4/ 4

31 3 0
                                    



"Jadi siapa mangsa Kim Nam Joon selanjutnya?" Ucapnya seraya berjalan mendekati kami dengan pedangnya yang diseret dan masih berlumuran darah Jimin .

Menyadari situasinya aku dan Tae Hyung pun langsung berlari sekuat tenaga, saat sampai di jalan setapak kami berhenti sejenak karena kebingungan, ketika kami mencoba berlari kearah timur dari kejauhan tampak mata merah menyala yang terlihat marah dan siap menerkam kami, saat kami akan berlari kearah barat kami juga melihat sepasang mata itu lagi, dan apabila kami ke selatan itu terlalu jauh untuk kami bisa sampai ke kompleks perumahan, maka dari itu kami pun berlari ke utara, tepatnya kearah gang yang Ho Seok lalui tadi yang memang tidak terlalu jauh dari jalan raya. Kami berlari dan terus berlari tanpa mau melihat kebelakang, karena kami yakin kalau pria yang baru saja membunuh Jimin itu pasti masih mengejar kami, saat sampai di jalan raya kami bertemu Ho Seok yang bertanya apa yang terjadi dan dimana Jimin, namun kami masih tidak memiliki tenaga untuk menjelaskan semuannya dan hanya bisa menyuruhnya untuk lari juga pergi dari sini, pergi yang jauh.

"Apa maksdmu? Sebenarnya apa yang terjadi? Dimana Jimin? Apa kalian meninggalkannya?" serbu Ho Seok terus menerus menanyakan hal yang sama.

"Nanti akan kami jelaskan, sekarang lebih baik kalau kita pergi jauh- jauh dari tempat terkutuk ini." Terang Tae Hyung yang kembali berlari diikuti oleh aku dibelakannya.

"Memangnya ada apa?" Ho Seok masih terus bertanya seraya mengayuh sepeda mengikuti speed kami.

"Ada orang gila yang akan membunuh kita jika kita tidak segera pergi dari sini, cepat Ho Seok-ahh." Jelasku mencoba meyakinkannya.

Saat di perempatan jalan besar kami berhenti sejenak dan akhirnya aku dan Tae Hyung berbelok kearah kiri kecuali Ho Seok yang malah belok ke arah kanan, dan betapa terkejutnya aku ketika melihat ke belakang untuk mencari Ho Seok aku malah melihat pria itu sedang mengendarai sepeda dengan membawa golok yang sudah dia masukan kedalam tempatnya dan dia ikatkan dipinggangnya dan mengejar Ho Seok yang sejak tadi dia mengayuh sepeda dengan santai karena dia tidak mengerti dengan situasinya. Aku yang mulai panik melihat hal itu pun langsung mencoba minta pertolongan kepada orang yang lewat namun mereka mengacuhkan kami, dan itu membuat kami lelah.

"Lihat itu, apa sebaiknya kita pergi ke kantor polisi itu dan meminta pertolongan pada mereka." Ucap Tae Hyung menghentikan pelariannya dan menunjuk sebuah gedung dengan papan bertuliskan 'Kantor Polisi' didepannya namun terlihat kusam dan tidak terawat.

"Tidak, apa kau tidak melihat bahwa kantor polisi itu sudah tidak terawat, pasti kantor polisi itu sudah dipindahkan, makannya gedung ini ditinggalkan. Dan jika kita pergi kesana bukannya pertolongan yang kita dapat, kita malah hanya akan meregang nyawa disana karena bisa saja pria gila itu tinggal disana." Ucapku mencoba berlari kembali, dan betapa senangnya aku ketika melihat ke belakang terdapat segerombolan polisi yang lewat seperti sedang melakukan arak- arakan, lalu secara spontan aku pun langsung melambaikan tanganku seraya berteriak minta tolong diikuti oleh Tae Hyung, namun tidak ada satupun diantara mereka yang mau berhenti. Karena lelah melakukan hal yang sia- sia kami pun berusaha untuk tetap berjalan menjauh sebisa kami meskipun itu sedikit susah karena kami sudah kehabisan tenaga akibat berlari terus menerus. Hingga aku melihat dua orang polisi yang menggunakan sepeda motor berhenti tidak jauh di depan kami sedang bercakap- cakap dengan seorang polisi lainnya yang sedang berpatroli di tempat yang bisa disebut pasar itu.

"Pak polisi tolong kami, kami sedang dikejar oleh seorang psikopat gila yang akan membunuh kami pak, bahkan teman kamipun sudah tewas dibunuh olehnya dihadapan kami." Ucapku secara cepat karena rasa panik yang masih menyelubungiku.

"Jeon Jungkook? Kamu Jungkook kan?" Tanya seorang polisi yang berada di depan kemudi motornya.

"Iya, Anda siapa yah?" Tanyaku sopan karena tidak mengenal sosok polisi yang berada didepanku.

MessageWhere stories live. Discover now