Happy Reading
Now Playing = One Direction – You & I
Makan berlebihan sakit perut
Belajar berlebihan tekanan batin
Sayang berlebihan sakit hati
Percayalah sesuatu yang berlebihan
itu tidak baik.***
Sesil sudah sampai di sekolah, untungnya hari ini dia tidak telat karena hari ini kelasnya akan mengadakan praktikum biologi.
Saat Sesil sedang berjalan tiba-tiba ada yang memeluk pinggulnya dari belakang. Sesil sudah tidak kaget lagi, karena ia sangat tahu siapa yang memeluknya.
"Mathew, sekarang kita lagi di sekolah," ujar Sesil sambil mencoba melepaskan tangan Mathew dari pinggulnya.
Bukan malah melepaskannya, tapi Mathew malah memperat pelukannya.
Mathew memang tidak perduli pada tata tertib sekolah, karena orang tuanya adalah donatur terbesar di sekolah ini. Guru-guru juga segan untuk menegurnya, jadi Mathew sering bertindak sesuka hatinya.
"Kamu jadi praktikum biologi?"
"Jadi, ini aku mau ke lab. Kamu masuk kelas aja sana, aku bisa sendiri kok."
"Aku mau antar kamu."
Mereka berdua berjalan menuju lab biologi, di sepanjang jalan banyak pasang mata yang memperhatikan mereka berdua.
"Makasih udah di anterin sampe lab dengan selamat," kata Sesil sambil tersenyum.
"Iya sayang," jawab Mathew sambil mengelus pelan rambut Sesil, "aku ke kelas dulu ya," Mathew mencium pipi Sesil.
Mathew berjalan mundur masih sambil menatap Sesil, "jangan deket-deket sama cowok lain," teriak Mathew.
Sesil hanya mengangguk sambil melambaikan tangannya kepada Mathew.
Bu Eva sudah memakai jas lab nya dan menjelaskan tentang praktikum yang akan mereka lakukan hari ini.
"Gavin, bagikan langkah kerja ini ke semua kelompok, pastikan setiap murid mendapatkannya," ujar bu Eva.
Gavin adalah murid terpandai di SMA 03 Bandung, sekaligus ketua kelas di kelas 11-1.
"Silakan kalian baca, kalau sudah mengerti praktikum akan segera ibu mulai."
Mereka memulai praktikum pengujian enzim yang berbahan hati ayam. Semua murid sudah memakai jas lab, masker dan sarung tangan.
Terkecuali Sesil, Sesil belum memakai sarung tangan. Ia sudah membongkar tas nya tapi ia tidak menemukan sarung tangannya, sepertinya ketinggalan di atas meja.
Sesil menggigit bibir bawahnya, tidak mungkin ia tidak memakai sarung tangan dalam praktikum ini karena mereka akan menghancurkan hati ayam dengan tangan sendiri. Mau beli di koperasi sekolah juga tidak mungkin, karena bu Eva sudah pasti tidak mengizinkannya.
Praktikum sudah di mulai, para murid sudah mengerjakan langkah pertama yaitu menghancurkan hati ayam terlebih dahulu.
Sesil masih diam, dan belum melakukan apapun. Gavin melihat Sesil, "lo kenapa belum mulai Sil?" tanya Gavin.
"Hm, gue gak bawa sarung tangan Vin."
Gavin melepas sarung tangan sebelah kanan dan memberikannya kepada Sesil, "nih."
"Lo gimana?" tanya Sesil.
"Kan ada yang satunya lagi," ujar Gavin sambil mengangkat tangan sebelah kirinya.
"Thanks ya Vin."
"Sama-sama, udah buruan mulai nanti keburu habis jam pelajarannya bu Eva."
Akhirnya praktikum biologi sudah selesai, dan sekarang sedang sibuk membersihkan tangan mereka yang sekarang sudah berbau dahsyat.
Karena sudah bel istirahat anak-anak yang lain sudah keluar dari lab, tapi tidak dengan Gavin, ia harus mengembalikan infokus terlebih dahulu.
"Vin," ujar Sesil yang sudah berada di hadapannya entah sejak kapan, "data yang di gue nanti gue kasih sama lo, mau gue salin dulu soalnya berantakan banget."
"Iya," jawab Gavin singkat kemudian fokus kembali memasukkan infokus.
Sesil berjalan keluar lab, dan Mathew sudah berdiri di depan pintu lab sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Kok lama?" tanya Mathew dengan tatapan mengintrogasi.
Sesil masih diam, tidak lama Gavin keluar sambil membawa infokus dan mengunci pintu lab.
"Berduaan sama dia?" tanya Mathew kembali sambil menatap Gavin.
"Gak gitu Math," Sesil mencoba menjelaskan.
Gavin tidak menghiraukan keduanya, ia juga tidak ingin ikut campur dengan hubungan orang lain.
"Gak gitu apa! Buktinya kamu cuma berdua sama dia di dalam lab, masih bilang gak gitu?" Mathew sudah mulai terlihat emosi.
Sesil dan Mathew memang sudah berpacaran hampir 1 tahun, dan Mathew memang memiliki tempramen yang buruk jika sudah cemburu, Mathew memang sangat over protektif.
Gavin mulai terganggu, ia sangat benci melihat seorang cowok membentak perempuan ataupun menyakiti nya.
"Gak usah ngebentak bisa?" ujar Gavin.
"Hak lo apa ngelarang gue? Dia cewek gue!"
"Kalo cowok tunjukin cara cowok, bukan pengecut yang bisanya nyakitin cewek," kata Gavin sambil meninggalkan mereka berdua.
"Brengsek! Lo yang pengecut!" teriak Mathew.
"Aku sama Gavin gak ada apa-apa Math, aku pacar kamu dan aku sayang kamu, kamu tahu itu."
"Kali ini aku percaya kamu, kalo aku lihat kamu sama dia lagi, kamu tahu kan hukuman kamu?" ujar Mathew sambil mengangkat dagu Sesil.
Sesil hanya diam tak menjawab.
Ini cerita keduaku
Vote nya jangan lupa
Gimana pendapat kalian dengan part 1 ini?
Komentar yaaa
Tunggu part selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
CAN I HAVE YOU?
Teen FictionAku percaya kalo kamu memang ditakdirkan Tuhan untukku. Karena kamu selalu berada tepat satu langkah di belakangku. Menangkap ku saat terjatuh dan membantuku untuk bangun kembali. -Sesil Nafiza Agatha