18 tahun

19 2 0
                                    



"Quantum entanglement itu seperti dua hati yang bertautan, apakah rindu yang ku rasakan disini, dapat kau rasakan disana?" -- Paijo (quote of the day)



Paijo, kini genap berumur 18 tahun, tepatnya sebulan yang lalu dia berulang tahun. Diusianya yang sekarang ini, umur 18 tahun telah dianggap sebagai orang dewasa yang memiliki awarness layaknya orang dewasa, mampu berpikir bijak dan memutuskan sebuah perkara dengan lebih tepat. Seperti pada orang lain yang seumuran paijo, di umur 18 tahun tak banyak yang langsung berkarir dalam dunia kerja. Sebagian besar melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas.

Paijo merasa lebih beruntung dengan mahasiswa lain karena dia telah diterima di sebuah kampus terbaik di negeri ini di jurusan fisika, di kampus berlambang gajah di kota bandung. Bahkan sebelum paijo diterima di kampus yang dia impikan semenjak duduk di bangku SMP, paijo bernadzar jika ia diterima maka ia akan berpuasa selama 7 hari sebagai perwujudan rasa syukur karena salah satu impiannya telah terwujud.

Pagi ini tepat pukul 3:00 aku, paijo tetiba terbangun, dan tidak bisa melanjutkan tidur. Hari ini tepat sehari sebelum ospek kampus berlambang gajah itu dimulai. Aku terbangun karena tiba tiba rasa rindu itu muncul menyesaki dada ini. Ya, rindu bertemu dengan teman teman lama semasa SMA. Masih teringat jelas memory yang tercipta ketika kami masih belajar di sekolah. ingatan ingatan manis dan konyol yang terjadi pada masa itu. Terutama ingatan pada saat perpisahan kelas, ingatan itu begitu membekas sehingga terkadang muncul kembali disaat aku rindu keberadaan mereka.

Perpisahan kelas adalah momen yang sangat baper, kawan. Biar ku ceritakan sedikit kisah dari perpisahan kami yang begitu berkesan. Waktu itu kami memilih tempat perpisahan kelas yang sedikit beda dengan kelas yang lain, berlokasi di pinggir pantai. Ah, saat itu suasana pantai sangat mendukung, deburan ombak, angin pantai yang sepoi sepoi, dan cahaya bulan yang bersinar cerah menerangi sisi gelap pantai. Kami mendirikan tenda ditepi tepi pantai, dan membuat sebuah api unggun sebagai titik kumpul semua anak.

Malam pun tiba, semua anak duduk melingkari api unggun yang berkobar. Sebelum semua berkumpul, obrolan2 ringan pun dimulai dengan becandaan lucu, saling ejek, dan beberapa menyanyikan lagu dengan nada sumbang diiringi petikan gitar yang fals. Semua anak akhirnya berkumpul pada satu titik, yaitu api unggun. Aku masih ingat, urutan kami setelah wali kelas ada mira dan annisa. akupun teringat dengan wajah annisa yang manis. Ah, seandainya aku punya keberanian untuk mendekatinya, kataku dalam hati.

Wajah manisnya masih tetap ku pandangi, hingga ia melirik dan pandangan kami berdua bertemu, berhenti sejenak, lalu mengalihkannya ke arah lain. Hati ini berdegup kencang, mungkin aku terlalu grogi, sehingga perasaan nervous ini tergambar jelas diwajahku. Beruntung sekali tidak ada yang memperhatikan, kalau sampai ketahuan bisa dibully dengan sadis. Aku tidak tahu yang dipikirkan annisa, apakah dia memikirkan hal yang sama denganku?, who knows.

Wali kelas memecah keriuhan dengan memulai membuka acara perpisahan tadi dengan Salam dan dilanjutkan dengan pembukaan basa basi.

Dan dimulailah acara sore itu.

Quantum EntanglementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang