PROLOG

50 4 0
                                    


Warning!!!

FF ini saya ciptakan dengan pemikiran saya sendiri maka sifat tokoh pada FF ini sangat berbeda dengan aslinya dan FF ini mengandung unsur sadism jika dirasa tidak terbiasa, atau tidak kuat disarankun untuk tidak membacanya.


Angin malam berhembus kencang disertai dedauan yang mulai berguguran karena terpaan angin, suara binatang malam pun mulai terdengar seiring larutnya malam, suara kendaraan bermotor yang bising pun perlahan mulai menghilang karena pengendarannya telah kembali kerumah masing- masing dan memutuskan untuk istirahat. Berbeda dengan seseorang yang tengah sibuk berkutat dengan setumpuk buku dihadapannya, buku- buku yang terlihat lusuh, tua, dan penuh dengan debu, dan yang membuat menarik adalah dia tengah membaca buku yang hampir semuanya sama buku yang bercerita mengenai cara pemanggilan arwah, cara membangkitkan orang mati, dan sejenisnya.

"Apa ini akan berhasil?" Gumam pria itu mencoba membolak balik buku pada halaman yang sama.

Lalu pria itu pun beranjak dari duduknya dengan membawa sebuah buku yang sejak tadi dia baca dan memasuki sebuah ruangan yang tidak lain adalah sebuah kamar, pria itu lalu mencoba menjangkau saklar lampu yang ada di samping pintu dan menyalakannya. Pria itu pun langsung duduk pada tepi kasur yang ada disana

"Bersabarlah sedikit lagi Shin Ra, Oppa pasti akan segera membawamu pulang." Ucap pria itu seraya meraba kasur yang diatasnya tidak ada apa- apa hanya seprai putih bantal dan guling yang semuanya juga dilapisi dengan sarung bantal berwarna putih.

Lalu pria itu pun mencoba mencari sesuatu dilaci sebelah kasur tersebut dan akhirnya dia menemukan sebuah buku berwarna merah muda yang dia yakini merupakan sebuah buku diary, dia pun membuka buku tersebut seperti tengah mencari sesuatu dari halaman ke halaman dia mencoba untuk terus membacanya hingga dia berhenti pada salah satu halaman paling terakhir, di halaman tersebut dia membaca buku itu dengan seksama.

"Sepertinya aku harus mengeceknya." Gumam pria itu lalu keluar dari kamar tersebut.

Dia pun menuruni tangga rumahnya yang sepi karena dia tinggal sendirian di sini hanya dengan beberapa pelayannya, dan dia menuju lantai satu dan bergegas mencari jaketnya. "Tuan muda, Anda mau kemana?" Tanya seorang pelayan yang melihat pria itu seperti hendak pergi kesuatu tempat.

"Aku ingin pergi sebentar mencari sesuatu, oh iya Mr. Kang bisakah aku meminta bantuanmu?" Tanya pria tersebut sembari mencoba mengenakan jaketnya.

"Apapun yang Anda minta Tuan, jika Saya bisa Saya pasti akan melakukannya." Jawab pelayan tersebut sopan.

"Tentu kau bisa melakukan ini, tolong carikan orang yang bernama Jeon Jungkook, dia adalah teman SD Shin Ra, tolong carikan alamat rumahnya, dan segala sesuatu tentangnya." Ucap pria itu dan mengambil kunci mobil yang tergletak dan berlalu dari depan pelayan tersebut tanpa sempat pelayan itu bertanya.

Dengan kecepatan sedang mobil sport hitam itu melaju di jalan yang sudah sangat sepi, sementara mata sang pengemudi masih mencari sesuatu di luar sana, dia mencari sebuah toko peralatan tulis yang masih buka pada tengah malam seperti ini. Lama dia mencoba mencarinya namun tak kunjung juga ditemukan, hingga akhirnya dia menyerah dan memutuskan untuk kembali pulang dengan tangan hampa. Setelah sampai dirumah pun dia langsung menuju kamarnya dan membaringkan diri di atas kasurnya seraya memandangi buku yang tadi di bawanya dari perpustakaan rumah hingga rasa kantuk akhirya menelan kesadarannya.

Perlahan mentari mulai terbit dari arah timur, membangunkan semua makhluk yang memang mulai beraktifitas pada pagi hari, burung- burung mulai bercuit di atas pepohonan yang rindang di halaman rumah itu ikut meramaikan datangnya pagi, berbeda dengan keadaan di dalam rumah yang masih terlihat lengang tanpa aktifitas dari pemiliknya, yang ada hanya aktivitas dari beberapa pelayan yang mulai membersihkan ruangan.

"Tuan muda Kim, sarapan sudah siap." Ucap salah seorang pelayan mencoba membangunkan tuannya.

Tak berapa lama sang majikan pun keluar dari persembunyiannya dengan pakaian dan rambut yang masih brantakan ciri khas orang yang baru bangun tidur, dia pun langsung menuruni anak tangga dan langsung menuju ruang makan yang sangat luas namun sepi karena hanya dia yang sarapan di meja makan itu, sementara pelayannya langsung pergi undur diri membiarkan sang majikan menikmati sarapannya, setelah menyelesaikan sarapannya dia langsung memutuskan untuk mandi karena mengingat bahwa dia harus membeli sesuatu. Dengan pakaian sederhana dan jaket hitam yang dia kenakan dia pun langsung bergegas pergi mengarahkan mobilnya menuju pusat kota untuk mencari toko alat tulis dan betapa senangnya dia ketika menemukannya tak berapa lama lalu langsung memarkirkan mobilnya dan langsung bergegas memasuki toko tersebut. Begitu memasuki toko dia dengan cepat mencari sebuah pena berwarna hitam, empat lembar kertas khusus surat dan sebuah amplop bernuansa gotik yang terlihat seperti sebuah amplop tua, setelah menemukan semua keperluannya dia pun langsung membawa semua barang tersebut ke kasir dan langsung membayarnya, setelah melakukan transaksi pria itu pun kembali ke mobilnya dan langsung menancap gas untuk segera kembali ke rumahnya.

Sesampainya di rumah dia langsung menuju kamarnya tanpa menghiraukan salah seorang pelayannya yang ingin mengatakan sesuatu padanya, dia pun langsung menyalakan lampu kamarnya dan mengeluarkan semua barang yang baru saja dia beli dan langsung menulis pada selembar kertas dan tidak lama dia memasukannya ke dalam amplop, lalu membuka buku yang semalam dia baca dan mencari sesuatu di dalamnya yang tak lama kemudian dia temukan, tiga buah gambar yang berbeda.

"Semoga ini berhasil." Gumamnya lalu mulai menulis sesuatu pada lembar pertamanya.

Setelah selesai dengan lembar pertama dia kemudian melanjutkannya dengan membuka halaman selanjutnya pada buku yang sedang dia tiru.

"Haruskah aku lakukan? Tapi aku tidak punya darah ayam." Gumamnya dan entah apa yang sedang dipikirkan oleh orang itu karena dengan tiba- tiba dia mengambil sebuah cutter di dalam laci dan melukai jari telunjuknya sendiri, darah segar langsung merembes dari ujung jarinya lalu dia menggunakan darah itu untuk menggambar sesuatu pada kedua kertas selanjutnya, setelah selesai dia pun langsung menumpuk ketiga kertas itu menjadi satu lalu melipatnya dan memasukannya ke dalam amplop yang sudah berisi lembar pertama yang sudah dia tulis sebelumnya.

'TOK! TOK! TOK!'

"Tuan muda maaf mengganggu, tapi Saya ingin membicarakan sesuatu." Ucap seseorang pelayan membuyarkan lamunan pria itu yang sedang memperhatikan surat tersebut dengan sebuah senyuman miringnya.

"Iya Mr. Kang, tunggu sebentar, aku akan keluar." Jawab pria itu dengan segera membalut jari telunjuknya yang sebelumnya telah dia lukai sendiri dengan menggunakan plester yang ada pada salah satu laci di kamarnya dan setelah selesai dia pun langsung keluar menemui pelayannya yang masih setia menunggunya di luar kamar.

"Tuan muda, Saya sudah menemukan keberadaan Jeon Jungkook seperti yang Anda minta." Ucap pelayan itu penuh hormat seraya menyerahkan sebuah berkas pada pria tersebut.

"Terima kasih Mr. Kang." Ucap pria itu sebuah senyum mengembang dari bibirnya saat menerima berkas tersebut dan dia pun langsung masuk kembali ke kamarnya.

"Jeon Jungkook, apa dia orang yang selama ini kamu tunggu?" Ucap pria tersebut melihat sebuah foto yang terselip di dalam berkas yang baru saja dia terima dari Mr. Kang, sebuah senyum penuh arti lagi- lagi mengembang dari bibirnya.

MessageWhere stories live. Discover now