubah saat kapten N...