Pemilik tangan kekar itu tampak mulai membuka mata. Mencoba menghalau matanya saat merasakan sinar matahari sudah mulai menyeruak memasuki jendela kamar yang sudah terbuka. Ia seakan baru menyadari setatusnya pagi ini. Biasanya sampai ia bangun jendela kamarnya akan tertutup. Bahkan tak ada yang berani membukanya. Dan kini, siapa lagi yang membukanya kalau bukan cewek yang kelihatan alim tapi menyebalkan itu.Alfian berdecak kesal dan mulai mengedarkan pandanganya. Sepi. Lalu ia beranjak tak peduli, karena mengingat ada meeting pagi ini di kantornya.
Usai mandi sambil mengeringkan rambut dengan handuk, Alfian tampak sedikit heran saat melihat sudah ada pakaian kerjanya di atas ranjang. Dan munculah istri yang menurutnya adalah si manusia menyebalkan itu membawa cangkir di atas nampan.
"Nih mas, tehnya. Buruan ganti baju gih, kita sarapan bareng!" Kata Ziha tersenyum. Dan Alfian akui senyuman itu manis. Oh tidak. ia merasa sudah terkontaminasi dengan wajah yang sok alim itu.
"Kok diam? Perlu bantuan?" Katanya lagi sok akrab. Membuat Alfian makin heran karena beberapa kali ia mendiamkan gadis itu, tapi masih aja senyum sok manis.
Dan tiba tiba saja Ziha malah merebut dasi yang akan Alfian pakai dan memasangkanya di leher suaminya."Gue bisa sendiri" kata Alfian ketus
"Aku tau" sambung Ziha cepat membuat Alfuan jengkel. "Apa-apain ni cewek malah ikut ikutan ngetusin gue'' batin Alfian kesal.
"Pengen banget ya pegang pegang gue?" Goda Alfian dengan nada mengejek.
" Apaan sih? Udah sepatutnya kan istri masangin dasi suami? Lagian pegang pegang suami kan udah halal."
"Ngarep banget jadi istri"
"Enggak, ngapain ngarep kalo memang udah terjadi? Aku kan istrinya kamu"
"Ini mama bisa dapet mantu kayak gini dari mana sih. Ajaib banget." Lagi-lagi Alfian membatin ucapanya. Ia jadi bingung sebutan apa yang cocok menggambarkan istrinya ini.
Ah ia bener bener muak dengan pernikahan ini. Kalau bukan karna paksaan mama dan papanya dia juga ogah nikah ama cewek seperti Ziha. Dilihat lagi kalau istrinya ini sama sekali tak menarik baginya.
Alfian bahkan yakin istrinya itu bener bener terpesona dengan ketampananya. Secara siapa yang bakalan nolak pesona seorang Alfian?
***
Di sebuah meja makan, tampak Naziha yang tengah sibuk mengambilkan nasi serta lauk pauk untuk suaminya.
Dan di belahan meja samping tampak senyum mengembang dari sepasang suami istri paruh baya. Yang tak lain adalah mertua Naziha orang tua Alfian.
Namun sikap perhatian itulah yang di anggap Alfian sangat MENYEBALKAN.
"Wah mantu mama baik banget sih?" Kata sang mama tersenyum bangga
"Iya ma, kita gak salah pilih mantu" sahut si papa
"Kan udah tugas Ziha pa ma, ngurusin suami," timpal Naziha yang tersenyum malu karna di puji mertuanya.
Gak taunya yang di layani malah memasang muka masam.
" oh ya Al, mama sama papa mau berangkat ke Papua, mungkin 1 sampai 2 bulan," kata papa tiba tiba membuat Alfian menghentikan aktifitasnya sejenak.
"Ngapain? Emang ada masalah?" Jawab Alfian yang langsung melanjutkan sarapannya.
"Iya cabang kita kan emang ada masalah." Jawab papanya
"Inget lho ya Al, selama kita pergi kamu jagain Ziha. Kamu ini udah jadi suami. Jadilah suami yang bertanggung jawab. Jangan bikin mantu mama nangis" tambah mamanya
"Dan segeralah berikan kami cucu" lanjutnya.Ah ucapan mama membuat Alfian kehilangan mood seketika. Gimana mau bikin cucu kalau nafsunya aja gak ada. Alfian memandang tubuh istrinya yang tertutup dari ujung rambut sampai kaki , hanya terlihat muka dan tanganya saja. gimana nafsunya bisa muncul coba?.
Sedang Naziha hanya tersenyum malu malu.
'Bahkan menyentuhnya aja aku ogah' ucap Alfian dalam hati. Dan seolah tau apa yang di katakan Alfian kini air muka Naziha menjadi agak keruh. Namun hanya sejenak dan senyum pun timbul setelahnya. Entah apa yang difikirkanya.
Usai aktifitas sarapan, mereka melanjutkan rencana masing masing. Tak terkecuali Alfian yang hendak pergi ke kantor yang telah di tinggalkan selama empat hari. Karna ia memang tak merencanakan bulan madu.
"Mas! Tunggu!" Tampak Naziha yang mengukutinya dari belakang.
"Apa!?" Ketus Alfian
"Ikut!"
"Apa'an?? Nggak! Emangnya lo gak kuliah apa?"
"Masih besok, aku males di rumah sendirian, aku ikut mas ke kantor ya? Janji deh gak bakal gangguin!"
"Nggak ada, entar malah gue gak bisa kerja, udah lo sono ah masuk ngapain kek di rumah, nyapu ngepel atau apa,"
"Tap-"
"Tugas istri itu di rumah nungguin suami, udah sana" ucap Alfian lantas pergi membuka pintu mobil dan melesatkanya di jalan raya.
Mertua Naziha sudah duluan pergi. Naziha sendiri tinggal dia dan dua pembantu rumah tangga. Ia masuk dengan gontai menuju kamarnya.
Menyebalkan sekali punya suami kayak gitu' naziha menggerutu dalam hati. Dia udah mencoba berbaik hati pagi ini. Pengen rasanya punya suami yang bener bener menginginkan pernikahan. Setidaknya tanpa cinta ia masih di hargai sebagai istri. Titik air mata timbul membasahi pipi Ziha.Ziha yang hendak mengambil remota tv tiba tiba mendengar suara penyanyi favoritnya mengalun di ponselnya.
"Assalamu'alaikum"
(...)
"Ngapain?"
(...)
"Ah iya deh gue kesana,"
Naziha kembali ke kamarnya dan mengambil slinkbagnya lalu beranjak pergi keluar rumah. Setelah memberi tahu bi Inah iya melesat mencari taksi di luar gerbang rumahnya.
To: husband
Mas aku mau ke rumah temen. Ini udah pergi naik taksiFrom:husband
Terserah, jangan bikin ulah.Naziha hanya mendengus melihat balasan suamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh dari mana? Tahap Revisi
Fiksi PenggemarNaziha sudah lama menunggu perjodohan ini. Menikah dengan seorang yang tak di kenal. Ia begitu yakin dengan pilihan ayahnya. Akankah suami Naziha akan seperti yang di inginkanya? Atau ia harus berusaha untuk menjadikan pernikahanya sesuai impianya...