#1 Yes or No?

440 58 1
                                    

Harry potter © J. K. Rowling

Magical Heart © prof. creau

Warning: BL, OOC, OC, bad EYD, no war!

#1 Yes or No?

.

Draco mengintip dari balik pohon. Ia mengikuti kemana Harry dan bocah laknat itu pergi. Sebuah rumah tua bergaya Eropa pada umumnya berdiri kokoh di bawah terpaan sinar mentari. Harry mengeluarkan kotak berisi pai apel yang masih hangat dan membagikannya kepada anak-anak.

Iya, anak-anak...

Sosok kecil yang melompat-lompat dan tidak bisa diam.

Di rumah itu terdapat banyak sekali anak-anak, mulai dari tiga hingga dua belas tahun—anak laki-laki dengan sepatu merah itu menurut Draco yang paling tua diantara anak-anak lainnya. Draco mundur. Bibirnya berkedut-kedut. Matanya masih memandang ke sekeliling pekarangan; banyak sekali anak-anak yang bermain. Ada yang di ayunan, kejar-kejaran, maupun bermain lompat tali... dan mereka semua mendatangi Harry.

"Tuan Malfoy dataaang~"

"Mana janji Tuan Malfoy?"

"Kyaaa! Tuan Malfoy datang ke sini pasti mau menikah denganku!"

Apaan itu! Bisa-bisanya seorang gadis kecil memimpikan menikahi suami tercintanya! Harry itu cuma milik Draco seorang! Gak ada yang lain! Masih kecil saja sudah mimpi nikah-nikahan, bagaimana besarnya? Cerai-ceraian? Astaga. Draco butuh ramuan penenang. Lagipula gadis kecil itu punya apa? Rambut merahnya yang panjang kalah indah dengan rambut Draco. Lebih berkilau, sangat memesona, menggairahkan—apalagi kalau Harry sudah jambak-jambak rambutnya di atas ranjang. Uunch.

Kalau anak-anak itu biasa memanggil 'Tuan Malfoy' dengan santai berarti... Harry sering mengunjungi panti asuhan ini?

Iya, tempat itu adalah panti asuhan, tidak salah lagi. Draco pasti melewatkan papan nama yang menyatakan tempat tersebut adalah panti asuhan. Uh, apa sih yang Harry lakukan di panti asuhan itu? Memang Draco sudah mengizinkan untuk mengadopsi apa? Buang-buang waktu saja! Dan hal yang paling membuatnya kesal adalah... INI PANTI ASUHAN MUGGLE!

Draco mengacak rambut indahnya karena frustasi. Ia tidak terima kalau Harry bertindak semaunya. Apa susahnya sih menunggu setahun lagi untuk memiliki anak? Secara perhitungan sih, setahun lebih beberapa bulan, biar bagaimana pun Harry butuh waktu untuk bisa hamil kembali.

Seorang wanita tua menghampiri Harry. Mereka bertukar sapa dan berbincang, yang mana Draco tidak dapat mendengarnya. Kalau dilihat dari situasinya, sepertinya wanita itu adalah pemilik panti asuhan ini. Apa yang Harry bicarakan dengannya? Jangan-jangan... Oh, tidak... Draco tidak akan merestui untuk mengadopsi anak.

"Ckckck... orang dewasa jaman sekarang sepertinya tidak tahu tata karma."

Draco merinding. Ia pernah dengar suara ini, di suatu waktu ketika ia sedang mencari-cari keberadaan Harry. "Excuse me, young lady? Kau berbicara padaku?" bibirnya masih berkedut, menahan kesal.

Anak itu menghela napas. "Iya, sama Tuan tentu saja. Di tempat ini kan cuma ada kita, Tuan—tempat yang cocok buat menguntit, huh?"

"Aku tidak menguntit!"

"Lalu apa yang Tuan lakukan di sini? Bersembunyi di balik pohon, jongkok dan merunduk, tidak bersuara sama sekali dan dari tadi mata Tuan cuma melihat panti asuhan kami."

Kata-katanya menusuk Draco. Tepat sasaran! Ia menegakan badannya seraya melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku hanya... melihat-lihat. Aku sedang mencari rumah sesungguhnya. Rumah baru di lingkungan yang baru." Ia menyangkal. Dia tidak boleh kalah argumen dengan anak kecil. Harga diri seorang Malfoy terlalu tinggi.

Magical Heart [Harry Potter Fanfiction]Where stories live. Discover now