Suasana sekolah masih sama, sangat membosankan. Tidak ada sesuatu yang menarik perhatian, taman sekolah dan lapangan basket yang hanya diisi oleh anak-anak populer, ruang musik yang hanya diisi oleh anak-anak orchestra, hingga ruang guru yang hanya diisi oleh guru. Eitsss... Tapi, tentu saja ruang guru hanya diisi oleh guru, lagi pula mana mungkin ada siswa yang berani nongkrong di ruangan guru, kecuali orang gila. Huffttttttt... aku ingin susana yang berbeda.
"Sherin, nanti malam kamu sibuk?" Tania menghancurkan lamunan Sherin yang semenjak tadi telah berkutat dalam kepalanya.
"Memangnya ada apa nanti malam?"
"Aku kira kamu sedang bosan dengan sekolah ini. Makanya aku ingin mengajakmu pergi ke pesta kakak kelas kita."
"Kakak kelas kita? Siapa memangnya?"
"Kak Diana! Kamu ikut kan?"
"Entahlah aku sepertinya sedang tidak enak badan. Uuhhuukkk.... Uuhhuukkkk..." Seketika saja Sherin gadis berkulit putih yang memiliki rambut sebahu ini batuk dengan dibuat-buat.
"Ahhh... Ayolah, lagi pula Dimas pasti akan datang." Sherin masih diam, rambut pendeknya yang berwarna hitam kemerahan diikatnya denan kuncir rambut berwarna hitam, "Bagaimana Sherin? Kau pasti tidak akan melewaatkan kesempatan ini kan?"
"Aku harus belajar." Sherin bangkit dari duduknya dan meninggalkan Tania di kantin. Tapi, Tania langsung mengikuti Sherin sambil merengek seperti anak kecil.
"Ayoolahhhh.... ayoolahhhh..." Tania menarik-narik baju seragam sekolah Sherin. Namun, Sherin tak peduli dan hanya terus berjalan menuju kelas.
"Nanti akan ku pikirkan." Ucap Sherin bermalas-malasan. Kedua gadis cantik itu pun memasuki kelas dan duduk di bangku mereka masing-masing.
Kelas sangat berisik ketika siswa datang satu persatu, ocehan dan gosip-gosip antar kelas hingga sekolah saling bersahut-sahutan dari tiap pojok ruangan. Kelas semakin riuh ketika pesta Ulang Tahun senior mereka tersebar ke setiap orang. Tapi, dengan wajah cemberut sambil menghadap ke luar jendela Sherin menghela nafas panjang.
Tania yang duduk di depan Sherin sangat gelisah, gadis yang memiliki rambut hitam setengah badan dengan pita berwarna merah terus-terusan melihat ke arah Sherin yang sedang tidur beralaskan tangan kannanya di atas meja.
"Kletak... kletok... kletak... kletok... kletok..."" Suara pantofel yang berjalan di dari koridor sekolah terdengar dengan jelas hingga ke dalam kelas. Sehingga semua anak kelas terdiam dan membuat kelas benar-benar hening.
Tangan tua yang sudah mulai keriput dan berurat membuka pintu kelas. Dia adalah wali kelas dari kelas 11-IPA 1 SMA Suwingya Indonesia. Tapi, ada yang berbeda kali ini. Seorang anak lelaki yang memiliki tinggi 180 cm dengan badan atletis dan berkulit putih mengikuti wali kelas yang biasa mereka panggil Malaikat Maut dan membuat anak-anak kelas terkejut.
"Dia sangat tampan." Ucap salah seorang murid dari belakang.
"Dia sepertinya jodohku."
"Aku akan rajin ke sekolah kalau dia bersekolah disini." Seluruh anak perempuan histeris melihat kedatangan anak baru itu.
"Tenang!" Tiba-tiba tangan Malaikat Maut melayang ke atas meja guru dan menimbulkan suara yang sangat keras. Anak-anak terkejut dan suasana kembali benar-benar hening. Sambil membenarkan posisi berdirinya wali kelas yang memiliki tampang seperti tentara itu kembali melanjutkan perkataannya, "Selamat pagi, Pada hari ini kalian kedatangan teman baru. Nah, Davis silahkan perkenalkan dirimu."
David mengangguk dan maju selangkah dari posisi awalnya. Anak lelaki berkulit putih dengan bibir kemerahan dan dengan potongan rambut model quiff ini kini berdiri sejajar dengan guru mereka.
