Memulai hidup baru

39 3 0
                                    

      Angin malam sangat dingin terasa, menjalar disekujur tubuh, juga membisik ke telinga, langit tampak gelap sebab bulan tertutupi awan, namun seorang anak laki-laki di sebuah jembatan bersama adik perempuannya yg masih kecil masih setia menunggu kehadiran bulan seraya menggantungkan lamunannya pada awan yg menutupnya. anak itu bernama Aji dan adiknya Rani. Aji yg kini masih duduk di bangku SMA kini harus menanggung beban seorang diri untuk mengurus adiknya yg masih SD.
       Aji yang saat itu masih bertahan dengan dinginnya malam, masih merenung dalam ketiadaan bulan, tanggannya ia lipat di pegangan jembatan yg sudah tua dan berkarat sambil adiknya memeluk pinggul Aji erat. merekapun mulai membicarakan perihal kemalangan yg menimpa mereka.
       "Kak kenapa ya ayah ninggalin kita" kata Rani dengan nada lemah.
       "udah ditakdirkan begitu dek, kalau bisa memilih kakak juga gak mau ayah pergi ninggalin kita selama-lamanya" kata Aji sambil mengelus kepala Rani lembut.
       "coba aja ada ayah disini, pasti kita sekarang
gak kayak gini kak" kata Rani semakin mengencangkan pelukannya.
       "udah kamu tenang aja biar kakak yg jadi pengganti ayah, yang nanggung semua keperluan kamu dan asal kamu tahu aja tuhan sudah mempersiapkan kebahagiaan sesungguhnya namun dengan cara yang perlahan" kata Aji menyemangati.
       Namun Rani tidak bergeming dengan hal itu ia malah melepas pelukannya lalu pergi ke sisi jembatan yg lain, Ajipun mengikutinya.
       "Tapi ibu kak, gimana" kata Rani mulai meneteskan air mata.
       "udah kamu jangan pikirin, ibu pergi pasti ada alasannya, dan ibu pasti gak akan lupa sama kita" kata Aji mengusap kucuran air mata Rani.
       "ya udah kita tidur yuk, besokkan harus sekolah" kata Aji menggenggam tangan Rani, Ranipun mengangguk menyetujui perintah kakaknya. mereka berdua lalu pergi ke bawah jembatan, tempat tinggal mereka yg baru.       
         Rumah ini Aji rangkai dengan barang-barang seadanya dikolong jembatan itu. beraneka rupa kardus-kardus bekas ia ikatkan pada beberapa kayu yang sudah lapuk, hingga membentuk sebuah bangunan yang tak pantas di sebut rumah.
       Aji lebih dulu mempersilahkan Rani untuk tidur, dengan alas tikar yang sudah terurai dari anyaman, juga berbantal karung yang telah di bentuk sedimikian rupa oleh Aji, ia bertekad melakukan apapun untuk adiknya Rani, karena hanya Rani harta satu-satunya yang dimiliki Aji.
       Sementara Rani sudah siap ditempat tidur barunya, Aji masih setia menatap langit diluar bilik itu. ia duduk di sebuah batu besar, kakinya ia lipat sambil kedua tangannya mendekap erat kedua kakinya. Lamunannya masih tertuju pada kejadian hidupnya sebelumnya, sesekali ia menghadap belakang melihat Rani yang sudah terbawa mimpi, sambil menaruh iba pada adiknya yang tidak bisa hidup bermanjakan kedua orangtua seperti dulu.
       Sebelumnya Rani dan Aji adalah anak dari seorang pengusaha properti terkenal namun karena tertipu oleh klien ayah Aji pun terlilit hutang dan bangkrut, hingga ayah Aji mengalami serangan jantung hebat dan meninggalkan mereka berdua, sementara itu ibu Aji pergi meninggalkan mereka entah kemana dengan alasan yang tidak jelas. Kini Aji harus berfikir keras apa yang ia harus lakukan untuk menghidupi adiknya juga dirinya sendiri, mengingat ia masih masih duduk di bangku SMA tidak banyak yang ia bisa lakukan untuk menyambung roda ekonominya.
       Sementara itu Aji tidak mengenal kerabat dari kedua orang tuanya, hingga kini ia dan adiknya hidup tercecer di kolong jembatan. kehidupan yang sangat jauh berbeda dari biasanya akan ia coba tempuh mulai malam ini. Aji yang telah beranjak dewasa mungkin bisa menerima keadaan ini namun adiknya yang masih kecil tentulah belum mengerti tentang hidup susah.
      

NokturnalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang