Happily Ever After

2K 124 23
                                    

Bau rerumputan dan tanah yang basah akibat hujan gerimis yang turun sangat memberikan suasana baru bagi mereka berdua. Paling tidak, tak ada asap polusi yang membuat dada terasa sesak dan tak ada kerumunan paparazzi dan fans fanatik yang menyerang mereka berdua.

Di dalam rumah kecil di tengah perdesaan dekat hutan itu mereka merasa aman dan nyaman. Meski harus bekerja keras demi mendapatkan makanan dan tak lagi bisa menikmati kemewahan, paling tidak mereka tak perlu lagi menderita.

Terutama Hinata.

Beruntung Naruto dapat menemukan rumah kecil dengan perabotan vintage yang indah serta piano kayu dan tanah yang luas untuk menanam sayur - sayuran. Tak lupa Naruto membeli seekor kuda untuk mengajak Hinata jalan - jalan menikmati udara segar di sore hari dan memelihara seekor kucing untuk membuat Hinata merasa rileks dan seekor anjing gembala untuk menjaga keamanan rumah mereka.

Tak pernah Naruto sangka bahwa Ia akan kembali pada kehidupannya di desa kecil tanpa mempunyai apa - apa. Namun tidak apa - apa, selama dirinya mempunyai Hinata di sisinya, Naruto tidak akan menderita. Meski Ia harus menggembel sekalipun.

"Hinata." Suara serak Naruto membuat Hinata cepat - cepat mematikan saluran televisi yang sedang Ia tonton.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Naruto. Wajahnya terlihat menahan amarah.

"Ti.. Tidak ada. Aku hanya ingin menonton saluran memasak." jawab Hinata bohong.

Naruto menghela nafas sebentar, Ia kemudian mencabut kabel televisi yang terpasang dan mengangkat kotak besi kecil itu. Pria itu kemudian berjalan keluar rumah dan melemparkan televisi itu ke tanah.

"Naruto kun! Apa yang kau lakukan?" teriak Hinata kaget.

"Tidak boleh ada alat seperti itu mulai dari sekarang! Kau pikir aku tidak tahu bahwa kau melihat berita gosip murahan itu? Sudah berapa kali kukatakan untuk jangan lagi menoleh ke belakang Hinata!" bentak Naruto.

Pria itu kemudian berjalan mendekati Hinata yang menundukan kepalanya takut, menyibak surai indigo itu dengan jemari panjangnya.

"Jangan memikirkan hal - hal yang tidak perlu. Itu tak baik untuk kesehatanmu, sayang. Jangan lupa bahwa di dalam tubuhmu terdapat juga nyawa yang harus kau jaga." Naruto mengelus perut datar Hinata dan mengecupnya dengan lembut.

Pria itu kemudian meletakan kepalanya di atas perut datar Hinata sambil mengusapnya dengan sayang.

"Maafkan aku." ujar Hinata menyesal.

Naruto tersenyum lembut, kemudian menggendong tubuh Hinata dan meletakannya di atas kursi goyang dengan bantal yang nyaman, pria itu lalu meremukan buku jarinya dan melakukan pemanasan sesaat. Sebelum kesepuluh jarinya Ia letakan di atas tuts hitam putih, Ia kemudian berdehem pelan.

Seiring dengan sebuah instrumen Ia alunkan, suara merdunya pun keluar menambah keharmonisan lagu yang Ia nyanyikan. Hinata memejamkan kedua matanya, telinganya terasa begitu termanjakan oleh suara indah Naruto tanpa harus mendengar teriakan para fans yang biasa mengganggu kenyamanannya.

Selesai bernyai, Naruto kembali membawa tubuh Hinata dalam gendongannya. Hari sudah cukup gelap dan meski cuaca hari ini tidak cukup cerah, namun bintang tetap bersinar terang di daerah yang minim polusi cahaya tersebut.

Naruto menyandarkan tubuh Hinata dalam pelukannya. Dan bersama, mereka duduk di atas hamparan rerumputan luas, menikmati indahnya bintang di malam hari. Jika mereka beruntung, terkadang mereka dapat melihat aurora yang menari dengan indahnya di kegelapan malam.

"Aku hanya akan bernyanyi untukmu. Di sini kita tak perlu khawatir lagi akan para manusia bejat yang mengincar dirimu. Kau dan aku, kita berdua akan hidup bahagia untuk selama - lamanya. Aku akan menjamin hal itu." ujar Naruto.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang