"Eh buset? Beneran lo mau kawin?" Teriak seorang lelaki yang tiba tiba berdiri karna terkejut dengan apa yang telah di dengarnya.
"Woi biasa aja dong Ar!" Sahut Ziha sebal dengan kelakuan sahabatnya itu. gak enak kan dilihatin orang sekitar. "Lebay deh, gue mau nikah belum mau kawin," tambah Ziha memonyongkan bibirnya.
"Ya kali anak pak ustadz kawin dulu baru nikah" cletuk Atika salah satu sahabat Naziha yang sudah ikut duduk dari tadi.
"Eh seriusan nih Zie, kok bisa tiba tiba sih? Lu mah bikin gue patah hati sih!" Kini si Faresh pun ikut angkat suara,
"Gue di jodohin. Lo sih Resh, dulu gue suruh nglamar gak mau. Sekarang keduluan orang lo patah hati" sungut Ziha dengan senyuman ala ala yang di buat Ziha, menandakan kalau ia tengah bercanda.
"Yah, terus kuliah lo gimana?" Sekarang giliran Emely yang bersuara.
"Gue tetep kuliah dan pastinya masih pengen kerja lah" jelas Ziha pada segrombolan manusia yang ada di depanya. Mereka sahabat sahabat Naziha, yang dikumpuli di kantin kampus buat mendengarkan dengan seksama ocehan seorang Naziha, gadis yang menurut mereka lebih mirip preman alim itu.
"Lihat aja entar deh, kalau menurut kesimpulan dan inti sari dari pembicaraan para tetua sih kemungkinan seminggu lagi gue bakalan nikah" tutur Ziha menjelaskan seolah tak ada hal yang dikhawatirkan tentang nasib pernikahanya kelak. Dan hal itu sukses membuat Ardhan, Faresh, Atika dan Emely hanya manggut-manggut tanpa protes.
'Ting'
Tiba tiba suara hp Ardhan menyerukan ada notifikasi. Semua hening menujukan pandangan ke Ardhan yang buru buru membuka hpnya dengan raut muka tak terbaca.
Naziha tampak serius memperhatikan mimik muka sahabatnya. Hanya sebentar sebelum si empunya muka mengeluarkan suaranya.Eh gue cabut dulu guys" kata Ardhan yang langsung mengambil tasnya.
"Kenapa lo?" tanya Ziha curiga.
"Gak apaapa ada urusan, bye" jawab Ardhan tanpa memperhatikan pandangan semua sahabatnya yang merasa aneh.
Hening , penasaran, mereka saling pandang dalam keheningan.
Ziha memandang ketiga sahabatnya yang sama-sama mengendikkan bahu. seolah mengatakan kalau mereka tak ada yang mengerti tentang apa yang terjadi pada Ardhan. Tak seperti biasanya Ardhan pergi tanpa memberi tahu kemana tujuanya.
Ardhan adalah salah satu sahabat mereka yang sukses dengan kariernya sebagai model yang sekaligus memiliki suara indah. Namun di balik itu semua mereka turut prihatin dengan kepribadian Ardhan yang transgender itu.
"Kalau minggu depan gue nikah, kalian harus hadir semua" ucapnya dengan tatapan tajam yang sukses membuat mereka pada menatap Ziha lekat. Ziha berusaha mengalihkan keadaan yang hening sepeninggal Ardhan.
Satu hal lagi tentang Ziha. Benar ia memang gadis berhijab. Itu karna ia dibiasakan menggunakanya sejak balita. Jadi kalo pas lagi keluar tanpa hijab rasanya bener bener ada yang kurang menurutnya. Dan hal itu memang bermanfaat untuknya. Lalu soal hobi yang kata orang jauh dari penampilanya, mungkin bawaan lahir juga kali ya. Tapi selama dirinya gak melanggar syariat agama, kata Bunda gak apa apa kok. Memang apa yang salah dengan silat dan musik?
♡♡♡
Sudah pukul dua siang. Dan sudah 30 menit gadis berhijab itu duduk di pojokan cafe menunggu seseorang yang entah bakal datang apa enggak.
Diputuskan untuk menunggu 15menit lagi. Dan itu memang sangat membosankan.
Setelah menuntaskan isi dari gelas ke tiganya, akhirnya Ziha pun memutuskan untuk mengahiri penantian ini. Bukan kegemaranya menunggu kepastian seperti itu. Namun baru saja akan beranjak dari kursinya, ia melihat seorang lelaki di hadapanya yang tengah memandangnya lurus tanpa merasa bersalah sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh dari mana? Tahap Revisi
FanfictionNaziha sudah lama menunggu perjodohan ini. Menikah dengan seorang yang tak di kenal. Ia begitu yakin dengan pilihan ayahnya. Akankah suami Naziha akan seperti yang di inginkanya? Atau ia harus berusaha untuk menjadikan pernikahanya sesuai impianya...