PROLOG

13.4K 85 2
                                    

PERKENALAN KEDUA TOKOH DULU YAA

Azcha Deano

Gabriella Areesha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Gabriella Areesha

Gabriella Areesha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*****

Sesekali Gaby tersenyum pada beberapa lelaki yang sedang mencoba menggodanya, beberapa kali juga ia berpindah tempat duduk saat para tangan lelaki itu mulai nakal, dan satu lagi, jangan lupakan beberapa dari mereka yang terkena tamparan karena sudah sangat terlalu terlewat batas.

Gaby bukanlah perempuan yang sombong, jutek, judes, atau semua sifat galak lainnya. Bukan. Toh kalau para lelaki itu tersenyum, Gaby akan tersenyum balik. Dengan sopan, tentunya. Tapi jika mata atau tangan nakal mereka mulai menampakan serta melakukan sesuatu yang tak senonoh, ah, Gaby takan segan-segan kalau disuruh untuk mengkebiri mereka!

Gaby memang sering pergi ke bar atau kelab ternama. Dan dia pergi ke tempat seperti ini hanyalah sebatas pengalihan selama seharian terkurung di ruang perusahaan kerja orang tuanya. Bukan untuk melakukan kegiatan tak bermutu seperti wanita-wanita menjijikan lainnya. One Night Stand.

Jelas, setiap orang juga pasti bakal suntuk jika seharian berada di satu ruangan. Seperti Gaby.

Lalu Gaby pun menyandarkan tubuhnya, juga memejamkan sejenak mata sambil mendengarkan dentuman musim yang bisa saja membuat gendang telinganya rusak kapan saja.

Kadang selain menghabiskan minuman, memejamkan mata, atau hanya sibuk sendiri seperti ini, Gaby memang sedikit tertarik untuk ikut terjun lalu meliak-liukan tubuhnya di dance floor bawah sana. Kalau dia bisa, dia pasti akan melakukannya. Ya. Kalau bisa.

Tapi sayang sejak SMP keahlian menarinya memang sangatlah melebihi kata buruk, juga keberaniannya untuk menari erotis seperti para perempuan di bawah sana itu sangatlah bisa dikatakan kurang.

Erotis?

Ya, nyatanya para perempuan yang sedang menari itu sudah tak peduli lagi jika ada tangan-tangan nakal yang menyentuh bagian terekspos dari tubuh mereka.

Tapi mau bagaimana lagi? Kehidupan memang tak pernah sesuci yang Gaby semoat pikirkan dulu.

"I can teach you." ucap suara rendah yang tiba-tiba sudah duduk di sampingnya. Saking sibuknya dengan pemikiran yang sedang berkelibat, Gaby sampai tak sadar kalau ada orang yang duduk dan menemaninya di sofa no.7 itu.

Gaby membuka mata sambil berdeham sesaat, mencoba terlihat senormal mungkin walau dalam keadaan yang memang sedang mabuk saat ini.

Ya. Gaby sudah merasa mabuk bahkan hanya meminum 3 gelas alkohol!

Payah sekali kau ini, Gab!

Gaby pun melirik sekilas laki-laki itu dari ujung matanya dengan waspada, sedangkan otaknya sudah meng-set beberapa tindakan jika laki-laki di sampingnya ini melakukan sesuatu yang kelewatan. Mulai dari menamparnya---seperti yang Gaby lakukan saat di sofa no. 9 tadi. Menyiramnya dengan vodka, atau mungkin ia hanya akan berpindah ke sofa lain tanpa tindakan lainnya.

"Are you trying to flirt me?" sarkas Gaby to the point.

Laki-laki itu menggeleng sambil sedikit terkekeh pelan, lalu menolehkan pandangannya dari dance floor kearah Gaby yang masih tak menoleh. "No." jawabnya santai. Gaby hanya mengangkat tanpa minat kedua alisnya sebagai respon.

"Btw nama gue Azcha."

Dan oh! Seketika Gaby tersentak, bukan karena laki-laki itu bisa berbahasa Indonesia, tapi karena nama laki-laki itu membuat semua kenangan masa SMA 5 tahun lalu Gaby terputar kembali dengan sendirinya.

Gaby pun mengerjapkan mata dengan bibir yang tanpa sadar telah menarik garis tipis di setiap sudutnya, ia tersenyum dalam diam mengetahui kesamaan nama orang di sampingnya ini dengan seseorang di masa SMAnya dulu.

Kepala Gaby menggeleng pelan, tak mungkin, tak mungkin orang yang bernama Azcha ini adalah Azcha yang sama dengan Azcha yang Gaby kenal saat SMA.

"Azcha?" ulang Gaby dengan kepala yang masih menatap dance floor, walau tak bisa dipungkiri bahwa sedikit kegugupan pun memang sedang menguyur tubuh perempuan itu saat ini.

Laki-laki itu mengangguk dalam. Ya, Gaby dapat menangkap gerakan kepalanya itu walau dia kini tetap menatap dance floor. "CEO Deano Coal."

"CEO?" tanya Gaby memastikan. Azcha mengangguk lagi, dan hembusan nafas lega pun keluar dari bibir Gaby.

Karena setau Gaby, manusia sengak berdarah campuran yang bernama Azcha yang 'itu' adalah Azcha yang blangsakan yang kerjaannya selalu keluar masuk ruang BK-hampir-setiap-hari, jadi kemungkinannya adalah 'tidak mungkin' jika mereka adalah Azcha yang sama.

Dan setau Gaby lagi, Azcha yang 'itu' bercita-cita menjadi seorang angkatan negara, bukan menjadi pemimpin perusahaan tersohor seperti laki-laki ini.

Well, tambah tak mungkin kan jika Gaby bisa bertemu lagi dengan Azcha yang 'itu' di sini, di Amerika?!

Gaby ber-oh ria, mengangguk paham, "Gue Gab---"

"Gabriella Areesha?"

Secepat kilat, Gaby reflek langsung meoleh cepat kearahnya dengan mata yang membulat tak percaya. "Jangan-jangan lo..."

"Oh shitt!" Gaby menggeleng tak percaya, laki-laki ini jelaslah berbeda jauh dengan Azcha dulu yang biang masalah itu.

Mata Gaby mengerjap-ngerjap sambil masih menatap laki-laki itu dengan banyak bentuk ekspresi. Tak bisa dipungkiri, orang bernama Azcha di hadapannya ini memiliki wajah serta postur tubuh yang bisa dibilang jauh melampaui kata sempurna, bak seorang dewa yang sedang menyamar.

Pembawaannya yang begitu tenang, penampilannya yang bossy, serta tatapan yang sangat panasnya itu pastilah berbanding terbalik dengan Azcha dulu yang menyebalkan.

Gaby tak bisa bernafas, sungguh ingin sekali ia tertawa kencang menyadari kebetulan bodoh semacam ini. Sedangkan Azcha menggulum senyum, ia tak tau kalau Gaby akan sepanik ini jika mereka bertemu kembali.

Azcha pun mengangguk pada Gaby sambil memasang smirk-nya, smirk yang nyatanya memang tak pernah berubah sejak dulu, smirk yang membuat Gaby ingin sekali menggorok kepala laki-laki itu, dulu.

"Gue Azcha Deano, your beloved enemy, By."

Dan detik ini, Gaby merasa menjadi manusia paling bodoh di dunia karena tak pernah menyadari kesamaan nama belakang Azcha dengan nama perusahaan batu bara ternama itu.

*****

My Perfect PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang