#2 Naga Laut Angkasa

551 69 22
                                    


Harry Potter © J. K. Rowling

Magical Heart © prof. creau

Warning: BL, OC(s), OOC, bad EYD, No War! aaand don't like don't read~

.

.

Di sinilah Draco Malfoy berdiri. Sebuah panti asuhan muggle. Jantung Harry berdegup kencang. Ia sangat tidak sabar. Ketika ia menginjakan kakinya di panti asuhan ini lagi, anak-anak mengerubunginya bagai gula. Mereka bersuka-cita karena Tuan Malfoy datang lagi! Tapi... dengan Tuan Pengutit Blonde.

Bermacam-macam effort telah anak-anak kerahkan untuk memisahkan pasangan itu. Ada yang bawa perisai dan pedang (maianan tentu saja) kemudian mengarahkannya ke arah Tuan Penguntit—'Selamatkan Tuan Malfoy dari penculik itu!'—yang dimana Draco harus mengusap anunya karena pedang sialan itu tepat mengenai harta kebanggaan Malfoy di bawah sana. Ada juga yang bergelantungan dengan kain panjang dan harta kebanggaan Malfoy di bawah jadi korban lagi—'Auwoo-AAA! Tadi aku nendang apaan?!'.

Yah, maklumlah mereka sedikit brutal. Tuan Malfoy tidak pernah mengunjungi mereka lagi semenjak Tuan Penguntit Blonde datang dan membawa Tuan Malfoy pergi. Jadi mereka berasumsi bahwa Tuan Malfoy diculik! Kata Bunda, penculik itu orang jahat dan orang jahat harus dibawa ke kantor polisi! Maka dari itu, anak-anak perempuan menelpon polisi—'Halo, Pak Polisi! Di sini ada pelaku kriminal! Tolong kamiii! Tolooong!'—membuat polisi sungguhan datang ke lokasi dengan segera.

Draco harus berurusan dengan polisi muggle selama empat jam penuh. Berkali-kali ia sudah menjelaskan kalau ia bukan penculik. Lagipula tidak masuk akal kan kalau ia menculik suaminya sendiri!

'Tuan Malfoy pasti dipaksa menikah dengannya! Kami tidak pernah melihat Tuan Malfoy selama beberapa hari, pasti terjadi penyekapan juga!' sahut Kyle si rambut merah yang sangat ingin menikah dengan Tuan Malfoy, mengakibatkan Draco menambah dua jam waktunya untuk membuat polisi-polisi sialan itu mempercayai perkataannya. Selama proses interogasi berlangsung, Harry menghilang entah dimana, membuat Draco dalam posisi yang sangat tidak menguntungkan.

Tahu-tahu saja, suami Draco Malfoy itu telah duduk anteng di ruangan kepala panti sambil menyesap teh bersama kepala panti. "Lho, Draco? Kamu kemana saja? Kenapa kamu terlihat kacau sekali?"

"Dari tadi kami menunggu Tuan Draco." Slurp. "Kemari dan duduklah, Tuan Draco." Slurp. "Ini teh hijau." Slurp. "Sangat baik untuk kesehatan, kau tahu."

"Nyonya Sins, jangan terlalu formal. Panggil saja suamiku Draco."

"Dan kau juga harus memanggilku Serpentia, my dear."

Draco menatap wanita tua dengan senyum mencurigakan itu. Mulai dari namanya saja sudah mencurigakan. Serpentia Sins, seakan-akan wanita itu telah membuat banyak dosa besar dan yang paling mengganggu Draco adalah nama awalnya. "Kenapa kalian bisa setenang ini sementara di depan ada polisi-polisi yang menginterogasiku kalau aku adalah penculik dari suamiku sendiri?"

"Astaga, Draco! Kami tidak mendengar sirine polisi sama sekali."

"Aku dan Harry sepertinya terlalu asik berbicara jadi, mengabaikan lingkungan sekitar. Maafkan aku, Harry..." wajah kepala panti asuhan itu terlihat sedih.

"Oh, Serpentia, tidak perlu meminta maaf. Draco memang suka berlebihan." Harry menatap nyalang, mengindikasikan bahwa Draco terancam bobo di sofa malam ini. "Minta maaf, Draco. Sekarang."

Draco telan ludah bulat-bulat. Ia meminta maaf kepada wanita tua itu.

...ini kenapa jadi dia yang minta maaf? Ia jadi yakin kalau ada yang aneh dengan wanita tua itu.

Magical Heart [Harry Potter Fanfiction]Where stories live. Discover now