"Selamat pagi semua. Perkenalkan nama saya David Sebastian Putra. Saya pindahan dari Pennsylvania, US. Mohon maaf dengan keterbatasan bahasa Indonesia saya. Mohon bantuannya teman-teman." Seluruh gadis-gadis di kelas kembali histeris mendengar suara David yang manly dengan aksen inggris amerika yang kental ketika berbicara menggunakan bahasa Indonesia.
"Karena David masih belum fasih berbicara dalam bahasa Indonesia. Jadi, kelas ini akan ada anak yang duduk bersebalahan dengan David untuk memabntunya dalam memahami pelajaran."
"Mohon maaf Pak." Seorang anak mengangkat tangannya.
"Ya silahkan Surya."
"Mengapa anak baru ini diperbolehkan duduk berpasangan, sementara kami yang telah lama bersekolah disini harus duduk sendiri-sendiri. Dimana kesetaraan sekolah ini?"
"Iya benar pak, benar... benar...." Anak-anak lain ikut riuh. Surya yang terkenal sebagai anak yang sering menjadi provokator itu pun tersenyum.
"Suryaaa..." Suara serak yang menyerupai guruh itu berbicara dengan nada yang angat menakutkan. Malaikat maut menuju tempat duduk Surya dan mulai melanjutkan perkataannya, "Apa kau ingat, ketika dirimu pertama kali masuk sekolah kau telah diberikan buku peraturan. Yang pada pasal 38 ayat 1 yang berbunyi setiap anak-anak yang menjadi siswa di SMA Suwingya Indonesia yang memiliki kesulitan didalam mendapatkan dan memahami pelajaran pihak sekolah wajib membantu anak tersebut! Dan pada kasus ini David kesulitan dalam berkomunikasi. Sehingga pihak sekolah memutuskan untuk membuat David duduk berpasangan agar teman sebangkunya bisa membantu David. Sekarang bapak tanya, apa kamu kesulitan dalam memahami perkataan bapak?" Surya mengeeleng sambil bergidik. Matanya tak berani menatap wali kelasnya sendiri. "Bicara yang keras!!" Lagi-lagi tangan malaikat maut melayang ke atas meja belajar Surya.
"Tidak, Pak. Saya tidak kesulitan." Ucap Surya terkejut dan ketakutan.
"Bagus, kalau begitu kau tidak perlu duduk berpasangan!" Guru yang memiliki nama asli Gantara itu kembali berjalan menuju possisi berdiri David di depan kelas. "Karna Sherin adalah siswa yang mampu Berbahasa Inggris dengan baik di sekolah ini. Jadi, David akan duduk di sebelah Sherin. Ketua Kelas!"
"Iya pak!"
"Tolong angkat meja dan bangku yang berada di belakang ke sebelah Sherin."
"Siap Pak!."
"Penjilat." Ucap Surya setengah berbisik.
"Nah, David sekarang kau bisa duduk di sebelah Sherin."
"Terimakasih banyak Pak." David melangkah ke posisi urutan duduk ke 3 disebelah Sherin. Sherin yang tidak terlalu perduli hanya diam dan tidak terlalu memerdulikan David.
"Hai, my name is Tania. You handsome, hansome you muka punya." Tania menjabat tangan David dengan tiba-tiba.
"Oh hai. Thankyou." David tersenyum ragu.
"Tania! Apaan sih, Bikin malu aja!"
"Bodo! Syirik aja! Wlekkkk..." Tania menjulurkan lidahnya ke arah Sherin dan kembali melihat David sambil tersenyum.
"Risih kali dia." Ucap Sherin sambil menggeleng.
"Sekarang buka buku sastra kalian halaman 154." David hanya terdiam pandangannya kosong ke depan.
"Open your book. Page 154." Ucap Sherin pada teman barunya itu.
"I know."
"Kalo ngerti kenapa gak di buka." Sherin setengah bergumam.
"Aku sedang malas belajar." Sherin menatap David yang duduk di sebelah kanannya beberapa saat, kemudian kembali melihat ke arah Pak Gantara yang mulai menulis di papan tulis.
Bersambung....
Preview Next Episode
Kisah David yang baru pindah ke Indonesia dan kenangannya di Amerika.
YOU ARE READING
Bukan Hanya Tentang Kita
RomanceHal-hal yang terjadi dalam hidup bukan semata-semata karena kebetulan atau ketidak sengajaan. Melainkan karena sebuah rencana yang telah diatur dengan rinci.