Mianhe

30 8 0
                                    

"Hiks.. Hiks.." air mata Tae Yeon menetes perlahan menetes membasahi pipi meronanya.

Sae Rin menyeret lembut Tae Yeon menuju rooftop sekolah.

Ia dengan sigap menghapus air mata yang menganak sungai di pipi Tae Yeon. Lalu segera mendekap tubuh Tae Yeon hangat.

Ia mengusap kepala dan mengecup ringan rambut Tae Yeon.

Kepala Tae Yeon bersembunyi di dada bidang Sae Rin. Sae Rin mulai berbicara  pada Tae Yeon,

"Kau ini sebenarnya kenapa, hah? Iya, aku salah. Mianhe, berhentilah menangis."

Tangan Tae Yeon mencubit perut ABS Sae Rin, "Kau yang kenapa. Siapa sebenarnya murid baru itu, kenapa dia berkata seperti itu padamu, dan kenapa kau menarikku dengan kasar? Aku benci hal itu.", bentaknya.

"Dengarkan aku, aku kan tadi sudah minta maaf, aku tidak bermaksud narik tangan kamu kasar begini. Itu refleks, biar kamu tidak tambah ribut sama So Ri. Buat yang masalah perkataan So Ri, itu benar-benar tidak ada apa-apa. Oke, dia itu em.. e..., dia.." Nampak kecemasan pada dirinya, dia takut untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Dia siapa? Cepat katakan." Tae Yeon memaksa Sae Rin untuk mengatakannnya.

"Em,, dia.. Dia teman sekelasku ketika SMP. Maksud perkataannya itu, em... Kau tau sendiri lah. Jadi berhentilah menangis dan jangan ngambek lagi. Aku kasih coklat deh", rayu Sae Rin.

Wajah kusut Tae Yeon berubah menjadi ceria dengan mata yang berbinar ketika mendengar kata 'cokelat'.

"Dua batang"

"Wah, rakus sekali pacarku ini. Iya sayang, aku akan borong dengan penjualnya sekalian. Tapi berjanjilah jangan marah lagi. Ini sangat menyulitkan kau tahu?", godanya.

"Yakso", Tae Yeon mengulurkan kelingking kecilnya yang kemudian disambut oleh kelingking Sae Rin.

Tapi tiba-tiba, 'BRUK'. Tubuh Tae Yeon ambruk, tapi segera ditangkap Sae Rin.

"Hei.. Kau kenapa? Bangunlah, jangan membuatku khawatir." Sae Rin langsung menggotong tubuh Tae Yeon kemudian membawanya ke UKS Sekolah.

***

Kring... Kring... Kring... Bel sekolah berdering 3 kali yang menandakan bel masuk.

"Di mana Sae Rin dan Tae Yeon? Kenapa mereka berdua belum ada di kelas? Hye Na, apa kau tau kemana perginya teman sebangkumu?", tanya pak Min Jae, guru fisika sekaligus wali kelas 3B2.

"Tadi siang sih mereka berdua pergi keluar kelas, tapi entahlah. Saya tidak tahu ke mana mereka pergi." jelas Hye Na.

"Kalian berdua, coba cari mereka. Untuk yang lain, kita lanjutkan pelajaran", perintah pak Min Jae pada Yi An dan Tae Kwang.

"Baik nim.", mereka berdua berlari mencari sobatnya.

"Aku akan mencarinya dia atas, dan kau pergi cari mereka di bawah.", ujar Tae Kwang.

"Arraseo", Yi An sepakat dengan keputusan Tae Kwang.

***

"Suster, sepertinya saya harus membawa Tae Yeon pulang ke rumah. Saya khawatir dengan keadaannya sekarang ini.", pinta Sae Rin dengan wajah memelas.

"Oh, silahkan. Antarkan dia sampai ke rumah, jaga dia dengan baik."

Sae Rin tidak peduli dengan pelajaran yang sudah dimulai. Ia hanya memikirkan kekasihnya yang sedang kurang baik keadaannya.

Ia menuju ke parkiran mobil dengan tergesa, membawa Tae Yeon pulang dengan kecepatan mobil secepat sambaran kilat. Sae Rin menyetir dengan sesekali mengalihkan pandangannya ke arah Tae Yeon yang tertidur di sampingnya dengan sabuk pengaman yang melingkar di tubuh kecilnya.

Ia sangat mengkhawatirkan kondisi pacarnya yang sangat ia sayangi.
Sebenarnya ia tidak tega membohongi gadis manisnya, tapi dia sudah tahu apa yang akan terjadi jika dia mengatakan hal yang sebenarnya.

TBC~

Hai, Terima kasih untuk semua readers yang sudah bertahan membaca sampai Bab ini.
Tolong berikan vote dan komen sebanyak-banyaknya ya
Jangan jadi siders oke ;)

NaegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang