[1] - 2nd Meet

11.2K 74 1
                                    

Azcha tak henti-hentinya merutuk. Bertemu dengan Gaby tadi malam sukses membuyarkan seluruh fokus Azcha seharian ini. 

Jari Azcha mengentuk-ngetuk ke atas keyboard laptop dengan alis yang mengerut, ia terdiam seolah sedang menyimak apa yang sedang di sampaikan bahawannya itu dalam presentasi di depan, walau tentu saja, pikiran kotornya masih saja membayangkan bagaimana jika tangannya berada di setiap bagian lekuk tubuh indah perempuan itu.

Jelas jika ada kesempatan, ia takan sungkan-sungkan untuk menjelajahi semua yang ada pada tubuh Gaby.

Beberapa menit kemudian, ruangan yang awalnya terdengar suara orang yang sedang berpresentasi di depan pun terasa hening,o yang ada hanyalah deru nafas gugup serta hampir seluruh mata yang tertuju pada Azcha, ya, mereka serempak terdiam seolah menunggu kalimat 'penyemangat' apa yang akan Azcha cetuskan hari ini.

"Bagaimana pak? Apakah bapak setuju?" tanya Ernald, asisten-tangan kanan-sahabat-sekaligus orang kepercayaan Azcha selama menjadi CEO di perusahaannya ini.

Setelah mengerjap sesaat, Azcha pun berdeham pelan untuk tersadar sepenuhnya. Lalu kembali menampilkan ekspresi bossy seperti apa yang selalu ia pamerkan di hadapan para pegawai.

"Hmm... y-ya. Saya setuju." jawab Azcha asal, namun tentu saja, tetap terdengar penuh wibawa.

Lalu satu persatu orang yang berada di dalam ruangan pun berpamitan sopan untuk pergi, meninggalkan Azcha yang kini hanya bersama sang asisten di dalam ruangan rapat.

Setelah memastikan hanya ada mereka berdua di ruangan ini, Ernald pun berdiri dari duduknya sambil menyeret satu kursi untuk di simpan di sebrang meja Azcha, ia berniat untuk mengintrogasi sahabatnya itu habis-habisan.

"So?" tanya Ernald dengan mata yang terang-terangan menyelidik.

Azcha yang dari tadi hanya berlagak sibuk dengan laptopnya pun menyerah juga, nyatanya Ernald memang mengenal dirinya sangat baik.

Azcha mendengus sambil menyenderkan punggungnya ke kursi. Lalu menyimpan kedua tangannya di belakang kepala dengan mata yang menatap langit-langit putih ruangan.

"Kacau." jawab Azcha sekenannya

Walau bibirnya membisu, tapi otak Azcha kini bodohnya, masih dipenuhi akan semua fantasi tentang Gaby yang sukses membuat seluruh tubuhnya itu menegang bukan main tadi malam.

Kedua sudut di bibir Azcha terangkat tipis dengan otak yang masih berkelana. Disaat banyak perempuan yang sudah Azcha tiduri, tapi ayolah, kenapa harus perempuan itu yang sukses membuat gairah Azcha bangkit hanya dengan memikirkannya?!

Sialan!

Dan melihat Azcha yang daritadi hanya diam sambil menghayalkan sesuatu dari tadi itu pun membuat Ernald tersenyum paham. "Find something intresting?" pancingnya seperti biasa.

Azcha mendengus geli, hih, pertanyaan bodoh macam apa ini?!

Kepala Azcha pun mendongkak, menatap Ernald dengan seringai smirk yang tergambar. Dan lagi-lagi, hanya dengat melihat ekspresi itu, Ernald langsung tau apa yang telah di temukan teman bajingannya.

"Cantik?" tebak Ernald yang langsung dibalas Azcha dengan dengusan kecil.

"Bajingan lo!" balas Azcha cepat.

Tapi Azcha akui, mata Azcha tadi malam memang menikmati jelas setiap lekuk tubuh indah Gaby. Sebagai laki-laki normal, ia tak mungkin begitu saja melewatkan pemandangan yang seindah itu, dan ditambah kaki mulusnya yang terpapar sungguh nyata di sana, jelas sangatlah menguji iman setiap laki-laki normal yang menikmatinya, kan?!

My Perfect PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang